Mahasiswa dan Menulis

Mahasiswa dan Menulis
(M. Sadli Umasangaji")











“Menulis merupakan suatu tradisi baik untuk pelajar, pegawai kantor, wiraswasta, dan pengusaha karena dengan adanya tulisan sendi kehidupan akan terus berlangsung”
(Dalam Buku Curahkan Gairah Menulis)



Mahasiswa harus menulis atau tidak ? Aku saat ini adalah seorang mahasiswa dan mulai suka dengan dunia menulis. Memang setiap hari sebagai mahasiswa aku memiliki kegiatan menulis seperti menulis catatan saat dosen menerangakan saat perkuliahan, atau menulis “membuat” tugas, atau mungkin kelak nanti membuat karya tulis ilmiah ataupun skripsi atau sebagainyalah yang biasanya dikatakan sebagai tugas akhir. Tapi menurutku kegiatan menulis yang aku sukai bukan dalam konteks itu.

Memang sejak aku mulai suka menulis, aku mulai belajar mengikuti beberapa lomba menulis yang diadakan kampus-kampus ternama di Indonesia seperti UI, UNDIP, UNAIR, dan beberapa kampus lain. Menurutku inilah yang aku artikan dunia menulis yang aku sukai sebagai mahasiswa. Dunia menulis yang dimana aku sebagai mahasiswa berpartisipasi dalam lomba menulis seperti esai ilmiah, gagasan ilmiah, artikel ilmiah, dan karya tulis ilmiah hingga mungkin lomba menulis cerpen (short story). Rasanya menyenangkan bagiku bisa berpartisipasi dalam lomba itu walaupun sampai sejak membuat tulisan ini aku belum sekalipun memenangkan lomba.

Bagiku dunia menulis bagi mahasiswa dalam konteks itu, dan sekarang juga banyak sekali yang menyelenggarakan lomba seperti itu dan banyak juga yang hanya khusus bagi mahasiswa ataupun pelajar. Menurutku dalam hal ini mahasiswa yang bisa berpartisipasi didalamnya tentunya dalam lomba yang sesuai dengan jurusannya. Ataupun dapat pula mengikuti lomba dengan tema secara umum seperti tema pendidikan dan lain sebagainya. Aku telah beberapa kali berpartisipasi dalam lomba seperti itu yang diselenggarakan kampus-kampus ternama di Indonesia terutama lomba dalam bidang yang sesuai dengan kuliahku, ilmu gizi.

Menurutku mahasiswa sebagai manusia merupakan posisi yang paling menguntungkan. Dalam hal ini mahasiswa dapat berpartisipasi untuk lomba menulis secara umum dan lomba menulis yang khusus untuk mahasiswa. Dan untuk berbagai lomba khusus mahasiswa itu terkadang merasa rugi bagiku untuk nanti melepas status sebagai mahasiswa, merasa rugi karena tidak bisa lagi berpartisipasi dalam lomba seperti esai ilmiah, artikel ilmiah ataupun karya tulis ilmiah, lomba yang bagiku dunia menulis yang menyenangkan bagiku sebagai mahasiswa.

Tapi untuk hal itu juga dalam buku “Hari Gini Gak Bisa Nulis!” mengatakan sebenarnya kamu yang sudah mahasiswa, lebih berpotensi menulis apa saja. Bisa menulis cerpen dan novel dan sejalan dengan perkembangan kedewasaan, kepribadian, pengalaman dan intelektual, mahasiswa bisa menulis secara umum, tema remaja, dewasa bisa digarap sekaligus. Mahasiswa juga bisa menulis sesuai dengan jurusan kuliah yang sekarang dipelajari.

Pengertian mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa juga merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Pengertian mahasiswa menurut Knopfemacher adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-claon intelektual. Begitu banyak pengertian mahasiswa, intinya menurutku mahasiswa termasuk harus menjadi “pembelajar”.

Dalam bukunya “Happy Writing” Andrias Harefa mengatakan “Pembelajar itu mencatat”. Andrias Harefa kemudian mengatakan membiasakan diri untuk membuat catatan dari apa yang dipelajari setiap hari, itulah ciri seorang pembelajar.

Dalam buku “Hari Gini Gak Bisa Nulis!” juga menjelaskan dalam sumber ide kita bisa tulis tentang kampus. Kampus merupakan lingkungan yang dekat dengan kehidupan keseharian mahasiswa. Sejak berangkat dari rumah atau kosan hingga balik lagi, banyak hal yang bisa diangkat menjadi tulisan. Jangan terlalu berpikir bahwa hal-hal yang besar dan mendebarkan saja yang bisa dijadikan bahan menulis. Hal-hal kecil juga menarik untuk ditulis asalkan kamu pintar mengungkapkannya.

Dalam buku “Hari Gini Gak Bisa Nulis!” juga menjelaskan perguruan tinggi atau tempat kuliahan kerap memberikan inspirasi yang takkan habis-habisnya bagi seorang penulis. Banyak karya tulis, baik sastra, film atau sinetron berlatar perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan fase kehidupan anak manusia yang mulai beranjak dewasa. Beragam karakter bercampur. Unsur-unsur bahan tulisan yang penting dalam kehidupan seorang mahasiswa di kampus diantaranya adalah kemandirian dalam hidup, bertindak, bersikap, idealisme, dan dinamika. Atau unsur yang justru bertolak belakang dengan hal-hal itu.

Dalam hal ini aku pernah membaca novel komedi yang menceritakan tentang kehidupan seorang mahasiswa. Judul novelnya “Semester Disaster; Cerita Mahasiswa Konyol” yang menulis novel itu juga saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa Utari. Bukankah sudah cukup banyak buku seperti itu, seperti Cado-cado, Heart Emergency, Skripshit, Catatan Mahasiswa Gila, dan mungkin masih banyak lagi.

Dalam hal ini memang sebagai mahasiswa dalam menulis bukan lagi untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba menulis tetapi untuk menjadikan menulis sebagai aktivitas. Dalam arti mahasiswa dapat menulis tentang apa yang dialami, apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan dan mungkin berdasarkan imajinasinya yang kemudian mungkin bisa menjadi buku.

Hal menarik juga yang aku dapatkan dalam buku “Hari Gini Gak Bisa Nulis!” ada tulisannya yang berjudul “Mahasiswa Nulis Buku, CheckLit pun Laku” dalam uraian tulisan itu mengatakan para mahasiswa belum berani menekuni hobi menulis sebagai rintisan profesi masa depan. Umumnya pengalaman menulis yang paling mengesankan seumur hidupnya hanya membuat tugas akhir berupa skripsi. Setelah itu, lulus perguruan tinggi, bingung cari kerja. Makanya jangan heran setiap tahun jutaan lulusan perguruan tinggi dengan IP bagus, menganggur. Berwiraswasta tak mampu dan tak ada modal. Melamar kerja sulit, masuk PNS peluangnya kecil. Mumpung belum lulus, gunakanlah masa-masa kuliah untuk menekuni bidang menulis dan jurnalistik. Menjadi penulis lepas, dan penulis buku. Pengalaman-pengalaman di bidang itu akan memperkaya hidup dan bahan untuk tulisan. Di samping itu sejalan dengan perkembangan kedewasaan berpikir dan bertindak, maka akan ditemukan kemajuan gaya menulis, ketelitian, kesabaran, ketekunan, dan kualitas tulisan kamu. Dalam hal ini meyakinkan bahwa menulis juga bisa jadi hal yang menarik, menyenangkan dan menguntungkan bagi mahasiswa.

Ada catatan menarik juga dalam buku itu yang mengatakan bagi mahasiswa, tugas akhir berupa skripsi juga bisa jadi bahan untuk mengembangkan keseriusan menulis. Mahasiswa idealis, jenius alias berotak encer, membuat skripsi dengan mengangkat hal-hal menarik, sebenarnya membuka jalan untuk bisa menerbitkan buku. Ingat, membuat skripsi dengan mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku, menjauhi jiplakan, atau bajakan, ditambah bimbingan dosen yang berkualitas, akan menghasilkan karya ilmiah yang terjamin kualitasnya pula. Bila diajukan ke penerbit bukan tidak mungkin lebih mudah lolos kualifikasi. Selama ini memang pembuatan skripsi tujuannya hanya mengejar nilai syarat penuntasan kuliah. Skripsi dibuat paling hanya untuk diujikan, dijilid lalu disimpan diperpustakaan universitas, tapi bila diterbitkan berupa buku, maka karya tulis kamu akan terpublikasikan lebih luas sehingga dapat dikonsumsi masyarakat dan ikut memperkaya ilmu pengetahuan. Itu artinya sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, sekali membuat skripsi, kuliah selesai, buku terbit, popularitas dan penghasilan teraih. Menyenangkan kan ? Dalam hal itu menurutku untuk menyadarkan bahwa mahasiswa punya potensi untuk menulis dan menjadi penulis serta menerbitkan buku.

Dalam buku “Hari Gini Gak Bisa Nulis!” juga menguraikan mereka yang berstatus mahasiswa atau yang sudah sarjana, latar belakang keilmuan, kedewasaan dan pengalaman hidup bisa menjadi modal dalam memulai tulisan. Bisa jadi dengan menggeluti satu bidang keilmuan lahir penulis spesialis. Jadi sebaiknya jangan sia-siakan waktu, tenaga, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk meraih gelar akademisi. Dengan menulis bisa membagikan pengalaman, ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dengan tidak melupakan aktualisasi kehidupan masyarakat sudah cukup bagi kamu untuk memulai menulis. Menulis bisa dilakukan oleh siapapun. Syarat-syarat pokoknya bisa menulis dan gemar membaca. Syarat teknisnya bisa membuat kalimat yang baik dan benar. Jadi siapapun kamu, latar belakang keilmuan apapun, etnis, budaya dan pengalaman hidup bisa jadi awal keberangakatan menulis.

Akhirnya menurutku memang tidak ada suatu paksaan dalam menulis tapi jangan lupa juga setiap orang bisa menulis. Memang setiap mahasiswa punya minat masing-masing. Setidaknya menulis juga bisa menjadikan minat yang menarik bagi mahasiswa. Aku terkesan dengan kata Asma Nadia “Menulis merupakan kegiatan yang lebih produktif bagi remaja ketimbang berunjuk rasa. Dibandingkan demonstrasi yang belum tentu didengar orang, tulisan dalam bentuk buku atau di media cetak, lebih banyak yang membaca”. Demo memang menjadi kegiatan bagi para aktivis kampus tapi menulis juga bisa menjadi salah satu jalan untuk itu. Menulis juga mungkin menjadi jalan untuk mahasiswa menyampaikan aspirasinya.

Intinya menurutku mahasiswa juga sebaiknya menulis baiknya untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba yang merupakan kaitan menulis dan mahasiswa yang bagiku paling tepat dan paling menarik. Ataupun dengan menulis mahasiswa juga bisa berbagi apa yang dialaminya, apa yang dipikirkannya, apa yang dirasakan. Ataupun mahasiswa bisa menulis tentang masalah publik dan lingkungan sekitar seperti tentang pendidikan, politik dan masalah publik lainnya.

Dalam tulisan ini juga bagiku setidaknya bagiku yang suka dengan dunia menulis dan sebagai mahasiswa yang merupakan “Pembelajar” harus membiasakan diri untuk membuat catatan dari apa yang dipelajari setiap hari. Artinya aku sebagai mahasiswa yang suka dengan dunia menulis harus membiasakan diri untuk menulis, menulis dan menulis.



“Siapapun dapat tampil dengan gagasan-gagasan baru. Yang sedikit itu jumlahnya adalah orang-orang yang inovatif. Yaitu orang-orang keras hati yang begitu yakin dengan gagasannya, orang-orang yang melakukan apapun agar gagasan itu jadi kenyataan”
(Michael Le Boeuf)

Posting Komentar

0 Komentar