Iman, Kuasa, dan Bahagia

Iman, Kuasa, dan Bahagia


Yanuardi Syukur

Presiden Rumah Produktif Indonesia (RPI)






Kebahagiaan erat kaitannya dengan pertolongan pada orang lain. Bijak bestari memahami bahwa ketika seseorang menolong orang lain maka kebahagiaan akan masuk dan mengalir dalam jiwanya.


Bahagia, berarti dapat dikonstruksi dari perbuatan baik. Makin banyak menolong orang, makin bahagia seseorang. Figur great man berbasis pada iman umumnya terlihat bahagia walaupun secara fisik terlihat sangat sederhana.


Dalam etnografi karya Julia Cassaniti di Thailand Utara, dia menemukan salah satu fakta bahwa intersubjective relationship antara diri dengan Tuhan dan manusia--yang dibentuk oleh iman--akan berdampak pada access to power.


Artinya, makin tinggi iman kepada Tuhan dan menolong orang lain akan berpengaruh pada makin terbukanya akses pada kekuasaan.


Itulah kenapa di sekeliling kita ada figur kiai kharismatik, atau 'great man' yang imannya tinggi dan senang membantu yang punya akses pada power. Power itu berarti luas, tidak hanya pada jabatan temporal-spasial, tapi juga pada kepemilikan kekuatan tertentu yang unik, ajaib, dan luar biasa.


Great man seperti itu umumnya dapat kuasa dari iman. Makin beriman mereka, makin banyak mereka serap akses kekuasaan, alias dibuka tabir kehidupan baginya. Mata tak lagi jadi kebenaran absolut, yang ada hanya kebenaran sejati yang diperoleh melalui 'kabar benar', yang dibarengi dengan tindakan kesalehan secara kontinyu.


Great man berjiwa bahagia seperti itu diperoleh lewat pendakian yang tidak mudah. Ragam kenikmatan mereka tinggalkan, semata untuk mereguk mata air paling cemerlang, yakni kesejatian.


Menolong orang lain adalah satu jalan untuk mencapai kesejatian itu. Kejujuran dan ketulusan berpadu dalam jiwa mereka. Kebenaran dan kesejatian menyatu dengan keikhlasan untuk menjadi manusia yang senang menolong sesama yang sedang papa.


Sungguhnya, orang yang menolong sesama akan ditolong oleh-Nya. “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya…” (HR. Muslim, At-Turmudziy, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Posting Komentar

0 Komentar