Buggy dan Pandemi

Buggy dan Pandemi
M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)



keterangan: wallpaperbetter dot com





Setelah Crocodile menghabiskan uang hampir 1.769 Triliun untuk belanja alutsista. Ya, Crocodile itu dulu pernah memimpin Alabasta. Alabasta merupakan kerajaan gurun yang terletak di Paradise. Pulau yang tandus yang rakyat menderita kekurangan air. Kemudian diselamatkan Luffy dengan mengalahkan Crocodile. Ya, tapi hanya di Indonesia Crocodile kemudian menjadi anak buah Buggy di dalam kementeriannya. Crocodile di paruh kedua menjadi Menteri Pertahanannya Buggy. Untuk sekedar membedakan dan memperjelas siapa kini Crocodile dan siapa Kaido, eh.

Iya, Kaido kan barusan ditetapkan kembali menjadi Ketua Penanganan Covid 19 di Negeri Wano. Kaido memang Menteri Pengatur Segalanya. Dan di Negeri Wano juga telah ditentukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat. Semoga Luffy dapat mengalahkan Kaido, eh. Dan Kaido seperti Crocodile jadi Menteri Buggy? Waduh hanya di Indonesia saja itu.

Akan tetapi di tengah-tengah itu, orang-orang kita juga sedang menikmati menonton Euro 2020 (yang dilaksanakan di 2021). Iya jauh disana orang bermain bola dengan penonton bersorak-sorak. Sembari itu kasus di Covid di Indonesia kian hari, kian meningkat. Bahkan kini menembus angka fantastis lebih dari 20.000 kasus. Padahal kalau kita melihat tren data kasus pernah terlihat dalam tren data itu dalam kisaran dibawah 100 per hari dalam kurun waktu Maret dan April di tahun 2020. Setelah itu kondisi normatif dengan kasus dibawah 1000 di bulan Juni 2020. Kemudian angka normatif dibawah 10.000 berjalan dalam kurun waktu Juli 2020 hingga Juni 2021. Dan kemudian melonjak mencapai angka 20.000 per hari. Eh kok jadi serius membicarakan data ya? Setidaknya Buggy pernah membuat kasus pernah dibawah 100 per hari, jadi jangan sebut Buggy itu King Lip Service. Sekarang telah menjadi The King of Buggy, Buggy kan Shichibukai.

Dulu, dulu sekali, ada anak buah Buggy yang menyebutkan “Kalau tidak ada kasus itu ya justru disyukuri bukan malah dipertanyakan terus” atau semacam “Salahmu sendiri kok beli masker ya. Masker kan untuk orang sakit” atau semacam pseudo-kesadaran dengan mengatakan kekebalan karena nasi kucing. Pejabat-pejabat Buggy memang selalu menampilkan “rasa percaya diri secara berlebihan”. Buggy dan kawan-kawan memang selalu jago memberikan hiperbola, bukan jago main bola ya. Hiperbola itu adalah asas dasar ketidak saling percaya atau semacam reduksi kesadaran di tengah-tengah publik. Tapi Buggy dengan para loyalis itu selalu saja percaya kebenaran, eh selalu saja membenarkan pembenaran.

Awal-awal terjadinya covid dan kondisi saat ini memang terasa berbeda, setahun yang lalu masyarakat yang dipimpin Buggy atau kru-kru yang dibawah aliansi Buggy dengan “rela untuk dikandangkan” di rumah. Kami sebagai kru dibawah aliansi Buggy juga dengan “senang dan gembira” untuk sekedar menikmati aktivitas di rumah, berkuliah melalui daring, menyaksikan berbagai seminar dan pelatihan melalui daring dan sebagainya. Di tengah pandemi ragam kondisi juga dialami setiap masing-masing dari kru Buggy. Dari yang bisa tetap kongko-kongko kaki sambil tetap menikmati sajian minuman di pagi hari tanpa resah dengan dampak pandemi, ada orang-orang yang “terpaksa” harus keluar rumah hanya untuk menjalankan rutinitas untuk mendapatkan penghasilan, ada orang yang bisa saja tetap di rumah dengan kondisi seadanya, ada juga yang tetap begitu-begitu saja entah ada atau tidak ada pandemi, mereka tetap berjejaran di jalan-jalan di pinggiran-pinggiran lampu merah sambil memegang sebuah kaleng. Awal-awal kejadian covid, orang-orang atau saya sempat berpikir bagaimana dengan mereka (“peminta-peminta”) dengan kondisi covid ini di tengah-tengah orang sibuk mencari masker dan hand sanitizier. Alangkah hiperbola hidup ini, alangkah hiperbola kondisi para kru aliansi Buggy ini dan awal-awal covid dulu malah hand sanitizier dan masker ditimbun orang tak bertanggung jawab. Harusnya Luffy beraliansi dengan Buggy, eh.

Perspektif soal covid juga sangat beragam dari yang serius hingga yang sekedar bercanda namun satir. Misalkan covid 19 dengan varian baru hanya “jualan dan bualan politik” dari aliansi Kru Bajak Laut Buggy untuk mencapai tiga periode. Tapi ditengah-tengah itu selalu ada bajak laut baik yang dengan kesadaran terus menggalakkan kesadaran penggunaan masker dua lapis lebih baik.

Perspektif pandemi memang sangat beragam, ada yang menempatkan pandangan dari covid itu palsu, covid itu permainan politik, covid itu semu, hingga covid itu ‘dagangan kapitalis’. Tentu tak sedikit juga yang menempatkan pandangan bahwa covid itu ada, bagian dari virus yang bisa mempengaruhi kesehatan dan dalam kondisi tertentu bisa menyebabkan kehilangan nyawa. Ada pula yang menempatkan pandangan normatif seperti halnya bahwa covid itu flu biasa. Memang kesadaran tentang herd immunity atau kekebalan bersama adalah hal yang dilakukan dengan vaksin mencapai 70% masyarakat merupakan kondisional dari kekebalan bersama yang diharapkan.

Hiperbola itu karena disrupsi kesadaran antara penyebutan kepada bajak laut yang menganggap covid sebagai palsu, konspirasi, dan sebagainya. Penyebutan pseudo-sains kepada orang-orang ini. Kemudian bertentangan dengan bajak laut yang merasa perlu melakukan penggunaan masker, mencuci tangan, jaga jarak, mandi setelah beraktivitas di luar rumah dan sebagainya. Disrupsi kesadaran juga adalah pertentangan dari bajak laut yang menolak divaksin dan menganjurkan vaksinasi. Kejadian-kejadian ini terlalu hiperbola. Hiperbola juga termasuk dalam hal pemeriksaan antigen dan antibodi dengan harga yang kadang selangit dari pihak swasta untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Demonstrasi soal penghentian pemeriksaan seperti ini dengan berbayar dilakukan di berbagai daerah. Tapi kini malah untuk perjalanan melalui udara, harus menggunakan PCR, kamu tahukan harga PCR berapa? Bayangkan kalau PCR dilakukan keluarga kelas menengah ke bawah karena keperluan menggunakan pesawat. Dititik inilah Buggy tak memahami kru aliansinya.

Kondisi kini dengan kondisi ketika awal covid tentu terasa berbeda. Sebelumnya orang-orang masih “rela” untuk tetap di rumah, sekarang ajakan untuk kembali beraktivitas di rumah saja mungkin terasa sulit. Saya sebagai salah satu dari pecinta aliansi Buggy melihat orang-orang tetap saja melakukan aktivitas dengan biasanya, kendaran-kendaran terasa padat. Memang realitas dengan kekebalan bersama lebih diharapkan dengan proses vaksinasi. Pelonjakkan kasus terasa “membahayakan”, tetapi dengan kondisi demikian orang dengan pandangan normatif tentu berharap kekebalan bersama harus terbentuk. Penderita komorbid memang akan sangat terasa susah dengan harapan kekebalan bersama, penderita komorbid menjadi sasaran waspada dalam kondisi ini.

Hal yang lebih mendasar dari kekebalan bersama adalah penempatan kesadaran bersama. Penempatan kesadaran bersama bukan untuk soal pembenaran penggunaan masker, cuci tangan atau jaga jarak atau kembali tetap di rumah. Tapi soal penerimaan bersama atas berbagai perspektif soal covid itu agar orang saling menempatkan pandangannya masing-masing soal covid itu. Agar disrupsi kesadaran di ruang publik itu terhindari dan perspektif soal covid menjadi pandangan normatif dari ragam perspektif itu.

Tapi mula-mula penumbuhan kesadaran itu harus dimulai dari penumbuhan rasa kepercayaan yang harus dilakukan Buggy dan para menterinya sebab orang-orang telah mengalami disrupsi kesadaran karena tingkah Buggy dan menterinya yang membuat perasaan ragu lebih kuat daripada perasaan waspada. Buggy dan menterinya telah menimbulkan satir seperti membuat orang yang menerima pemberian bantuan karena covid kemudian “mendoakan” covid untuk umur panjang, ampun deh. Padahal dengan kesadaran juga, dana bantuan sosial covid juga dikorupsi sebagian kru Buggy. Akhirnya sebagai bajak laut di era baru, kita akan selalu stagnan pada perspektif, “Covid itu nyata tapi proyek dari covid juga nyata, tragisnya orang meninggal karena covid juga nyata, tapi orang meninggal karena dicovidkan juga nyata”.

Hiperbola memang. Tapi setidaknya kita jangan hiperbolakan covid. Balbalan, eh Piala Eropa, Euro yang tersisa yang lolos hanya tim-tim medioker, eh. Prancis tim idola saya sudah pulang. Tim-tim dari grup neraka sudah kandas dibabak 16 besar. Dengan begitu mula-mula penumbuhan kesadaran akan kepercayaan kepada Buggy dan aliansi soal vaksinasi dan kebijakan-kebijakan soal penanganan covid adalah hal mendasar tapi dimulai dari Buggy sendiri untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakatnya. Buggy dapat membagi tubuhnya untuk terus peduli pada aliansi dan aliansinya dapat mempercayainya. Dengan buah setan Bara-Bara no Mi, tipe paramecia yang memungkinkan Buggy memisahkan bagian-bagian tubuhnya dan tetap bisa mengontrol tiap-tiap bagian yang terpisah, harapnya Buggy terus memberikan kepedulian besar. Dengan begitu Buggy yang ramping namun berotot itu, memiliki rambut berwarna biru dengan hidung berwarna merah bulat dengan penampilan kru awalnya yang menyerupai sirkus yang memiliki seperti tenda, riasan wajah, permainan pisau, sepeda acrobat, menaiki singa dengan kebiasaan kru sering berpesta. Buggy dengan tertawa khasnya, gyahahahaha.

Posting Komentar

0 Komentar