Kepenulisan
Aku Menulis Karena Itu Keinginanku
Aku Menulis Karena Itu Keinginanku
M. Sadli Umasangaji
”Aku bangga dengan apa yang ku punya, karena kebangganku adalah diriku sendiri”
Awalnya ku pikir menulis lebih tepat dilakukan oleh seorang wanita, dan sebagai lelaki aku malu untuk bisa menuangkan pikiranku dalam bentuk tulisan. Menulis, awalnya bagiku adalah suatu hal yang konyol bila dilakukan oleh seorang lelaki, dan aku kalah dengan presepsiku sendiri.
Tapi entah mengapa dalam keinginanku dan mungkin naluriku, hingga bisikan pikiranku maka sesuatu yang ku pikirkan ingin ku tuangkan dalam bentuk tulisan, mungkin disebabkan karena aku yang pecundang dengan lingkunganku, keluargaku, dan mungkin terhadap jasadku. Sejak itulah aku ingin menulis walaupun terkadang tulisanku adalah antara realita dan imajinasiku. Imajinasiku membuatku hidup, tapi imajinasiku juga membuatku kelihatan sebagai pecundang dan mungkin akan dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Aku malu bila ada orang yang tahu aku suka menulis, tapi disisi lain aku ingin tulisanku dilihat oleh orang lain. Betapa anehnya pikiranku. Hingga akhirnya ku lihat beberapa dari teman sekolahku ternyata banyak yang suka menulis, dari menulis diary, menulis puisi, banyak hal yang mereka tulis, dan didalamnya ternyata ada beberapa lelaki yang ikut serta dalam menulis terutama menulis puisi. Inilah yang membuatku ingin menulis juga.
Aku ingat mengapa aku lebih semangat untuk ingin menulis, saat ada tugas sekolah dulu tugas bahasa indonesia, kita ditugaskan buat puisi, disitulah aku ingat pertama kali aku menulis puisi. Puisi yang waktu itu ku ciptakan judulnya ”obsesiku”, tapi gambarannya bukan tentang obsesiku untuk jadi penulis tapi tentang obsesiku untuk jadi pemain pingpong.
Inilah awalku menulis, aku mulai dengan menulis puisi, semua keinginanku, semua pikiranku ku tuangkan dalam bentuk puisi, terkadang menggambarkan realita dan imajinasiku.
Hingga akhirnya ku semakin bergiat untuk menulis puisi, tapi keinginanku untuk menuangkan semua pikiran dalam bentuk tulisan atau cerita panjang kembali membara. Aku mulai menulis tentang petualangan hidupku, dan akhirnya beberapa cerita mulai ku tulis. Aku selalu menulis cerita di akhir tahun sebagai cerminan alunan cerita hidupku di tahun lalu dan harapanku di tahun depan. Dan sudah dua tahun terakhir ku menulisnya.
Tapi ternyata persepsiku tentang menulis itu adalah hal yang memalukan kembali membuatku merasa malu dengan keadaanku. Tapi ternyata keinginanku untuk menulis mampu memotivasiku dan tambahan motivasi itu ditambah dengan ternyata ada dosenku yang suka menulis juga, tulisan beliau begitu menarik membuatku ingin dan semakin semangat untuk menulis. Tulisan beliau tentang ”Menulis; Nggak Perlu Bakat Kok!” dan tentang ”Karena Menulis; Aku Ada!” benar-benar menginspirasiku untuk selalu menulis.
Akhirnya ku coba untuk menulis artikel, artikel pertama yang ku tulis adalah ”Kinerja Dosen dan Mahasiswa Harus Saling Melengkapi”. Dan akhirnya rasa maluku untuk selalu menulis telah terhempas dari diriku. Keinginanku untuk menulis kembali ku asah, dan ku selalu tuangkan pikiran untuk menulis tentang apa yang ingin ku tulis.
Tapi ternyata ku sadari menulis cukup sulit, butuh banyak kata, butuh konsep dan pikiran yang matang, yeah aku frustasi dan stress ketika itu tak ku dapati dan aku tak bisa menulis. Tapi ternyata semangat, motivasi dan keinginanku tak akan kalah lagi dengan hal semacam ini. Oleh karenanya, aku berusaha untuk selalu termotivasi untuk menulis apa yang ingin ku tulis. Dan mengutip kalimat dosenku, ”karena menulis, aku ada”. Menulislah untuk diri sendiri. Menulis apa saja yang kita mau, tidak peduli jelek atau baik, kapan saja, tidak takut dibaca siapa saja.
"Mulailah Menulis. Sementara Waktu, Lupakan Sejenak Bahwa Kita Tidak Bisa Menulis. Persetankan Rumus-Rumus Menulis Yang Baik" (Nukman Lutfi)
Posting Komentar
0 Komentar