Digitalisasi Pemikiran



Digitalisasi Pemikiran
M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)




pexels dot com





Semua bermula dari kata. Kata dan lintasan dalam pikiran adalah abstraksi yang menggerakan setiap kreativitas manusia baik tindakan, perilaku, kegiatan atau pemikiran. Atau sebagaimana kaidah yang diuraikan Muhammad al-Ghazali (Imam al-Ghazali) bahwa anta maa kaifa tufakkir, anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan. Dengan kata lain setiap realitas yang terjadi di alam kenyataan, sebelumnya merupakan realitas di alam pemikiran. Sebaliknya realitas yang tidak pernah ada di alam pemikiran maka tidak akan pernah pula menjadi realitas di alam nyata. Oleh karena itu kita ini dituntun, digerakkan dan diwarnai oleh cara berpikir kita.


Kerangka berpikir dalam asumsi Anis Matta, menguraikan beberapa hal, kerangka berfikir, wilayah tindakan, wilayah kemungkinan, dan perasaan berdaya. Semakin luas “kerangka berfikir” itu, semakin luas “wilayah tindakan” yang mungkin kita lakukan. Dalam mencapai wilayah tindakan, ada yang disebut “wilayah kemungkinan”. Setiap tindakan yang mempunyai wujud dalam pikiran kita akan segera masuk dalam wilayah kemungkinan. Pada saat sebuah tindakan masuk dalam wilayah kemungkinan itu, kita akan segera merasakan sesuatu. Sesuatu itu disebut sebagai “perasaan berdaya”. Yaitu semacam keyakinan yang menguasai jiwa kita bahwa kita “mampu” melakukannya.

Pemikiran juga dapat diselaraskan dalam gagasan Edward W Said tentang intelektual dimana mungkin terkait intelektual itu, pemikiran dapat menggunakan pengertian sebagai merepresentasikan, mengekspresikan serta mengartikulasikan pesan, pandangan sikap dan filosofi. Atau dalam pengertian sebagai mengkomunikasikan ide, emansipatoris dan mencerahkan. Kemudian pemikiran ditempatkan berkaitan dengan ketajaman nalar serta kemampuan merepresentasi gagasan dan narasi kepada publik. Semua defenisi ini yang dilekatkan kepada kata intelektual atau sebagai peran intelektual. Pemikiran juga diasumsikan sebagai gagasan dan buah pikiran lain yang disajikan kepada khalayak mencerminkan keyakinan serta nilai-nilai anutannya sendiri.


Transformasi Digital

Digitalisasi di berbagai lini terjadi di masa sekarang ini. Massifikasi tentang digitalisasi ini berjalan dengan begitu cepat. Mulai dari pengguna jasa transportasi, belanja kebutuhan, keuangan, respon kebijakan publik, donasi sosial, kegiatan sosial, bimbingan belajar pendidikan dan lainnya. Sebelum lebih jauh membincang digitalisasi. Ketika kita searching misalnya ada kueri yang membagi soal digitalisasi ini yakni digitisasi, digitalisasi dan transformasi digital. Dan tentu kejadian pandemi covid 19 telah menjadi proses akselerasi yang paling nyata dalam penggunaan sarana-sarana digital atau media digital ini.

Digitisasi dalam beberapa pengertian dijelaskan sebagai proses mengubah yang bersifat non digital menjadi bersifat digital atau bentuk konversi dari suatu bentuk analog (manual) ke bentuk digital. Digitisasi sebagai proses awal perubahan ke bentuk digital. Digitalisasi diartikan sebagai proses penggunaan teknologi digital dan proses untuk membentuk budaya digital. Digitalisasi dianggap sebagai tahapan pengembangan atau proses dari dilakukannya digitisasi.

Sedangkan transformasi digital adalah proses keseluruhan dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi digital baik dalam aktivitas, proses maupun model. Akan tetapi bila digitisasi dan digitalisasi dipandang sebagai proses penggunaan maka transformasi digital ditempatkan kepada pengguna atau manusia sebagai objek yang menggunakan. Digitisasi dan digitalisasi kemudian ditempatkan sebagai tahapan-tahapan dalam memenuhi transformasi digital.


Digitalisasi Pemikiran dan Literasi Digital

Digitalisasi mungkin tidak hanya berkaitan dengan pengubahan sarana menjadi kepada penggunaan teknologi. Di era saat ini kemungkinan pengertian digitalisasi juga erat kaitannya dengan platform penggunaan internet. Misalkan yang dipandang sebagai analog itu seperti video di dalam kamera, buku, foto di handphone, arsip dokumen, dan lainnya. Maka proses digitalisasi itu menjadi pengunaan terhadap platform atau media atau sarana website tertentu yang mengubah bahan-bahan analog tersebut menjadi lebih mudah digunakan atau dikonsumsi baik sebagai individu maupun publik.

Hal ini membuat proses digitalisasi menjadi erat kaitan dengan passion, hiburan, hobi, ataupun bahkan eksistensi diri. Dalam proses ini maka transformasinya dapat berbentuk media sosial (facebook, instagram, twitter, youtube dan lainnya), e-book atau sarana media yang mendukung penggunaan e-book, dan lainnya. Dalam platform menulis maka erat kaitannya dengan lahirnya platform blogging, berita online, media online, microblogging ataupun platform menulis online. Maka digitalisasi platform menulis adalah sarana untuk digitalisasi pemikiran.

Maka digitalisasi ini erat kaitan dengan media digital dan media sosial. Media digital merupakan penggunaan model distribusi konten dengan penyebaran yang bersifat cepat. Penggunaan distribusi konten ini bisa menggunakan media sosial tentunya. Konten yang dibuat oleh pengguna akan semakin populer pada saluran media digital dan media sosial. Munculnya teknologi-teknologi baru akan mengubah sarana untuk menyalurkan kreativitas.

Di era digitalisasi ini mungkin soal kualitas bisa menjadi esensi ataupun sebaliknya tidak. Tapi pemanfaatan kuantitas penyebaran konten akan menjadi harapan utama. Bisa jadi kualitas juga akan memberikan pengaruh terhadap kuantitas penyebaran (traffic) atau sebaliknya kuantitas penyebaran konten akan memicu pandangan soal kualitas konten. Semakin bagus konten, semakin berpeluang kuantitas penyebaran. Semakin banyak kuantitas penyebaran konten maka memberikan pandangan bahwa konten itu memiliki kualitas yang bagus.

Digitalisasi pemikiran dengan platform menulis online mungkin berkaitan dengan blog dan juga istilah literasi digital. Literasi digital dalam pengertian (dalam website Kemendikbud) menjelaskan bahwa literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Dalam pengertian lain mendefinisikan sebagai pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.

Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. Literasi digital kemudian lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi. Di sisi lain pengertian yang paling relevan saat ini, literasi digital sebagai pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan dan memanfaatkan media digital, alat komunikasi, dan atau jaringan internet.


Menumbuhkan Blog Pemikiran

Kembali soal literasi digital maka saat ini bisa berbentuk media sosial, berita online, media online, blogging atau platform menulis online. Media sosial tentu bersifat microblogging seperti facebook, twitter, instagram dan lainnya. Blogging mungkin seperti blogger, wordpress, medium dan lainnya. Berita online dapat digambarkan sebagai koran digital atau digitalisasi koran seperti tempo.co, kompas.com, detik.com, kumparan.com, tirto.com, asumsi.co, timesindonesia.com, idntimes.com yang dibarengi dengan liputan berita. Media online mungkin bersifat lebih dominan soal opini, perspektif, dan gagasan, atau bahkan asumsi. Media online bisa kita sebut seperti mojok.co, geotimes.com, islampos.com dan lainnya. Di titik tertentu media online bisa jadi sama saja dengan berita online.



Platform menulis online adalah hal yang menarik. Mungkin kita menamakan demikian untuk sekedar membedakan atau mengerucutkan dari media online atau berita online. Tapi platform menulis online mungkin pengembangan “makro” dari blog pribadi ataupun blog niche. Di titik ini platform menulis online adalah digitalisasi pemikiran, ideasi, gagasan, perspektif sekaligus narasi secara kolektif baik yang menyediakan sarana pengguna ataupun postingan dari admin semata dan mungkin tanpa ada liputan berita. Platform menulis online dapat kita sebut seperti qureta.com, voxpop.id, digstraksi.com, basabasi.co, ibtimes.com, kompasiana.com, indonesiana.com atau mojok.co dan lainnya. Kami juga ingin mengembangkan celotehide.com menjadi platform menulis. Dan menumbuhkan celotehide.com sebagai blog pemikiran.

Demikian platform menulis online adalah blog pemikiran. Blog dalam beberapa literatur mendefinisikan sebagai website dengan konten dengan berbagai bentuk seperti tulisan (artikel), video, foto dan berbagai link ke website lain. Blog pada umumnya juga menjadi sarana untuk seseorang atau beberapa orang untuk diskursus atau penulisan pengalaman pribadi, asumsi, pemikiran, gagasan, dan opini. Berbagai jenis blog diantaranya blog pribadi, blog profesional, blog bisnis dan lainnya. Kami mencoba menjadikan blog sebagai sarana pemikiran, diskursus ide. Kami sebut sebagai blog pemikiran untuk saling menumbuhkan ide.

Dengan begitu menumbuhkan blog pemikiran adalah tradisi menulis, tradisi gerakan sosial sekaligus diskursus ide sebagaimana pandangan Murtadha Muthahhari, “Gerakan sosial haruslah bertumpu pada gerakan pemikiran dan kultural atau ia akan terjerumus dalam perangkap gerakan yang memiliki landasan budaya dan luluh di dalamnya sehingga berubah arah tanpa bisa dicegah”. Atau seperti dalam Qureta, sebuah inisiatif untuk merawat dan mengembangkan tradisi literasi sekaligus sebagai taman baca masa depan. Sedangkan kami Celoteh Ide, sebagai tumbuhan diskursus, pohon asumsi, bunga perspektif, taman baca dan menumbuhkan ide.



Referensi:

Mubarok, Ilham, 2018. Pengertian dan Fungsi Blog. Niagahoster. https://www.niagahoster.co.id/blog/blog-adalah/


Umasangaji, MS, 2021. Diskursus Ideasi dalam Transformasi Digital. Qureta. https://www.qureta.com/post/diskursus-ideasi-dalam-transformasi-digital






Posting Komentar

0 Komentar