Personal Literatur
Pergolakan Sebagai Mahasiswa
Pergolakan Sebagai Mahasiswa
dunialukisan-javadesindo dot com
Tak bisa dipungkiri saya termasuk mahasiswa yang cukup mengejar yang namanya prestasi akademik. Artinya saya juga cukup jarang aktif berbagai kegiatan di luar kegiatan akademik, atau lebih tepatnya aktif di kegiatan organisasi. Lebih dekatnya saya sebagai mahasiswa kupu-kupu (Kuliah Pulang Kuliah Pulang), hehehe, dan terkadang juga menggelisahkan, hehehe. Hingga saya juga pernah menuliskan tulisan yang berjudul “Makhluk Bego Versus Mahasiswa Kupu-Kupu”, tentang pandangan saya sebagai Makhluk Bego, pandangan saya sebagai mahasiswa, pandangan saya sebagai mahasiswa kupu-kupu, hehehe.
Walaupun saya termasuk mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa yang mengejar prestasi akademik tapi saya sebetulnya cukup tertarik ikut meleburkan diri dalam organisasi mahasiswa. Di sisi lain tak bisa dipungkiri tidak ada wadah yang membuat saya memulai terlibat meleburkan diri dalam organisasi mahasiswa sejak pertama kali jadi mahasiswa.
Ketertarikan saya sebenarnya sudah ada, sejak SMP saya sempat masuk anggota OSIS walaupun hanya ikut-ikutan, sempat ikut kegiatan OSIS untuk Latihan Dasar Kepemimpinan saat liburan sekolah. Waktu SMA, kelas I saya sempat mencoba ikut jadi anggota MPK (Majelis Perwakilan Kelas) itupun hanya sekedar kebetulan, kebetulan saya menjadi pengurus kelas dan itupun dipilih secara kebetulan, semua serba kebetulan, hehehe. Setelah SMA kelas II dan kelas III saya fokus untuk akademik sekolah dan latihan tenis meja, hehehe. Tapi di SMA kelas III juga mulai terbentuknya Santana, sebuah organisasi di kampung saya, saya juga senang ikut melibatkan diri di dalamnya.
Mungkin Santana adalah tempat saya pertama kali benar-benar belajar beroganisasi, karena di dalamnya ada beberapa orang yang dulu juga berstatus mahasiswa dan senang berorganisasi, banyak cerita, banyak pengalaman yang dibagi, dan tak bisa dipungkiri juga banyak yang saya adopsi dari pengurus-pengurus Santana periode pertama.
Sejak pertama kuliah semester awal, semester I dan II, saya sebenarnya bingung jadi mahasiswa yang mengejar prestasi akademik atau apa? Mungkin saya juga termasuk mahasiswa yang hanya asal kuliah tapi secara kebetulan di semester awal, semester I saya dapat IP tertinggi kedua di kelas, hehehe, secara kebetulan. Dan saat itu bisa dikatakan ketertarikan saya terhadap organisasi kampus minim, saya lebih tertarik dengan meraih prestasi akademik di kampus, tapi saya masih cukup aktif di Santana. Karena saya rasa di kampus saya memang tidak ada wadah yang mewadahi saya untuk mau melibatkan diri dalam organisasi.
Ketika semester III, saya mulai terlibat dalam organisasi kampus, mencalonkan diri sebagai Ketua Senat Mahasiswa (sekarang telah menjadi BEM). Mungkin ini juga bisa dibilang kebetulan. Karena sistem pemilihan Ketua Senat Mahasiswa saat itu yang harus diwakili dari setiap jurusan dan mencari pasangan calon untuk Ketua dan Wakil Ketua dari jurusan lain. Dan dari jurusan saya, jurusan gizi, secara kebetulan saya yang mencalonkan dan berpasangan dengan teman dari jurusan kebidanan. Di sisi lain, saya sebelumnya belum terlibat untuk menjadi anggota dalam Senat Mahasiswa jadi bisa dipastikan saat itu saya belum memahami sama sekali tentang Senat Mahasiswa. Sistem pemilihannya pun saat itu melalui voting itupun hanya dari beberapa perwakilan mahasiswa (pengurus di kelas masing-masing di tiap jurusan) yang mungkin bukan anggota aktif Senat Mahasiswa. Tapi begitulah keadaan di kampus saya saat itu.
Dalam pencalonan itu saya kalah, tapi saya masih dijadikan pengurus dalam Senat Mahasiswa sebagai Sekretaris II Senat Mahasiswa periode 2011-2012. Menurut saya yang menjadi kelemahan kita dalam kepengurusan Senat Mahasiswa saat itu adalah minimnya pengalaman, dan minimnya percontohan. Mengapa begitu? Bagi saya karena pada masa kepengurusan sebelumnya artinya Senat Mahasiswa periode 2010-2011, kita tidak terlibat sebagai anggota Senat Mahasiswa. Di sisi lain di kampus kita minim organisasi dan minim pengalaman berorganisasi. Organisasi yang ada hanya Senat Mahasiswa saat itu.
Dengan menjadi pengurus Senat Mahasiswa saat itu ketertarikan saya dalam berorganisasi meninggi. Apalagi ketika saya diikutkan dalam Munas Forum Komunikasi Mahasiswa Politeknik Se Indonesia (FKMPI) ke XII. Saat mengikuti kegiatan Munas itu banyak pengalaman berorganisasi yang saya peroleh.
Dalam kepengurusan Senat Mahasiswa periode 2011-2012, sejujurnya masih sedikit kegiatan yang dilakukan, dan masih jauh dari kata maksimal. Tapi bagi saya yang cukup berbeda adalah saat itu pemilihan Ketua Senat Mahasiswa periode baru, periode 2012-2013, sudah ada kejelasan dalam Tata Tertib, AD/ART dan dilakukan Musyawarah Besar dan kita pula menyepakati untuk mengganti dengan nama BEM. Mungkin saat itu menjadi Musyawarah Besar pertama di kampus, MUBES I BEM.
Selain BEM, saat semester IV di jurusan gizi juga dibentuk HMJ Gizi. Walaupun saat itu dibentuk tanpa Musyawarah dan sepenuhnya dibentuk oleh dosen. Dalam HMJ Gizi juga ketertarikan saya dalam berorganisasi meningkat terutama ada dosen yang senang berbagi pengalaman dan mengarahkan untuk mahasiswa tertarik dalam berorganisasi. Dalam HMJ Gizi juga saat itu terbentMk UKM Olahraga, Taekwondo, NTC (Nutri Taekwondo Club) dan Tenis Meja. Selain itu ada beberapa UKM lainnya. Kebetulan saya hanya terlibat dalam UKM olahraga, hehehe.
Dalam HMJ Gizi juga, saat itu kita rencananya akan melakukan pelatihan kepemimpinan di kampus kita. Oleh karena kita ingin melakukan pelatihan ini maka kepanitiaan yang telah kita bentuk, dimana kepanitiaan ini diantaranya banyak yang belum kenal tentang pelatihan kepemimpinan. Karena banyak yang belum mengenal pelatihan ini, kita kepanitiaan yang telah dibentuk direncanakan mengikuti latihan kepemimpinan, Daurah Marhalah I yang dilakukan oleh salah satu organisasi eksternal kampus. Dimana ini atas saran salah satu dosen kita. Dan kegiatan yang kita rencanakan untuk HMJ saat itu menjadi Pesantren Kilat untuk mahasiswa baru untuk kegiatan di bulan Ramadhan. Ini pula untuk pertama kali saya ikut organisasi eksternal kampus.
Dan disaat semester akhir, semester 6, disaat semua tugas perkuliahan saya telah diselesaikan, saya beberapa kali mulai ikut aktif dalam kegiatan organisasi eksternal kampus ini lagi. Disisi lain saya juga minder ketika beberapa kali aktif dalam kegiatan organisasi eksternal kampus ini, karena disisi saya yang masih jarang sholat. Sedangkan kader organisasi eksternal kampus ini, rata-rata dalam hal itu sudah sangat baik. Sejujurnya saya minder tapi saya juga semangat karena saya berada dalam percontohan lingkungan yang semangat. Setidaknya saya berada dalam lingkungan yang mempelajari yang seharusnya saya pelajari. Bukan hanya belajar berorganisasi. Dan beberapa akhir ini saya juga mulai ikut lagi kegiatan-kegiatan organisasi eksternal kampus ini, saya ikut mabit, sempat ikut kegiatan sosial berbagi masker gratis saat gunung gamalama meletus lagi, sampai saat ini sedang ikut terlibat untuk melakukan DM I untuk kader baru. Saya dan beberapa kader organisasi eksternal kampus ini yang masih aktif di kampus saya, Sunarto, Masita, hanya kita bertiga yang mungkin masih aktif saat ini, kita mencoba lagi melakukan perekrutan untuk kader baru. Target saya kali ini bisa membuat komisariat di kampus saya, hehehe.
Setidaknya dari itu semua, ketertarikan saya dalam berorganisasi adalah mencoba mengenal peran mahasiswa sebagai Agent Of Change, Agent Of Social Controling, Iron Stock, and Moral Force. Mahasiswa sebagai Agent Of Change, peran yang memiliki pengertian bahwa mahasiswa sebagai agen yang mampu memberikan perubahan. Mahasiswa diharapkan dapat membawa angin perubahan yang positif kepada bangsa. Mahasiswa sebagai Agent Of Social Controling, mahasiswa mempunyai tanggungjawab yang tinggi terkait dengan statusnya. Mahasiswa harus bisa berkontribusi dalam masyarakat dan mahasiswa harus bersikap tegas dan strategis dalam setiap langkahnya. Mahasiswa hendaknya tidak hanya mampu dalam prestasi akademis saja, tapi juga mampu bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Mahasiswa sebagai Iron Stock, sebagai generasi tangguh, diharapkan untuk menjadi pengganti para pemimpin bangsa yang hebat di masa depan. Mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan yang kelak dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Mahasiswa sebagai Moral Force, mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik memiliki persepektif atau pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat. Mahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat terdidik yang menikmati kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sesuai dengan perkembangan usianya yang secara emosional sedang bergejolak menuju kematangan dan berproses menemukan jati diri.
Selain belajar memahami peran mahasiswa itu. Saya sempat bingung ketika itu saya yang waktu itu lebih banyak terlibat dalam organisasi yang tidak mempelajari tentang basic perkuliahan saya. Di saat itu ketika saya menjalani masa dinas di Rumah Sakit selaku mahasiswa kesehatan, selaku mahasiswa jurusan gizi, saya juga sempat bingung mau melakukan apa terlebihnya karena kurang keterlibatan saya dalam organisasi yang menjurus kedasar perkuliahan saya, jurusan gizi. Makanya waktu itu saya merindukan untuk terlibat dalam suatu organisasi yang sejalan dengan jurusan saya kuliah, jurusan gizi. Untuk HMJ di kampus saya dalam kepengurusan saya pun sejujurnya masih minim juga untuk kegiatan berorganisasi khusus juga untuk kegiatan yang sejalan dengan jurusan kuliah saya, seperti dialog, diskusi, dan hal sejenis lainnya. Tapi untuk selanjutnya HMJ di kepengurusan berikutnya (adik-adik tingkat saya semester IV saat itu), mereka bisa membuat seminar nasional, Iptek Mutakhir Gizi, dengan judul Seminar “Dahsyatnya Gizi dalam Menggempur Diabetes Mellitus”, kerenlah, hehehe.
Untuk hal ini juga saya sempat berpikir tentang mahasiswa sebagai iron stock, setidaknya menurut saya saat itu untuk bisa menjadi generasi pengganti yang lebih baik kelak, saya harus bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik, dan berusaha mempelajari secara lebih dengan jurusan yang saya tekuni sekarang, jurusan gizi, walaupun tanpa terlibat dalam organisasi. Setidaknya bagi saya dengan mempelajari jurusan yang saya kuliah sekarang dengan mendapatkan prestasi akademik yang baik, saya berharap bisa menjadi generasi pengganti yang lebih baik.
Tapi disisi lain tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja. Perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, kemampuan memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi. Organisasi merupakan sarana pembelajaran dalam mengatur suatu tatanan kelompok besar maupun kecil. Melalui organisasi, mahasiswa juga akan belajar memimpin dan dipimpin, belajar manajemen tim, juga belajar membangun komunikasi yang baik. Kehidupan di kampus adalah miniatur kehidupan bangsa, dimana di dalamnya juga terdapat beranekaragam sosial dan budaya. Mahasiswa telah meleburkan diri dalam kehidupan kampus yang cukup kompleks. Mahasiswa bersosialisasi dan mampu beradaptasi sehingga harus tetap eksis di lingkungannya. Mahasiswa juga telah mendapatkan pendidikan akademis yang lebih dibandingkan dengan generasi muda yang lainnya sehingga menempatkan mereka pada golongan elit pemuda. Namun hal itu bukanlah suatu hal yang mudah, mungkin membutuhkan keberanian, loyalitas, pemikiran, dan kesabaran yang tinggi.
Sejauh ini, ketertarikan saya terhadap organisasi, berusaha untuk saya tetap jaga, tapi sejujurnya keterlibatan saya dalam organisasi juga saya sadari masih jauh dari ekspetasi saya. Setidaknya saya tertarik dengan kata dosen saya yang juga senang berbagi pengalaman dalam berorganisasi, yang selalu mencoba membuat mahasiswa tertarik dalam berorganisasi, beliau mengatakan “Mungkin kita butuh keberanian lebih dan menjadi orang yang berani mengambil resiko”, dan belajar berorganisasi bisa membentuk itu. Seperti kata Soe Hok Gie “Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa bisa kita mengerti, tanpa bisa kita menawar, terimalah dan hadapilah”.
Saya juga terkesan dengan kata-kata Soe Hok Gie, “Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang, makin lama semakin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan, kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian”. Saya cukup terprovokasi dengan pemikiran Gie, setelah selesai membaca buku “Soe Hok Gie, Biografi Sang Demonstran”. Gie, seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang sendirian.
Ketertarikan saya terhadap organisasi walaupun saya sadari saat ini ekspetasi saya dalam berorganisasi saya masih jauh. Target saya sendiri saat ini dalam ketertarikan saya terhadap organisasi adalah mencoba membuat komisariat salah satu organisasi eksternal kampus di kampus saya. Itu pula akan menjadi organisasi eksternal pertama yang masuk di kampus saya karena hingga saat ini belum ada organisasi eksternal yang ada di kampus saya.
Setidaknya bagi saya, saya senang menjadi mahasiswa yang berusaha mengejar prestasi akademik, dan saya senang atas ketertarikan saya dalam berorganisasi. Seperti penjelasan Andrias Harefa dalam buku “Menjadi Manusia Pembelajar”, karena “Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang dibekali kemampuan untuk belajar tentang (pengajaran) agar ia dapat belajar menjadi (pembelajaran) dengan cara belajar (pelatihan)”. Setidaknya selaras yang dijelaskan Andrias Harefa dalam buku “Menjadi Manusia Pembelajar”, yang menurutku untuk itu bukan hanya sarat dengan “Ilmu pengetahuan”, tetapi juga perlu “Ilmu Kehidupan” dan “Ilmu Pertukangan”. Selain itu juga mungkin kesenangan saya dalam menulis membuat saya semakin senang terlibat dalam organisasi, setidaknya stimulasi ide yang dipaparkan Bambang Trim dengan banyak membaca, banyak berjalan, dan banyak silahturahmi, itu bisa ditemukan saat ketertarikan dalam berorganisasi.
Berusaha meraih prestasi akademik dan ketertarikan dalam berorganisasi adalah kebanggaan dan kesenangan yang sama, pergolakan saya sebagai mahasiswa. Dalam hal ini juga saya kelak lebih senang bisa menjadi peneliti atau dosen, makanya kayaknya berusaha meraih prestasi akademik juga penting bagi saya, hehehe. Setidaknya bagi saya pergolakan sebagai mahasiswa, seperti pemikiran Soe Hok Gie, “Mengenai gerakan mahasiswa yang idealis dan murni adalah gerakan mahasiswa sebagai penjaga moral pada bangsanya. Oleh karena itu, ketika tugasnya selesai, ia harus kembali dan tidak boleh ikut berpolitik langsung dalam pemerintahan”. Soe Hok Gie juga mengklaim “Tugas dari gerakan mahasiswa adalah mengkritisi, melawan, dan meruntuhkan rezim otoriter. Setelah pemerintahan baru yang menjanjikan perubahan terbentuk, maka gerakan mahasiswa harus kembali ke kampus untuk belajar dan menyelasaikan studinya, kembali menjadi intelektual yang tetap kritis terhadap kondisi sekitarnya”. Pergolakan sebagai mahasiswa terutama saya mahasiswa yang mempelajari non-ilmu politik, pergolakan sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu gizi, rasanya itu tepat, menjadi intelektual yang tetap kritis terhadap kondisi sekitarnya, hehehe.
Posting Komentar
0 Komentar