Kecanduan

Kecanduan
M. Sadli Umasangaji









Akhir-akhir ini saya merasa malas, malas melakukan apapun. Saya menduga saya mengalami kecanduan. Saya rasa saya kecanduan dengan dunia menulis, hehehe. Sehingga saya menjadi malas dengan keadaan di luar dunia menulis, saya hanya ingin membaca buku tentang kepenulisan dan mencari ide untuk menulis. Atau lebih jauhnya mungkin saya kecanduan malas, hehehe, bego.
Hari itu setelah sepulang dari kampus, saya tidur dan sekitar jam setengah sebelas malam saya terbangun. Saya ingat kayaknya ada tugas kampus, dan saya ke warnet untuk mencari data tambahan untuk tugas itu.
Sesampai di warnet, saya mencoba menggunakan kupon hotspot yang diberi gratis waktu lalu, ternyata sudah tidak jadi, dan saya harus beli kupon baru, saya merasa sedikit rugi, jiah, hehehe. Sehabis itu saya langsung membuka facebook dan mencari tugas tapi facebook yang menjadi fokus utama, hehehe.
Tapi tenang itu ada kaitannya dengan kecanduan, hehehe. Ya, kecanduan dunia menulis itu. Malam itu saya melihat hasil lolos tahap I untuk “Audisi Menerbitkan Buku Bersama Jonru” dengan tema “Terapi Menulis”. Saya ada mengirim tulisan saya. Tahap I saya lolos, hehehe, senang rasanya
Selain “Audisi Menerbitkan Buku Bersama Jonru”, saya juga ada mengikuti “A Cup Of Tea – Menggapai Mimpi” dari Stiletto Book. Walaupun dari kedua audisi menulis itu saya belum tahu naskah saya diterima atau tidak, tapi yang saya rasakan saya cukup senang.
Saya makin keasyikan main facebook dan masih tetap terhanyut dengan kesenangan atas naskah saya itu. Tugas sedikit terlupakan tapi tetap datanya dicari, hehehe.
Sekitar dua jam saya di warnet jadi sekitar setengah dua dini hari saya pulang. Sesampai dirumah ternyata tidak bisa tidur. Saya masih terlanjut senang atas naskah saya itu, hehehe. Saya memilih membaca buku karya Caryn Mirriam Goldberg, Ph.D “daripada bete, nulis aja!”. Setelah membaca buku itu, saya belum mengantuk juga. Pikir-pikir saya memilih membuat tugas saja walaupun saya tak tahu tugas itu kumpulnya besok atau tidak tapi sebagian besar teman saya sudah membuatnya dan katanya besok dikumpul, saya mencoba membuatnya dan cukup lama selesai. Saya ingat mungkin sekitar jam setengah empat dini hari saat itu sambil nonton tv. Saya mencoba tidur mungkin sekitar satu jam.
Saya kembali terbangun, saya merasa sedikit tidak mengantuk. Saya kembali membaca buku “daripada bete, nulis aja!”. Tiba-tiba mati lampu, jiah. Saya bingung mau membuat apa.
Akhirnya entah mengapa saat itu sudah mau sholat subuh, saya memilih sholat subuh di salah satu mesjid terbesar di Ternate. Saya pikir setelah itu mungkin saya bisa membaca buku setelah itu.
Sehabis sholat, saya ke arah belakang mesjid ini, memang sudah beberapa kali saya ke sini dan menurut saya tempat ini nyaman bagi saya. Masih dini hari memang, disini masih terlihat gelap.
Saya sedikit menggerak-gerakkan tubuh. Beberapa kali saya membuka facebook lewat handphone dan mengupdate status, hehehe. Buku itu pun kayaknya saya tak baca, hehehe.
Saya sambil sedkit melakukan gerakkan tubuh sambil melihat ke arah timur menanti mentari timbul menyinari bumi hari ini, melihat ke arah selatan walau masih sedikit gelap terlihat gunung jauh disana, mungkin gunung Tidore. Saya melihat di sisi terlihat beberapa perahu saat tempat itu memang di dekat laut, lebih tepatnya bangunan di atas laut. Semua yang saya lihat hari itu indah, entah apa yang saya rasakan saya hanya ingin melakukan hal ini. Mungkin atas dasar kebegoan saya atau hanya ingin mencari sesuatu yang saya sendiri tak mengerti.
Kemudian karena telah terlihat sedikit terang saya bergegas kembali ke rumah tapi sebelum kembali ke rumah, saya putuskan untuk jalan-jalan sebentar ke Tubo untuk melihat bekas terjadi banjir lahar meletusnya Gunung Gamalama. Saya ke arah bandara terlebih dahulu, terus lewat Tubo dan kembali ke rumah saya. Entah sampai saat itu saya masih bingung apa yang saya cari. Saya hanya ingin melakukan hal itu, hehehe.
Saya teringat dengan sebuah puisi yang pernah saya buat waktu awal-awal masuk kuliah. Mungkin perasaan seperti itu tergambar dalam puisi saya waktu itu. Beginilah puisinya;

Catatan Anehku

Hidupku terasa seperti berada di dimensi yg tak menentu ...
Halusinasiku seakan membentang luas menguasai diriku ...
Anganku merasuk kedalam diriku yg kelam dan hening ...
Sesuatu yg telah terjadi terulang kembali dalam mimpi realitaku ...

Semua yg keluar dari tinta adalah realita yg telah dialami ...
Halusinasiku menjelma menjadi kesedihan dan keceriaan untukku ...
Realitaku bertolak belakang dengan halusinasiku ...
Tapi halusinasiku membuatku hidup dalam dimensi yang ada ...


Kehidupanku yg monoton membuatku s'lalu berangan ...
Hidupku penuh dengan angan yg tak pasti ...
Tapi hidup berawal dari mimpi ...
Tentukan yg tinggi hingga semua terjadi ...

Disaat aku berangan dan realita terjadi ...
Disitulah realita tak berarti karena anganku ...
Dan anganku mengukir kata-kata aneh yg berarti ...
Akhirnya kata-kata aneh tertuang dalam catatan anehku ...

Begitulah puisinya. Saya juga kembali teringat dengan kata-kata dari buku “daripada bete, nulis aja!”, kata-kata dari Jamaica Kincaid “Tulisan saya sangat autobiografis. Kejadian-kejadiannya sangat nyata bagi saya. Mungkin tidak bagi orang lain”. Mungkin seperti itulah saya rasakan, hehehe. Mungkin saya kecanduan dengan dunia menulis, mungkin saya kecanduan malas, lebih jauhnya mungkin saya kecanduan bego, hehehe.

Posting Komentar

0 Komentar