Orang-Orang Sederhana - Mereka yang Utopia Sekaligus Realitas
Serial Orang-Orang Sederhana
Mereka yang Utopia Sekaligus Realitas
Ketika
aku berbincang dengan Ismu dan Arkan tentang Kelas Menengah itu, kami jadi
terbayang tentang mereka yang utopia. Mereka yang utopia adalah gagasan
permulaan yang dianggap terlalu semu. Mula-mula ketika Tuan C memandang bahwa
ciri paling umum dari gerakan atau kelompok masyarakat yang ingin ia buat
adalah mereka yang meyakini bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat didasarkan pada harmoni dan kerjasama yang bisa dibangun lewat hidup
dan kerja bersama secara komunal. Tuan C ini pada masa itu, menulis sebuah
artikel tentang anti monarki, kemudian karena artikel itu ia akhirnya terpaksa
harus diasingkan. Ketika dalam pengasingan itu, ia membaca sebuah novel dengan
judul Utopia. Itu menginspirasinya. Karena novel itu juga, ia memandang dengan
menuliskan karyanya, bahwa sebuah masyarakat yang dibangun di atas landasan
kesetaraan paling sempurna dimana seluruh aspek kehidupan termasuk cara
berpakaian, memperlihatkan prinsip-prinsip kesetaraan. Karyanya itu menjadi
semacam landasan gerakan pada masa itu, dengan gagasan bahwa masyarakat dengan
watak sangat demokratis dalam hal partisipasi. Ketika terjadi kelas buruh yang
merasa sangat penuh kemelaratan, karya itu memberikan harapan akan kesadaran
pada mereka. Ia mendapatkan perhatian dari kelas buruh hingga tukang-tukang
atau pekerja-pekerja sederhana yang merasa khawatir akan posisi mereka di tengah
gerak perkembangan pabrik-pabrik modern.
Berikut
gagasan itu berada pada Tuan SS, ia adalah seorang ningrat yang menantang
kebiasaan kelas sosialnya ketika menjadi seorang mahasiswa. Karena hal itu dan
menolak terlibat dalam mengikuti komuni, ia dipenjarakan ayahnya. Ia melarikan
diri. Ia kemudian terlibat menjadi tentara, melepas status ningratnya. Dalam
peperangan yang ia jadi tentara, memicu kesadarannya. Ia terinspirasi dengan
kondisi dimana tak adanya hak Istimewa secara sosial. Kesadaran ini, memicu
harapannya bahwa ada kemungkinan untuk membangun sebuah masyarakat yang
didasarkan pada prinsip-prinsip objektif. Pada masa itu, ia juga menaruh
kepercayaan bahwa sains adalah kunci kemajuan.
Kritiknya juga pada saat itu
atas masyarakat berkaitan dengan relasi kekuatan semi feodal yang masih terus
berlangsung dalam masyarakat ketimbang masalah kapitalisme. Tapi ia percaya
bahwa kelas merupakan kategori-kategori analisis yang pokok. Ia mengasumsikan
bahwa gerak sejarah sungguh-sungguh didasarkan pada bangkit dan runtuhnya kelas
produktif dan tak produktif sepanjang masa. Ia mengelompokkan mayoritas besar masyarakat,
dari buruh pabrik sampai dengan pemilik pabrik sebagai kelas produktif
sedangkan minoritas sebagai orang yang ongkang-ongkang kaki termasuk ningrat
dan agamawan (pendeta) sebagai kelas tak produktif. Ia percaya bahwa kemajuan
itu karena gerak kemajuan yang bergantung pada kelas-kelas produktif dan kelas
industrial atau saintifik itu sendiri yang sadar akan misi historis mereka dan
karena itu mereka dapat turut mendorong untuk terjadi transisi menuju era
kemajuan.
Penekanan
Tuan SS akan industrialisme dan efisiensi administrasi, ia mengasumsikan
sebagai kunci menuju kemajuan dan keadilan sosial. Dari sekian itu, nyatanya
bahwa kelas feodal dan kelas borjuasi masih berkuasa.
Gagasan
berikut juga berada pada Tuan O, ia percaya bahwa masyarakatlah dan bukan
individu yang bertanggung jawab atas penderitaan manusia dan penyakit-penyakit
sosial. Seperti Tuan F, mereka meyakini bahwa obat dari masalah-masalah itu
terletak pada perubahan-perubahan Masyarakat ketimbang dalam diri
individu-individu. Tuan O percaya bahwa masyarakat bisa dan harus berubah. Tuan
F seperti Tuan O, ia meyakini bahwa kebanyakan masalah timbul dari
ketidakselarasan antara hasrat masyarakat dengan cara-cara berfungsinya
masyarakat.
Tuan O memiliki asumsi bahwa
ada semacam determinasi lingkungan yang berarti bahwa Masyarakat tidak
bertanggung jawab atas karakter mereka. Karakter mereka dipengaruhi atau
dibentuk oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Tuan O merupakan seorang anak
dari tukang pelana dan penjual peralatan rumah tangga dan berkebun. Ia memiliki
kelebihan dalam pemahaman tentang bisnis. Ia berhasil mecapai kesuksesan yang
besar dalam industri kapas. Ia kemudian membeli beberapa pabrik pemintalan
kapas, dan disanalah ia mencoba merealisasikan ide-idenya.
Awalnya bagi dia, penduduk di
sana memiliki hampir semua keburukan dan memiliki sedikit kebaikan dari
komunitas sosial. Mereka mencuri dan menjadi penadah barang-barang curian, ini
menjadi pekerjaan mereka, ongkang-ongkang kaki dan mabuk-mabukan menjadi kebiasaan
mereka, berbohong dan menipu menjadi perilaku seragam mereka. Mereka hanya
bersatu perlawanan yang sistematis dan penuh semangat terhadap majikan mereka.
Ia mencoba merealisasikan
ide-idenya itu, dengan menempatkan perhatian pada pendekatan terhadap masalah
kejahatan, pendesaian dan penentuan lokasi bangunan-bangunan serta
fasilitas-fasilitas waktu senggang, cara pengorganisasian pekerjaan, pengasuhan
anak-anak. Ia mengasumsikan bahwa dengan menerapakan perubahan-perubahan itu
harus didasarkan pada prinsip-prinsip rasionalitas dan kerjasama, maka perilaku
pun memungkinkan akan berubah.
Dalam waktu lama, sekitar 16
tahun, sebuah perubahan yang penuh pun telah tercipta dalam karakter umum desa,
yang ada di sekitar pabrik pemintalan kapas yang ia miliki. Ia berkeyakinan
bahwa prinsipnya bisa diperluas mencakup sebuah komunitas yang jauh lebih luas,
bahwa para anggota dari setiap komunitas secara bertahap dilatih hidup tanpa
ongkang-ongkang kaki, tanpa kemiskinan, tanpa kejahatan, tanpa hukuman. Karena
semua itu efek dari kekeliruan dari beragam sistem yang ada sebelumnya di
seluruh dunia. Semua keburukan itu merupakan konsekuensi niscaya dari
kebodohan.
Akan itu Gifar merenung dan
lirih, “Bahkan kebodohan sendiri, efek dari tidak adanya pemerataan ekonomi.”
#
Mereka
yang utopia adalah Sejarah sekaligus harapan. Secara sejarah kebaruan, mereka
dianggap sebagai sekelompok ide dan gerakannya yang terus berkembang, baru
muncul di Eropa awal abad ke 19. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab
kemunculan awal mereka telah menjadi bahan perdebatan yang telah berlangsung,
namun secara umum disepakati bahwa faktor-faktor utamanya adalah
perubahan-perubahan ekonomi dan sosial yang sangat cepat berkaitan dengan
muncul zaman industrialisasi dan urbanisasi. Perubahan-perubahan itu, bukan
saja meruntuhkan ekonomi pedesaan, namun juga menyebabkan terjadinya keruntuhan
norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap sebagai tiang penyangga dalam tatanan
tradisional. Kaum liberal menyambut hal itu dengan gembira. Mereka kaum liberal
menganggap industrialisasi sebagai usaha kapitalis yang bernilai kebebasan dan
kemajuan.
Mereka
yang utopia, menolak itu, alih-alih memandang individualisme, mereka lebih
cenderung bergerak pada komunitas, kerjasama, dan kebersamaan kolektif. Mereka
menganggap gerak pembangunan kontemporer telah merusak kualitas nilai-nilai
itu. Mereka juga alih-alih menyambut gembira kemajuan dari usaha kapitalis,
mereka lebih menekankan perhatian pada adanya ketimpangan yang masif mulai
muncul. Para petani dan tukang-tukang berkerumunan menuju kota-kota yang sudah
padat penduduk dan mereka terpaksa bekerja dalam pabrik-pabrik yang baru muncul
dengan upah yang cukup sederhana. Mereka terpaksa mengikuti arus usaha
kapitalis.
Mereka
yang utopia memiliki ciri-ciri umum, karakteristik pertama dan yang paling
fundamental adalah komitmennya terhadap penciptaan masyarakat yang egalitarian.
Mereka mungkin berbeda pendapat dan tidak saling bersepekat mengenai sampai
seberapa jauh ketimpangan itu akan bisa dilenyapkan atau dengan cara-cara apa
perubahan itu bisa diwujudkan, tapi tak ada di antara mereka yang mendukung
ketimpangan dalam kemakmuran. Mereka berasumsi bahwa kepemilikan kapital dan
kemakmuran secara turun temurun dan di bawah kapitalisme telah menciptakan
hak-hak Istimewa dan kesempatan-kesempatan yang sangat besar di satu ujung
kutub sosial, di ujung yang lain ada siklus kemelaratan yang membatasi
sekaligus terbatasi pada kesempatan-kesempatan. Daya pengaruh pengaruh kutub
yang satu memberikan siklus kemelaratan pada kutub yang lain.
Mereka menantang relasi hak
milik yang merupakan sesuatu fundamental bagi kapitalisme. Mereka berkeinginan
untuk membangun sebuah masyarakat Dimana di dalamnya setiap orang memiliki
kesempatan untuk mencapai kepenuhan diri tanpa harus berhadapan dengan rintangan-rintangan
yang diakibatkan oleh adanya ketimpangan struktural sosial.
Ciri kedua adalah kepercayaan
akan kemungkinan dibangunnya sebuah system egalitarian alternatif yang
didasarkan pada nilai-nilai solidaritas. Ciri kedua akan diperkuat oleh ciri
ketiga, yakni pandangan relative optimistic mengenai manusia dan kemampuan
manusia untuk bekerjasama satu sama lain. Mereka meyakini sampai seberapa jauh,
baik optimisme maupun rasa keharusan untuk membangun sebuah masyarakat baru. Mereka
yang percaya akan kemungkinan untuk membangun komunitas-komunitas yang mandiri
tanpa ada hirarki.
Ciri keempat, mereka
berkeyakinan bahwa untuk menciptakan perubahan-perubahan yang signifikan di
dunia melalui perantara manusia yang sadar. Memang beberapa dari mereka atau
dari sebagian gagasan kaum Tuan M-Isme menekankan pada determinasi ekonomi
dengan sedemikian kuat sehingga kekuatan manusia dengan basis gagasan tapi
mengalami distorsi ekonomi akan sulit untuk membincangkan tentang peranan
manusia dalam menciptakan perubahan. Tapi mereka yang utopia ini juga dengan
sadar menolak kepasrahan secara pasif terhadap situasi yang ada.
Di lain sisi, mereka yang
utopia adalah bagian dari fenomena sejarah transisi, ada tiga jenis dari
mereka. Pertama, transisi di negara-negara maju, kedua, transisi di
negara-negara terbelakang dimana kekuasaan negara telah ditaklukkan, dan
ketiga, transisi di negara-negara dimana hanya pemerintah yang telah diperoleh.
Tuan M dan penafsir serta penikmat gagasan Tuan M memiliki asumsi bahwa dalam
negara-negara maju akan mulai muncul gagasan sosialisme, dimana kapitalisme itu
sendiri telah menciptakan kondisi material dan kultural untuknya. Akses
revolusioner ke kekuasaan negara memungkinkan tercipta, memungkinkan penyitaan
dari sang penyita, menciptakan asosiasi produsen, dan mengubah negara menjadi
ungkapan dari masyarakat, bukannya badan di atas masyarakat.
Tetapi, sejarah memiliki
harapan yang berbeda, termasuk kesadaran yang dialami oleh Gifar, Ismu, Arkan,
dan Bang Sira. Dan realitas memberikan kenyataan baru. Bahwa konstruksi gagasan
sosialisme tidak dimulai di negara-negara kapitalisme maju yang memiliki kelas
buruh yang besar dan berpengalaman, tetapi di negara-negara dimana perkembangan
kapitalisme baru saja dimulai, yang penduduknya kebanyakan petani, dan yang
kelas buruhnya adalah minoritas dari penduduk. Bahkan termasuk kelas menengah
yang sadar sebagai percepatan reaksi. Ini merupakan isyarat bahwa kondisi
politik mendahului kondisi ekonomi.
Mereka yang utopia berwujud
banyak, dengan rupa beragam. Ia dapat bersifat sentralitas maupun lokal,
terorganisir dari atas sekaligus terbangun dari bawah, visioner sekaligus
pragmatis, revolusioner sekaligus reformis, anti negara sekaligus berorientasi kekuasaan
bernegara, internasionalis sekaligus nasionalis, membutuhkan dan melalui partai
sekaligus menolak partai, tumbuh dari gerakan serikat sekaligus independen. Ia
bisa tumbuh dalam sebuah negara dengan industri yang kaya sekaligus muncul dari
masyarakat yang berbasis petani miskin. Mereka yang utopia adalah semua bentuk
sosialisme tersebut dengan karakteristik fundamental atau esensi yang sama.
Bahwa mereka yang utopia
dengan tujuan adalah perkembangan manusia yang penuh. Mereka yang Utopia
memandang, “Dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang
sesuai dengan kebutuhannya.”
Mereka yang utopia merupakan
tujuan yang harus dikejar, tetapi ada kemungkinan ia tak akan pernah mencapai
hingga batas waktunya, tapi dalam batasan waktu pada kehidupan masa orang yang
lain. Sampai seperti kata-kata Tuan M, “Akan tercipta sebuah masa, ketika
system kapitalis akan hancur berkeping-keping. Dan saat itu lonceng kematian
hak milik pribadi kapitalis berdentang”. Mereka yang utopia akan terus relevan,
sebagai sejarah masa lalu, di masa kini hingga di masa depan. Kapitalisme
runtuh, dan ia berganti dengan mereka.
Posting Komentar
0 Komentar