Tabiat Dunia


Tabiat Dunia
Yanuardi Syukur







Tabiat dunia tidak lepas dari pergantian. Satu orang akan diganti orang lain, satu komunitas akan diganti komunitas lain, dan suatu bangsa akan diganti bangsa lain. Sejarah dunia tidak lepas dari pergantian.

Kini Taliban menguasai Afghanistan. Dulu, mereka di puncak, kemudian jatuh pasca dampak susulan 9/11 yang menghancurkan WTC. Taliban diruntuhkan karena dianggap melindungi Osama bin Laden, lelaki miliarder yang disebut sebagai otak tragedi itu. Kini, kekuasaan balik lagi ke Taliban.

Dalam skala kecil, pergantian juga terjadi. Ketika seorang penguasa jatuh, dia akan diganti penguasa lainnya. Tidak sederhana memang, karena terkadang satu figur merepresentasi satu komunitas atau ideologi. Maka, ketika satu penguasa runtuh dan diganti penguasa lainnya, yang muncul sebenarnya adalah satu golongan baru. Jadi, satu orang mewakili satu gerbong ideologi dan kepentingan.

Pergantian-pergantian sudah terjadi di mana-mana. Satu pohon ditebang, akan muncul pohon lainnya. Selama ada lahan yang subur dan ada faktor-faktor yang menyuburkannya, maka dia akan tumbuh, merambat, menjalar, bahkan bisa berkuasa. Cerita Taliban tidak lepas dari tumbuh, merambat, menjalar, mempraktikkan 'desa menguasai kota', dan duduk di istana.

Tabiat dunia adalah nature-nya dunia adalah pergantian. Satu koruptor hilang berganti koruptor lainnya. Sudah lama kita diberi tahu bahwa kekuasaan itu cenderung korup, kata Lord Acton, maka kekuasaan itu harus betul-betul diawasi oleh orang-orang berpengetahuan, bijaksana, beradab, berani, dan cinta pada kebenaran dan keadilan.

Ketika seorang anak keluar dari rumah untuk belajar jauh, dia akan digantikan posisinya oleh anak lainnya. Satu hal pergi, hal lain pun datang. Sama kayak kesedihan, ketika dia datang, kesenangan pun pergi. Ketika datang kesenangan, kesedihan akhirnya pergi--setidaknya untuk sementara.

Orang yang bahagia belum tentu bahagia secara batiniah. Posting mesra-mesra tidak menjamin mesranya relasi. Pun, tidak posting mesra-mesra tidak menjamin relasinya hambar. Semua punya cara bagaimana menjalani hidup. Ibarat orang naik perahu, ada yang senangnya nyanyi-nyanyi tapi ada yang senangnya diam.

Terlalu sering posting kebahagiaan dapat mengganggu ritme hati orang lain. Orang jadi iri, 'ini kok bahagia terus'. Tapi mungkin sebaliknya, orang jadi penasaran. Sebaliknya, terlalu sering posting yang muram-muram juga bisa buat ilfil, 'orang ini tiap hari sedih terus, ada apa, kapan move on-nya?' Interaksi postingan bahagia dan sedih pasti kita lihat di medsos setiap hari. Satu hal, yakinlah bahwa tidak semua yang senang itu senang pada kenyataannya, pun sedih juga begitu.

Saya pernah dapat cerita. Katanya, ada orang yang kalau sedih maka dia posting berita yang senang. Tujuannya agar dia bisa senang. Orang melihatnya senang, padahal dia lagi sedih. Pun orang yang lagi senang adakalanya dia posting yang menyedihkan hati. Kenapa? Sebagai pengingat, bahwa kesenangan itu sementara, dan jangan terlena dengan itu.

Cerita dunia adalah cerita pergantian. Semua berganti mulai dari orang, komunitas, negara, sampai peradaban. Semuanya dipergilirkan; diganti-ganti, diroling. Cerita hidup juga begitu. Dalam sehari namanya sedih dan senang datang berganti-ganti. Kita bisa jadi senang kemarin, hari ini belum tentu. Itulah kenapa manajemen pikiran dan perasaan sangat dibutuhkan dalam menjalani hidup.

Pikiran dan perasaan kita harus kita atur sedemikian rupa. Berpikirlah yang positif, maka semua akan terlihat positif. Merasalah yang bahagia, maka sekeliling kita juga akan bahagia. Bahagia dan sengsara sangat bergantung pada bagaimana pikiran dan perasaan kita.


Posting Komentar

0 Komentar