Serpihan Ikhtiar

Serial Novel Serpihan Identitas

M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)


Serpihan Ikhtiar

2








Sekitar tahun 1928, kembali. Ia dan beberapa teman yang penuh keresahan. Teman temannya lantas duduk dan berbincang-bincang dengannya. Di dalam suara mereka terdapat kekuatan. Mereka mengembang fokus yang mapan. Dalam pandangan mata mereka terdapat sinaran, pada wajah mereka terdapat cahaya iman dan azam. Mereka berkata  “Kami semua telah mendengar dan memperhatikan, telah mendapat pengaruh dan sentuhan, namun kami tidak tahu metode praktis apa yang membawa kemuliaan (izzah) Islam dan kaum muslimin. Kami telah bosan dengan kehidupan ini, kehidupan hina dan terbelenggu. Engkau dapat melihat sendiri bahwa bangsa Arab dan kaum muslimin di negeri ini tidak memiliki sedikit pun kedudukan atau kemuliaan. Mereka tak lebih dari sekedar para buruh yang patuh kepada orang-orang asing itu. Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali ruh yang berjalan dengan membawa sinar iman dan kemuliaan bersama dengan jiwa-jiwa kami, dan sedikit dirham yang berasal dari kebutuhan pokok anak-anak kami. Kami tidak dapat mengetahui jalan menuju pengalaman seperti engkau ketahui. Kami juga tidak mengenal jalan untuk berkhidmat kepada negeri, agama, dan umat seperti yang engkau ketahui. Pokoknya, yang kami inginkan sekarang adalah agar kami dapat mendermakan apa yang kami miliki, supaya kami dapat lepas dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT kelak. Kami mohon, kiranya engkaulah yang menjadi penanggung jawab dihadapan-Nya tentang kami dan tentang apa yang wajib kami lakukan. Kami juga berharap ada suatu jamaah yang secara murni berjanji kepada Allah untuk hidup demi agama-Nya, mati di jalan-Nya, dan hanya mencari keridhaan-Nya semata, serta layak memperoleh kemenangan, sekalipun sedikit jumlahnya dan lemah persiapannya”.
Perkataan yang tulus itu, baginya menyentuh jiwanya. Ia tidak dapat menghindarkan diri dari memikul sesuatu yang mesti ia pikul. Yaitu apa yang harus ia serukan, apa yang harus ia kerjakan, dan apa yang harus ia upayakan untuk menyatukan umat manusia. Ia kemudian katakan kepada mereka,  “Semoga Allah membalas kalian dan memberkati niat yang baik ini, serta memberikan petunjuk kepada kita untuk beramal shalih. Semoga Allah ridha dan memberikan kemanfaatan kepada umat manusia. Kewajiban kita adalah beramal, sedangkan keberhasilan itu ada di tangan Allah. Marilah kita berbaiat kepada Allah untuk menjadi “tentara” bagi dakwah Islam. Disitulah letak kehidupan negeri dan kemuliaan umat”. Selanjutnya terjadilah bai‟at. Sudah menjadi sumpah setia kami bahwa kami akan hidup bersaudara, beramal untuk Islam dan berjihad di jalannya.
Setelah itu, beberapa waktu kemudian di belahan yang lain. Disini, di belahan disini 1945, dengan jiwa yang sama ia didirikan untuk mempersatukan umat Islam disini karena didukung oleh organisasi-organisasi Islam besar saat itu. Ia identik dengan gerakan politik Islam yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam konteks kenegaraan. Ia punya jiwa yang sama dengan yang hadir pada belahan lain; Pakistan dan Mesir. Sejak tahun-tahun pertama didirikan, ia telah dianggap sebagai partai politik besar di Indonesia. Meskipun ia bukan satu-satunya partai yang dominan dalam politik Indonesia di masa itu. Ia terlibat dalam elite pemerintahan, antara lain dengan bersama-sama membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan partai-partai lain. Sehingga ia turut memainkan peranan dalam menentukan dasar politik Indonesia hingga tahun 1960.
Tahun 1960, di belahan disini dengan jiwa yang sama ia memang telah dibubarkan tapi pengaruh pemikirannya masih terasa. Pemikiran dan cita-cita politiknya tetap disebarkan dan diwariskan. Melalui berbagai fase transmisi, pengaruh pemikirannya hingga saat ini masih dapat dirasakan dalam berbagai bentuk seperti organisasi masyarakat maupun partai politik. Hal tersebut dapat diketahui dengan melacak kesamaan pemikiran-pemikiran organisasi ataupun partai dan menelusuri relasi antara tokoh-tokohnya.
Waktu terus berjalan. Kegiatan bagi mahasiswa dengan jiwa yang sama dihadirkan, dan cukup intens dilakukan, mengingat keyakinan yakin bahwa hal yang strategis bagi penyebaran pemikiran Islam adalah masjid, kampus dan pesantren. Salah satu kegiatan bagi mahasiswa yang terus berlanjut adalah latihan para pemuda untuk dakwah. Training ini melibatkan mahasiswa-mahasiswa muslim dari berbagai perguruan tinggi. Sehingga kemudian training semacam ini seolah menjadi trend di kampus-kampus. Dari sinilah kemudian semarak dakwah Islam di kampus-kampus mulai tampak. Terutama dengan munculnya organisasi-organsasi dakwah intrakampus.
Waktu masih terus berjalan. Ia hadir kembali, dan kembali berhimpun dalam barisan menjadi gerakan Islam yang fenomenal disini kemudian bertransformasi menjadi partai politik. Begitu berkiprah dalam lapangan politik praktis, ia yang sudah bertransformasi menjadi partai politik cukup fenomenal. Deklarasi partai ini yang dilaksanakan di lapangan sebuah Masjid dihadiri oleh sekitar 50 ribu kader dan simpatisannya. Hal yang juga hampir sama dilakukan diberbagai kota di tanah air. Berbagai media mencatat, bahwa baru kali pertama deklarasi partai politik, yang memang sedang ‘musim’ saat itu, dihadiri oleh puluhan ribu orang. Dan ternyata saat mulai berdiri 1998, ikut di dalam pemilu 1999 dan meraih 1,4% suara. Pada pemilu 2004 berhasil mengantongi 7,34% suara.
Di belahan waktu yang lampau ia merupakan cita-cita pandangan hidup dari umat Islam saat itu. Yang hendak ditegakkannya adalah; Pertama, kemerdekaan jiwa setiap dari kemusyrikan takhayul dan rasatakut kepada selain Allah Pencipta Seluruh Alam, yakni dengan menegakkan kalimatut-tauhid. Kedua, hendak membebaskan manusia dari penindasan dan pemerasan manusia dan golongan oleh golongan dalam bentuk apapun juga. Ketiga, pembebasan manusia dari tindakan kemelaratan dan kemiskinan, kefakiran yang menjadi sumber dari kekufuran. Keempat, pembebasan manusia dari sifat ta’ashub (cauvinisme), yang menjadi pokok pangkal dari segala macam nafsu angkara-murka antara bangsa dan bangsa atau suku-suku bangsa, ataupun ta’ashub dalam lapangan keagamaan dan kepercayaan. Kelima, hendak menciptakan suatu masyarakat hidup yang didasarkan pada musyawarah dengan menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human dignity), atas dasar ‘hidup dan memberi hidup’, bukan atas dasar siapa yang kuat akan bertahan, sedangkan yang lemah akan mati (survival of the fittest).
            Kemudian di waktu tahun 98-an, dan saat kampanye pemilu 1999, ia tidak melakukan kampanye media secara gencar. Tidak pula dengan membagi-bagikan banyak kaos, sembako dan lainnya. Karena memang secara infrastruktur keuangan, ia masih sangat lemah saat itu. Hampir semua keperluan partai dan pemilu dibiayai sendiri oleh para kadernya. Sesuai dengan prinsip yang senantiasa dipegang olehnya dalam berdakwah; sunduquna juyubuna (dana kegiatan kami, dari kantong kami sendiri). Sementara untuk meraih simpati dan massa pemilih, ia menerapkan strategi direct selling/marketing, yakni kampanye dengan cara mendatangi secara langsung (silaturahim) kepada orang-per orang calon pemilih atau simpul massa.
            Karena ikhtiar kini, orang-orang mencoba lebih menerjemahkan ideologi menjadi program. Dengan delapan (8) alasan bahwa orang-orang harus memilihnya kini; pertama, ia peduli dan tanggap bencana, kedua, selalu bersama umat dan ulama, ketiga, selalu merawat NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, keempat, bukan hanya hadir jelang pemilu, kelima, menguatkan demokrasi dengan kaderisasi, keenam, tidak banyak terkena kasus hukum, ketujuh, santun kepada semua, kedelapan, disukai anak muda.
            Kini, ia adalah partai kader. Dan itu adalah ikhtiar terbaik. Satu-satunya atau salah satu diantaranya parpol Islam yang memiliki sistem kaderisasi yang baik, ia punya mesin politik yang solid, demikian pula dengan pendanaan. Ia merupakan partai politik berideologi Islam yang merupakan fenomena baru dalam politik Islam di Indonesia.




Posting Komentar

0 Komentar