Sajak-Sajak M. Sadli Umasangaji - Narasi, Gelap, Perlawanan
Sajak-Sajak M. Sadli Umasangaji - Narasi, Gelap, Perlawanan
Kita Kekurangan Guru
Di seberang disana
Ku lihat mereka
mengumpat
Kita kekurangan
guru
Guru adalah
tulang punggung bangsa, kata mereka
Dan di dalam
hati, aku menggerutu
Ku lihat
seniorku,
Ketua partai
bertitel S.Pd
Ku lihat temanku
Pekerja tambang
bertitel S.Pd
Dan ku lihat di
aplikasi Ojek Online
Tertulis bla bla
bla, S.Pd
Ku lihat pamflet
Lembaga Filantropi
Ah, dia, dia
lagi-lagi bernama belakang S.Pd
Ku lihat para
penggerutu itu masih berbincang; Pendidikan kita kekurangan guru
Dia kemudian
berbincang dengan seniornya
Abang, negeri
ini kekurangan guru
Tapi ku cerna lagi
Abangnya yang
kontraktor itu
Lambat-lambat
dibalik nama tertera S.Pd
Mereka masih
aksi di Hari Pendidikan
Petisi-petisi
dibuat
Spanduk-spanduk
aksi bertebaran
Disana ada
Kepala Dinas A duduk santai, bukan Dinas Pendidikan
Ternyata dibalik
namanya tertera S.Pd
Ku lihat
Sekretaris Dewan itu tertera nama S.Pd
Ku lihat Kepala
Kecamatan A, tertulis nama
Ku baca
pelan-pelan, bla bla bla S.Pd
Ya, guru adalah
segalanya
Kita masih
menggerutu kekurangan guru
Tapi tak
"meludahi" abang-abang S.Pd
Yang Ketua
Partai
Yang Kontraktor
Yang Pekerja
Tambang
Yang bla bla bla
Kita kekurangan
guru
Lebih-lebih
nama-nama ber-S.Pd yang kurang meminati jadi guru
Dan sayup-sayup
Mereka berkata
jadi selain guru, berkantong lebih tebal
Dan yang
menggerutu itu percaya
Aku pun tersenyum
Gelap
Darimanakah aku
memulai?
Darimanakah aku
menguraikan?
Gelap....
Lampu tetangga yang
tak kunjung menyala
Ditambah sepinya,
tempat baru
Suara jangkrik
terdengar, nyaring
Suara kodok tak mau
kalah
Dan gelap disana
Terpadang bayangan
pohon
Tinggi, samar-samar
gelap
Ada yang membincang
tentang pemegang tongkat
Tongkat baru
Dan lorong panjang
akan terus berlanjut
Ada yang mentelaah
Asmat
KLB, katanya
Lupakan soal kartu
kuning
Bukankah Allah
berfirman, "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna"
Ada yang mimpi indah
Ada yang tidur beralas
koran
Ada yang berkasur
tipis, kemudian lantai
krik, krik, krik...
Jangkrik masih
berkicau
Jangan kita terjebak
Dalam kepura-puraan
Jangan kita terjebak
Dalam pengaturan dalam
keberpihakan
Semua punya makar
Semua punya permainan
Dan kau?
Saling tolong
menolonglah dalam kebaikan
Angkatlah tangan
Lipat dan
rentangkan...
Sekali lagi, jangan
percaya sama mereka
Kini, dalam sudut
setengah gelap
Redup, mata memilih
memandang
Teruntuk Jamal, Buruh Kaya
Di hari ini,
kita harusnya merdeka
Ya, buruh-buruh
kaya
Buruh-buruh
sederhana
Semua harusnya
bahagia
Buruh-buruh
asing
Mencari kerja di
buruh-buruh lain
Mereka saling
memangsa
Memangsa dalam
bekerja
Siapa yang
salah?
Kapitalisme!
Kapitalisme!
Kapitalisme!
Orang-orang yang
kalah dari Cukong
Kita kalah
karena mereka payah
Mereka?
Cukong
Politisi
Kapitalis!
Kapitalis!
Kapitalis!
Mereka tukang
tipu
Memilih buruh
lain dari 'negara virus'
Buruh sederhana,
buruh berkantong
Ditindas di
negeri sendiri
Lupakah kita
kaum buruh bersatulah!
Lenyaplah
Kapitalis!
Kapitalis!
Kapitalis!
Lupakah kita;
seruan internationale?
Kuburlah
Kapitalis!
Kuburlah
Kapitalis Hidup-Hidup!
Kapitalis!
Kita, mereka,
kau, dia adalah buruh
Kita adalah
pekerja
Mati Kau
Kapitalisme!
Kapitalisme!
Kapitalisme!
Kita tak
berdaya?
Kita?
Ya, kaum
pekerja, kitalah!
Kitalah!
Kitalah!
Narasi
Perlawanan
Berpihak pada manakah
kau?
Ketika Gebe dirampas
kapitalis
Ketika Kendeng dirampas
pemodal
Ketika Papua memihak
pada separatis
Aku kata diriku, pemuda
Gelora diri ada padaku
Aku adalah pemberontak
Aku adalah pejuang
Perlawanan adalah jalanku
Berpihak pada manakah
kau?
Saat harga-harga barang
melambung
Saat kesehatan menjadi
mahal
Saat pendidikan lebih
komersial
Sudah tua kah kau?
Lupakah kau pada masa
kau berjuang?
Aku kini lebih menikmati
duduk di kursi
Menikmati masa-masa
kerjaku
Menikmati waktu dengan
keluarga
Menikmati ketika si bayi
kecil tertawa
Kemiskinan dan
kesederhaan kah dambaan?
Aku lebih suka pada
keadilaan sosial!
Aku lebih mendamba pada
Sama Rasa
Dimulai dari akar
kerabbaniaan
Menjadi kekonstanan
Menolak penindasan
Aku mau tua atau muda
Perlawanan dalam narasi
Adalah keberpihakanku
Posting Komentar
0 Komentar