Serpihan Kemanusiaan
Serial Novel Serpihan Identitas
3
“Assalamualaikum, melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi pada Muslim Rohingya, akan diadakan rapat untuk rencana melakukan galang dana. Diharapkan kehadirannya pada pukul 16.15 WIT di sekretariat. Jazakumullah”, begitulah sms yang masuk di handphone Said. Sms itu dikirim dari Ketua salah satu organisasi kepemudaan Muslim, Imran, namanya.
Said,
pria pendiam dengan penampilan sederhana, senang menggunakan kaos berkarak dan
berwarna gelap serta lebih senang menggunakan celana kain, dan kadang lebih
sering dilipat di atas mata kakinya. Said
juga turut aktif di salah satu organisasi kepemudaan Muslim itu, sebagai
Pengurus Daerah. Dan Imran adalah Ketua Daerahnya.
Di terik siang dengan dijalaninya puasa Ramadhan, di
sepuluh terakhir Ramadhan. Sekitar pukul 16.15 WIT teman-teman organisasi
kepemudaan Muslim ini melakukan rapat untuk rencana Aksi Rohingya. Yang hadir
diantaranya, Imran selaku Ketua, Said selaku sekretaris, Yusuf, Dawam, Mirgah,
dan Usamah, serta akhwatnya Hasnah, Fatimah dan Zulaeha.
Rapat dimulai dengan sama-sama melafadzkan basmallah.
Dilanjutkan dengan tilawah salah satu ikhwan, akh Yusuf. Selanjutnya pengantar
dari Imran terkait rencana aksi. Ia menjelaskan tentang rencana aksi dilakukan
pada malam takbiran, dan kita akan bagi pada beberapa tempat yang menurut kita
ramai pada malam itu. Kita akan galang dana semampu kita untuk saudara-saudara
kita di Rohingya. Silahkan nanti teman-teman tawarkan saran-saran yang
diperlukan saat aksi dan tempat-tempat saat aksi galang dana nanti. Dan
pendapat antum-antumna mengenai aksi ini.
“Assalamualaikum, ikhwahfillah sekalian, ana bangga
bisa berkumpul dalam rasa persaudaraan yang begini kokoh rasanya, ana bangga
karena persaudaraan kita pula, kita tergerak untuk menolong gerakan kemanusiaan
lain nun jauh di sana, yang beda bangsa dengan kita, tapi satu akidah dengan
kita. Saran ana kita harus setuju dengan aksi ini, bahkan kita harus tetap
semangat menjalani aksi ini di waktu-waktu malam takbiran nanti”, kata Hasnah memberi
saran pada rapat ini.
“Afwan bukan ana tidak bersedia, tapi pada kondisi
malam takbiran, bisa dipastikan akan sangat ramai, banyak kendaraan, dan banyak
orang pula. Dan pada malam-malam itu adalah malam untuk berkumpul dengan
keluarga. Sekiranya waktu dan rencana aksi pada malam takbiran itu bisa ditunda
di waktu lain”, kata Dawam memberi saran lain tanda mencari waktu lain untuk
aksi.
“Ikhwahfillah, ini momentum yang baik, memang yang
kita cari adalah banyak orang. Agar galang dana ini bisa kita maksimalkan. Dan
momentum malam takbiran adalah momentum yang tepat. Menarik empati orang,
dimana kita sedang bahagia merayakan hari kemenangan sementara saudara-saudara
kita yang lain sedang menjalani hari kemenangan dengan nestapa. Yang penting
isu aksi kita adalah aksi damai, aksi untuk galang dana. Masalah pertemuan
dengan keluarga, bisa kita beri pengecualian kali ini saja. Persaudaraan kita
bisa menggantikannya”, saran Yusuf memberi tanda setuju rencana aksi
dijalankan.
“Oke, kita setuju untuk lanjutkan aksi. Di satu sisi
komunikasi dengan semua kader harus dimaksimalkan, mengingat banyak kader yang
pulang kampung halaman, semua kader yang masih di sini harus mendapatkan
informasi aksi. Talimat harus berjalan. Koordinasi ke setiap ketua-ketua
komisariat”, kata Imran menetapkan rencana aksi tetap berjalan.
“Selanjutnya kita perlu setujui rencana-rencana dalam
aksi kita”, lanjut Imran. “Ada saran lain? Sekaligus mempersiapkan
perangkat-perangkat aksi kita”.
“Ana sarankan selain aksi galang dana kita bisa juga
melakukan pemutaran film”, saran Yusuf. Ini juga dapat menarik orang-orang
untuk lebih melihat informasi tentang Rohingya.
“Ana setuju, dan ana bersedia mengunduh video-video
yang akan diputar nanti”, sambung Usamah yang setuju dengan Yusuf.
“Mengenai tempat aksi bagaimana?” tanya Imran
“Ana saran tempat aksi kita bagi tiga tempat Masjid
al-Munawwar sebagai pusat, depan Mall Jati Land, dan Depan Kantor Pos”, kata Said.
“Oke, ada saran lain?” tanya Imran lagi pada peserta
rapat
“Bagaimana kalau kita fokus di Masjid Al-Munawwar
saja, mengingat malam itu akan cukup ramai dan kondisi kader yang sebagian
pulang kampung. Kita maksimalkan semua di sekitar al-Munawwar saja”, kata
Hasnah.
“Oke dengan segala kemungkinan kita fokus ketiga
tempat itu, Al-Munawwar, Jati Land, dan Depan Kantor Pos. Tapi bila tidak
memungkinkan kita fokus di Al-Munawwar saja”, tandas Imran mengambil keputusan
dengan jalan tengah.
“Dawam dan Usamah antum berdua nanti beserta beberapa
teman komisariat nanti sedikan kardus sebagai tempat kumpul dana ya”, lanjut
Imran.
“Akh Yusuf, antum nanti cari sound untuk aksi kita”
“Said antum maksimalkan talimat ke kader-kader,
terutama para ikhwan. Antum juga dengan akh Mirgah koordinasikan tempat-tempat
untuk aksi nanti. Sekalian buat surat untuk pemberitahuan aksi kepada Polda”
“Fatimah, anti bantu koordinir teman-teman akhwat”
“Kita cukupkan rapat kita hari ini. Semoga rencana
aksi kita dimudahkan Allah dan diridhoi Allah. Kita tutup dengan hamdallah, dan
doa kifratul majelis”
#
Rohingnya adalah komunitas yang mayoritasnya Muslim, dan tinggal di negara
bagian Rakhine. Jumlah mereka sekitar sejuta, tapi mereka bukan kelompok
masyarakat terbesar di Rakhine. Sebagian besar warga Rakhine beragama Buddha.
Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga
tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah
pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap
warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka
sendiri. Inilah peyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah
mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok.
Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga
Rohingnya tidak memberikan suara bagi partai politik mereka. Ini menyebabkan
tambah runcingya ketegangan. Sementara itu, pemerintah tidak mendorong
rekonsiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga kepentingannya
di kawasan yang kaya sumber alam tersebut. Faktor-faktor ini adalah penyebab
utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar agama. Ini juga jadi
penyebab memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran hak-hak
sosial-politis mereka.
Pendeknya, solusi domestik bagi masalah Rohingnya hanya bisa tercapai jika
kelompok elit Myanmar yang memerintah, serta para pengambil keputusan, mengubah
pola pikir mereka. Tapi perebutan sumber daya alam, keuntungan dari
proyek-proyek pembangunan dan bangkitnya kelompok fundamentalis Buddha
kemungkinan akan mencegah itu terjadi.
Hubungan antar agama di Myanmar adalah masalah yang sangat kompleks. Warga
Muslim, terutama Rohingya, dikonfrontasikan dengan rasa takut mendalam terhadap
Islam di masyarakat dan negara yang mayoritas warganya beragama Buddha. Warga
yang fundamental mengklaim bahwa kebudayaan Buddha serta masyarakat terdesak
oleh warga Muslim. Apalagi Myanmar dikelilingi negara-negara yang mayoritas
warganya beragama Islam, seperti Bangladesh, Malaysia dan Indonesia. Warga
Rohingnya dianggap sebagai ancaman terhadap gaya hidup dan kepercayaan Buddha,
dan jadi jalan menuju islamisasi Myanmar.
Tapi masalah ini juga punya aspek ekonomi. Rakhine adalah salah satu negara
bagian yang warganya paling miskin, walaupun kaya sumber daya alam. Jadi warga
Rohingya dianggap beban ekonomi tambahan, jika mereka bersaing untuk mendapat
pekerjaan dan kesempatan untuk berbisnis. Pekerjaan dan bisnis di negara bagian
itu sebagian besar dikuasai kelompok elit Burma. Jadi bisa dibilang, rasa tidak
suka warga Buddha terhadap Rohinya bukan saja masalah agama, melainkan didorong
masalah politis dan ekonomis.
Akibat
tidak memiliki kewarganegaraan yang sah, etnis Rohingya sering mengalami
diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga menghadapi berbagai
pembatasan termasuk dikontrol pergerakannya, pembatasan jumlah anak dalam
keluarga serta hambatan akses ke pasar kerja.
Tahun 2015
ini aksi pengungsian lebih 25.000 warga Muslim Myanmar dengan menggunakan
perahu mencuat jadi topik berita di tataran internasional. Masalah muncul
terkait sikap pemerintah di tiga negara, yakni Thailand, Malaysia dan Indonesia
dalam menangani manusia perahu itu. Sebetulnya exodus etnis Rohingya dari
Myanmar atau warga Bangladesh lainnya dengan menggunakan perahu bukan fenomena
baru.
Gelombang
pengungsian besar-besaran pertama etnis Rohingya dengan menumpang perahu
terjadi tahun 2012 saat konflik sektarian antara warga minoritas Muslim
Rohingya dengan mayoritas Budhis di negara bagian Rakhine di Myanmar makin
memburuk. Ketika itu lebih 200 warga etnis Rohingya tewas dan 140.000 lainnya
digiring ke kamp-kamp penampungan.
Etnis
Rohingya merupakan kaum minoritas di Myanmar dan Bangladesh, kebanyakan tidak
memiliki kewarganegaraan yang sah. Jumlah populasinya menurut taksiran PBB
mencapai sekitar 1,3 juta orang dan kebanyakan bermukim di negara bagian
Rakhine yang tergolong paling miskin di Myanmar. Minoritas Rohingya beragama
Islam, sementara mayoritas warga Myanmar beragama Budha.
Walau sudah
bermukim di Myanmar selama beberapa generasi, anak cucu keturunan Rohingya
tetap dipandang sebagai pengungsi ilegal dari negara tetangga Bangladesh. Di
pihak lain, Bangladesh juga tidak mengakui mereka sebagai warga negaranya. Saat
ini terdapat sekitar 300.000 warga Rohingya di Bangladesh, terutama di kawasan
perbatasan ke Myanmar. Beberapa topik Rohingya yang dimuat di berbagai media
cetak. Menjadi acuan bagi kader-kader Organisasi Kepemudaan Muslim ini.
“Motif kita adalah motif kemanusiaan, maka
aksi kita adalah aksi kemanusiaan, kita lepas dari masalah etnis, masalah
politik, masalah agama. Kita hanya menunjukkan rasa kepedulian kita sebagai
seorang Muslim, yang memiliki fitrah kemanusiaan. Kemanusiaan manusia karena
kita Muslim. Muslim lepas dari sekat-sekat geografis karena kepeduliannya
kepada sesama manusia”, kata Said memberi penjelas mengenai
kejadian Rohingya kepada kader-kader. Bahwa isu aksi adalah isu kemanusiaan
bukan sekedar masalah agama.
#
“Allahu akbar, Allahu
akbar, Allahu akbar, La Ilaaha Illallahu, Waallahu akbar, Allahu akbar,walillahilhamd”
Gema takbir berkumandang dimana-mana
malam itu. Kami yang tergabung dalam Pengurus Daerah Organisasi Kepemudaan
Muslim menggalang dana Untuk Rohingya. “Assalamualaikum, Kepada seluruh kader
diharapkan kehadirannya pada agenda “Nonton Bersama dan Galang Dana Untuk
Rohingya, pukul 20.00- Selesai. Di Al-Munawwar. Jazakumullah. Tertanda Ketua
Umum”, begitulah talimat yang disebarkan Ukhti Hasnah pada semua kader.
Pukul 20.10 sudah banyak kader yang
berkumpul menyiapkan perangkat-perangkat aksi mulai dari kardus, sound system,
hingga LCD dan layarnya. Bahkan ada sebagian yang datang lebih awal, sholat
berjamaah di Masjid Al-Munawwar. Aksi kami tepat di depan al-Munawwar kami
galang dana. Al-Munawwar juga mendukung dengan aksi kami.
Aksi kita memang fokuskan di
al-Munawwar saja karena kondisi yang banyak orang. Tapi semua kader
dimaksimalkan untuk orasi, galang dana, dan banyak juga orang-orang yang
berminat untuk menonton video tentang Rohingya.
Aksi berlangsung hingga pukul 00.00
malam. Semua kembali di rumah masing-masing. Rencana besok dilakukan kembali
aksi di Masjid-Masjid karena kebetulan besok pada hari Jumat. Masjid yang
menjadi tempat galang dana, Al-Munawwar, al-Mutaqin, dan al-Muhajirin.
“Kita yang tergabung dalam
organisasi kepemudaan Muslim ini, pada malam ini melakukan aksi solidaritas
galang dana untuk Rohingya. Kami mengajak saudara-saudara sekalian, bapak, ibu
untuk memberikan sedikit uluran tangan kepada saudara-saudara kita disana.
Bahwa sungguh setiap mukmin itu bersaudara. Sungguh tidak sempurna iman
seseorang kalau ia tidak mencintai saudaranya melebihi dirinya sendiri. Dan
bentuk cinta bapak ibu sekalian adalah memberikan sedikit uluran tangan.
Mungkin dengan itu bisa sangat berarti bagi mereka. Pada malam ini kita rayakan
hari Kemenangan, malam takbiran dengan bahagia sementara saudara-saudara kita
disana penuh dengan duka. Kami mengajak bapak ibu untuk sedikit berempati
dengan saudara-saudara kita di Rohingya. Kita mengajak bapak ibu untuk
memberikan sedikit uluran tangannya”, kata-kata sebagian kader dalam orasi.
“Kami juga menggalakan nonton film untuk kejadian di Rohingya”.
#
“Allahu akbar, Allahu
akbar, Allahu akbar, La Ilaaha Illallahu, Waallahu akbar, Allahu akbar, walillahil
hamd”
Pada hari kemenangan ini, pada hari
yang fitri ini, pada Idul Fitri ini. Gema takbir berkumandang dimana-mana.
Sedang lain sibuk dengan saling berkunjung. Kali ini para kader janji bertemu
sebelum sholat Jumat di masjid masing-masing yang menjadi target untuk galang
dana. Yusuf, Dawam, Said, Usamah untuk ke Masjid al-Muhajirin. Semua sudah
disiapkan LCD, kabel, cok rol.
Bergegas ke masjid, ternyata sudah pukul 12 lebih,
sudah banyak orang berada di masjid untuk sholat. Terpaksa kita agak terlambat.
Info untuk pemberitahuan setelah sholat ada galang dana kepada jamaah sholat
jumat juga belum disampaikan.
Setelah sholat selesai, baru kita sampaikan. Ternyata,
para jamaah sholat Jumat sebagian sudah bergegas pulang, sebagian ada diundang
makan di salah satu rumah Habib di sekitar masjid, katanya nanti balik setelah
makan.
Kami menyiapkan untuk pemutaran video. Dan ternyata
memang yang datang balik untuk menonton hanya beberapa jamaah saja. Raut-raut
wajah kader agak kecewa, sebagian bingung mau bagaimana. “Semua ada hikmahnya
akhi, kita yang terlambat. Tetap lanjutkan saja pemutaran videonya biar sedikit
orang tidak apa-apa. Yang penting kita putar saja videonya. Galang dana nanti
saja”, kata Said menyemangati kader yang lain.
Kami tetap lanjut untuk pemutaran video dan hanya
beberapa bapak-bapak yang nonton. Setelah menonton selesai. Kami diajakn salah
satu bapak-bapak untuk bercerita. “Saya tadi setelah makan, saya cepat kesini”,
kata bapak-bapak ini. “Saya sangat segani dengan hal-hal seperti ini”.
“Mana ada anak muda yang mau mengurusi hal-hal seperti
ini, peduli dengan permasalahan umat, permasalahan saudara Muslim lain, hanya
orang-orang yang punya semangat dan peduli yang mau melakukan ini”, kata
bapak-bapak ini lagi dengan raut muka yang agak serius dan suara yang agak
paruh.
“Saya paling tidak bisa melihat saudara Muslim kami
ditindas”, suaranya semakin paruh terdengar.
“Tadi saya setelah makan, saya langsung bergegas ke
sini, ingin sekali menonton ini. Saya nonton pun saya gemetar”, kata
bapak-bapak ini lagi
“Saya paling tidak setuju kalau ada saudara Muslim
yang ditindas. Saya akan lawan. Saya lawan dengan diri saya, kelompok saya akan
melawan itu, saya pernah terlibat dalam gerakan jihad. Bahkan hingga ke
Afghanistan”, lanjut bapak-bapak ini dengan air mata yang meleleh dan suara
yang paruh, dan kami juga kaget.
“Kelompok kami bukan yang bawa-bawa kompor dari masjid
ke masjid. Kami hanya tidak setuju kalau ada saudara Muslim kami ditindas,
untuk itu kami lawan. Tapi kami menghargai yang lain”.
Bapak-bapak ini bercerita tentang perjalanan jihadnya
mulai dari perlawanan di Tobelo, hingga pelatihan-pelatihan fisik yang ia
jalani. Hingga ikut jihad ke Afghanistan. “Kita dulu pernah latihan fisik, uji
nyali dan keyakinan, berdiri dan truk dari arah sana menuju ke arah kita, dari
arah lebih tinggi, dan kita di arah rendah, hingga berhenti dan batas antara
truk dan kita hanya sebatas jarak sebesar mushaf, kita tidak ada yang takut,
dan alhamdulillah saya lolos ujian ini”
“Kita juga pernah, ujian menyelamatkan orang dalam
sebuah gedung, menggunakan kuda, sambil di tembak, dan kita harus mampu
menyelamatkan diri kita, orang yang harus diselamatkan, dan juga kuda sebagai
kendaraan”
Beliau juga bercerita tentang bagaimana kelompoknya
dan para politisi yang sering memanfaatkan kondisi-kondisi seperti ini. “Dan
kadang kita berencana melakukan aksi teror, tiba-tiba ada senjata yang
diberikan tanpa kita ketahui asalnya dari mana”. “Kadang kita juga diberikan
dana oleh mereka untuk ciptakan konfilk”
“Saya tidak peduli dengan itu semua, yang ingin saya
tolong hanyalah saudara Muslim saya”
“Saya hanya ingin mati di jalan Allah, saya rindu
syahid”
“Saya pernah ditangkap dan saya hanya ucapkan ya
Allah, cabutlah rasa sakti ini, saya malu pada-Mu kalau rasa sakit ini saya
rasakan”, kata beliau yang menceritakan ketika ditangkap dan kadang disiksa,
kukunya dicabut, pahanya di ditindis bahkan dengan bangku. Beliau begitu
terlihat yakin dengan tauhidnya
Beliau juga bercerita tentang ada tokoh yang dituduh
teroris digerebek dan di tempat di lokasi. “Saya mengenal sosok itu, saya
mengenal dekat, saya yakin itu bukan beliau yang mereka tangkap, dan yang
mereka tembak itu”.
“Saya mengenal pimpinan-pimpinan itu, semoga mereka
dirahmati Allah, mereka bukan orang sembarangan, mereka juga berilmu, ilmu
agamanya kuat. Saya mengenal mereka dalam gerakan kita ini”
“Adik-adik saya mohon maaf kalau saya salah bicara,
mari kita saling mendoakan agar istiqomah di jalan Allah. Kalian dengan
aktivitas kalian dengan kelompok kalian, saya tidak tahu, saya dengan cara
saya, saya hanya minta didoakan untuk mati di jalan Allah, mati syahid, hanya
itu yang saya inginkan, saya rindu untuk itu bukan mati di jalan raya, bukan
mati di dalam kamar mandi, bukan. Bukan”, kata beliau sambil meneteskan air
mata, kamipun demikian. Kami terseduh dan tanpa sadar air mata kami juga jatuh,
karena tersentuh melihat keteguhan beliau. Kami sama-sama rindu pada Tuhan
kami.
“Saya tidak tahu kalian, tapi untuk peduli dengan
saudara Muslim, saya rasa itu tidak mudah, hanya orang-orang yang punya
semangat berIslam dan kepedulian yang mau melakukannya”, kata bapak-bapak ini
lagi pada kami
“Apalagi kalian masih muda, sangat susah menemukan
pemuda-pemuda yang mau mengurusi hal-hal begini”, kata beliau lagi dengan memberi
semangat kali ini. “Tetap semangat dalam membela Islam, tetap istiqomah di
jalan Allah”
Setelah perbincangan yang agak panjang ini, kami mohon
izin untuk balik. Entah apa yang terjadi. Kami hanya mengambil hikmahnya saja,
tentang seorang Muslim yang bersemangat dengan keyakinan tauhidnya.
#
Setelah
kejadian itu sesama kami berdiskusi. Setiba di sekret dan mau silahturahim di
rumah para senior, pimpinan, qiyadah
dan guru, murabbidi saat momentum
Idul Fitri. Kita lanjut diskusi sebentar.
“Satu janji itu adalah surga. Inilah
yang dijanjikan untuk mereka yang telah berjihad, yang didera duka dan
kegetiran, yang berjuang mati-matian di jalan dakwah”, kata Usamah itu seperti kata
Sayyid Qutbh.
“Masyarakat Islam berdiri di atas
akidah bukan atas dasar kesukuan, tanah air, warna kulit, bahasa, dan
kepentingan yang bersifat keduniaan yang terbatas pada sekat-sekat teritorial
yang sempit”, lanjut Usamah
“Ia, kepedulian kita, karena kita
memang memahami bahwa Muslim adalah masyarakat yang terbuka untuk semua suku,
bangsa, dan warna kulit, tanpa terkendala oleh sekat-sekat fisik yang sempit”,
kata Yusuf
“Menjadikan akidah sebagai tali
pengikat. Islam bertujuan menampilkan kemanusiaan manusia”, lanjut Yusuf
“Biarlah kita dengan cara seperti
ini. Kita hanya ingin menampilkan Islam sebagai kemanusiaan manusia”, tambah
Yusuf. “Kita memahami seperti kata Hasan al-Banna, bahwa peringkat pertama
kekuatan adalah kekuatan akidah dan iman, kemudian kekuatan kesatuan dan ikatan
persaudaraan, lalu kekuatan fisik dan senjata. Sebuah jamaah tidak bisa
dikatakan kuat sebelum memiliki cakupan dari seluruh kekuatan tersebut.
Manakala sebuah jamaah mempergunakan kekuatan fisik dan senjata, padahal
ikatannya masih berserakan, sistemnya masih kacau, akidahnya masih lemah, dan
cahaya imannya padam, maka kesudahan akhirnya adalah kehancuran dan kebinasaan”
“Sudahlah kitakan hanya menolong
saudara-saudara Muslim Rohingya dengan cara galang dana, menampilkan
kemanusiaan manusia di atas segalanya”, kata Said
“Karena kita berukhuwah,
persaudaraan karena kesamaan iman yang menyala dalam dada”, kata Said lagi
Semua terdiam dan saling menatap,
tanda menyetujui tentang kemanusiaan manusia, persaudaraan, kesamaan akidah,
itulah Muslim, itulah gerakan kita.
Mereka hanya melakukan seperti (Slogan Humanisme, Seneca, Filsuf Stoik Athena), “Manusia mendapatkan sesuatu dari manusia
lain. Manusia melepaskan sesuatu dari manusia lain. Manusia menjadi manusia
karena manusia lain atau mungkin ada juga manusia yang menjadi manusia kembali
karena manusia lain. Bagi umat manusia, manusia itu suci”. Karena“Sebaik-baiknyamanusiaadalahmanusia
yang bermanfaatbagimanusia lain”.
Mereka yang saling mengikat dalam rasa persaudaraannya “Sebab semua yang ada di dalamnya mengungkapkan kecintaan yang dalam, keterikatan yang kuat, ukhuwah yang tulus, dan kerjasama yang kokoh. Kesatuan yang tulus, ikatan rabbani yang kokoh ini, dan sangat optimis menatap masa depan selama tetap bersaudara karena Allah, saling mencintai, dan saling tolong-menolong. Karena itu jagalah persatuan ini, sebab ia merupakan senjata dan bekal utama”.
Posting Komentar
0 Komentar