Manajemen Waktu; Organisasi Kepemudaan dan Sebagai Tenaga Pendidik


Manajemen Waktu; Organisasi Kepemudaan dan Sebagai Tenaga Pendidik
Tanwin Fataha





Keterangan: kompas dot com




Tatkala edaran dari Pemerintah Daerah (Pemda) telah diedarkan di Maluku Utara, khususnya Kota Ternate masuk zona merah, nampaknya sejumlah aktivitas masyarakat di semua lini pun mulai diperketat dan dibatasi (PPKM).


Hal itu juga berdampak pada sektor pendidikan. Tersebab, proses belajar mengajar harus diwarnai dengan proses daring. Sebagai pendidik yang baru mengalami sistem mengajar dengan berbasis online, tentunya terkesan menyulitkan.

Mula-mula saya berpikir, apa yang harus saya lakoni untuk mengatur strategi dan metode agar indikator pembelajaran tercapai dan bisa diserap oleh siswa. Semua Guru atau Pendidik menyiapkan aplikasi yang memudahkan siswa untuk bisa belajar lewat gawai.


Ada yang menyiapkan aplikasi WhatsApp, Zoom Meting, Google Meet, Telegram, Classroom, dan lainnya. Semuanya dituntut untuk berkreativitas dalam menyiapkan media pembelajaran.

Saya membagi pembelajaran siswa menjadi tujuh orang per kelompok, karena harus fokus agar indikator pembelajarannya tercapai, disamping itu model pembelajaran ini pula efektif dan efisien.

Jadwal mengajar saya pun variatif. Bermula dari pukul 10.00-11.00 WIT, lanjut di kelas lain pukul 13.00-14.00 WIT, 17.00-18:00 WIT, hingga 19.00-20.00 WIT. Di tengah padatnya jadwal ngajar tersebut, saya mendapat informasi via WhatsApp, bahwa ada undangan untuk mengisi materi di organisasi.

Malam hari sekira pukul 21.40 WIT, lewat gawai saya mendapat pesan via aplikasi bercorak hijau itu. Ternyata pesannya diminta untuk mengisi materi pada kegiatan rihlah, yang dilakukan oleh KAMMI IAIN Ternate, dengan materi yang bertajuk tentang “Manajemen Aksi dan Mekanisme Orasi”.

"Assalamu'alaikum, Afwan dari KAMMI Komisariat IAIN Ternate ada mau buat kegiatan Rihlah, boleh Antum mengisi materi Manajemen Aksi?", begitulah pesan yang masuk via whatsapp.

Kabarnya, waktu yang diusung panitia Rihlah adalah pukul 13.00 WIT. Tentu saya tidak langsung mengiyakan, karena bertepatan dengan jadwal mengajar sekolah di waktu yang sama.


Saya menawarkan negosiasi dengan panitia Rihlah untuk jadwalnya diundurkan pukul 15.00-16.00 WIT. Karena di jam 17.00-18.00 WIT saya harus lanjut mengajar di sekolah via online, maka waktu luang saya hanya di jam 15.00 tersebut.

Tampaknya mereka mengamini permintaan saya. Alhasil, saya bisa bernafas lega karena ada waktu luang untuk berbagi khazanah pengetahuan, meski di tengah waktu yang terkesan mencekik.

Bagian terpenting adalah tugas saya telah ditunaikan dan bisa melakoni aktivitas di luar, sembari menghirup udara segar di tepi pantai. Esensinya, libatkan Allah di segala aktivitas, niscaya waktu yang menguras energi akan dimudahkan semuanya oleh Allah Azza Wa Jalla.



Dari sinilah, saya dituntut untuk mengatur waktu di tengah pandemi. Kita jangan terlampau cemas, dan jangan lupa bernafas. Tetaplah bernafas, esok tidak ada yang tahu kenyataan apa lagi yang akan terukir. Meminjam istilah tuturan bestari dari Ibnu Sina: "Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan."


Tetap tenang dan waspada. Kita berdo'a saja semoga pandemi ini segera berakhir. Hingga tulisan ini dipublikasikan, aktivitas berbasis online masih terus berjalan, sampai Pemerintah mencabut maklumat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Posting Komentar

0 Komentar