Dalam Sebuah Pencarian - Benih Awal

M. Sadli Umasangaji

Benih Awal






Awal perjumpaan Wahib dengannya (KAMMI). Benih-benih itu mulai tumbuh, dan benih-benih itulah yang mungkin membuat Wahib terpaut. Benih adalah pengharapan untuk tumbuh. Benih adalah awal bagi sebuah cita-cita. Maka, benih itu harus dipupuk.

Wahib mengenalnya (KAMMI) melalui salah seorang seniornya di kampus, Umar, namanya. Pria berbadan agak gemuk dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Dia adalah salah satu mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi. Senang berbagi pengalaman, dan gaya bicaranya yang terlihat cukup elegan. Dia mengajak Wahib untuk ikut dalam salah satu pelatihan organisasi ekstra kampus. Pelatihan itu namanya Daurah Marhalah I. Ternyata Umar adalah salah satu Pengurus Komisariat KAMMI Unkhair. “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin semangat dalam merealisasikannya dan siap untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Itu semua tidak terdapat, selain pada diri pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan pada setiap kebangkitan, dan pembawa bendera setiap fikrah”, Umar menerangkan kepada Wahib sebagaimana kata Imam Hasan Al-Banna.

“Berorganisasi tidak hanya terkait dengan fitrah sosial kita, tapi terutama terkait kebutuhan kita untuk menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Kita menyadari dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan kita itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain. Jadi, kebutuhan setiap individu perlu berorganisasi bukan saja lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitasnya tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal pada level yang setara dengan tantangan zamannya”, Umar mencoba menyakinkan Wahib. Dan akhirnya Wahib mulai tertarik untuk terlibat dalam organisasi. Dan Daurah Marhalah I adalah benih awalnya.

Materi-materi yang disampaikan diantaranya; Syahadatain Sebagai Titik Tolak Perubahan, Kesempurnaan Islam, Problematika Umat Kontemporer, Sejarah dan Filosofi Gerakan KAMMI, serta Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial. Materi yang disampaikan sangat inspiratif.

Disisi lain Wahib cukup tertarik untuk bergabung dan mungkin juga menjadi anggota KAMMI. Selain keinginan belajar berorganisasi, Wahib juga berharap bisa belajar lebih mendalam tentang agamanya sendiri, agama Islam, seorang muslim. Begitu juga dengan pemahaman organisasinya yang masih sedikit. KAMMI, rasanya sangat tepat sebagai wadah untuk Wahib melengkapi semua ini, tepat untuknya untuk memenuhi semua ini.

Dimana visi KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami. Pemimpin dalam arti yang luas dan memiliki kedudukan yang urgen dalam hal manapun begitulah yang bisa Wahib tangkap atas kata yang sering disampaikan Ketua Umum KAMMI Daerah Ternate, Kak Rusdi, pada saat mengisi materi tentang keKAMMIan di Daurah Marhalah I.

KAMMI sendiri adalah sebuah organisasi mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi yaitu tepatnya tanggal 29 Maret 1998 di Malang. KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional tahun 1998 yang melanda Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pimpinan aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia yang saat itu berkumpul di UMM-Malang.

KAMMI berkiprah di Maluku Utara pada tahun 2001 dengan status Komisariat Maluku Utara. Di tahun 2003, Status komisariat berubah menjadi Daerah (KAMMI Daerah Malut). Seiring dengan perkembangan, diantaranya KAMMI Daerah Halsel, KAMMI Daerah Kepulauan Sula dan KAMMI Daerah Kota Ternate, maka KAMMI Daerah Malut meluas menjadi KAMMI Wilayah Malut. KAMMI Daerah Ternate lahir tanggal 8 Agustus 2010. Inilah penjelasan sejarah KAMMI di Ternate saat di materi DM I.



#

Setelah beberapa bulan gabung dengan KAMMI. Wahib masuk sebagai Pengurus Komisariat KAMMI Unkhair. Wahib ditugaskan sebagai anggota dalam Departemen Kebijakan Publik. Malam itu Wahib ikut rapat untuk rencana kegiatan DM I KAMMI. Malam itu dirinya diberikan kesempatan belajar untuk menjadi Ketua Panitia DM I. Awalnya sebenarnya kesempatan ini berikan kepada Sunarto temannya sesama dari PK KAMMI Khairun tapi karena berhubung dia akan mewakili kegiatan kemahasiswaan di luar daerah dan bertepatan dengan rencana DM I jadi kesempatan itu diberikan kepada Wahib. Ini juga tak lepas dari saran Akhi Roman yang menyarankan agar ketua panitia kegiatan ini diberikan kepada anggota baru. Akhi Roman adalah Ketua Komisariat KAMMI STAIN Ternate. Kami rencana melakukan Daurah Marhalah I gabungan berbagai komisariat.

Setelah beberapa persiapan yang terpenuhi secara mendadak. Kegiatan DM I yang direncanakan tanggal 17-18 September dilaksanakan. Saat itu Wahib sempat terlambat hadir karena masih ada perkuliahan di kampus. Kegiatan ini cukup mendadak melihat kepanitian yang dibentuk menjelang beberapa hari dari kegiatan yang dilaksanakan.

Yang paling miris adalah saat kegiatan ini terlaksana ternyata peserta yang hadir juga cukup sedikit. Cukup mengecewakan bagi Wahib. Tapi menangkap beberapa ungkapan kata-kata Kak Fauzan selaku Ketua Kaderisasi KAMMI Daerah Ternate, “Bahwa beginilah jalan dakwah penuh hambatan, kita tidak perlu kecewa yang terpenting kita tetap berada di jalan dakwah ini”.

Setelah kegiatan yang berlangsung 2 hari 1 malam dengan berbagai materi-materi. Diantaranya ada materi yang sangat memberi motivasi, materi yang dibawakan Kak Rasnal. Tapi saat itu materi yang disampaikan yang Wahib agak lupa judulnya tapi yang pasti diingatnya tentang sukses mahasiswa selama kuliah dan tentang mentoring. Sangat memotivasi, rasanya Wahib benar-benar ingin bisa lebih menjadi mahasiswa yang sukses di berbagai lini.

Setelah kegiatan ini yang selesai hampir menjelang magrib, kita melakukan rapat evaluasi. Diluar dugaan ternyata rapat evaluasinya, dramatis. Setelah sepatah kata dari moderator selaku Sekretaris Panitia kegiatan DM I ini, Ukhti Jaya dan seumpit kata dari Wahib, kemudian Wahib serahkan kepada forum dan ternyata banyak kata-kata yang terendap di pikiran dan hati forum yang terselubung dan berhasil keluar melalui untaian kalimat yang tercerahkan melalui ungkapan suara.

Yang Wahib ingat yang menjadikan rapat evaluasi ini dramatis ungkapan dari akhi Jamal, selaku Ketua Komisariat KAMMI Unkhair Ternate sambil membanting batu yang ada di depannya. Wahib memang kurang mengerti apa yang menjadi dalang permasalahan ini awalnya karena ia masih benar-benar baru di KAMMI.

Tapi yang Wahib tangkap dan yang ia rasa adalah masalah kurang komunikasi, disisi lain selaku ketua panitia kegiatan ini aku rasa aku yang belum terlalu baik dalam melakoni kegiatan ini sehingga kegiatan ini berjalan kurang efektif. Mulai dari segi tempat pelaksana yang cukup bermasalah hingga peserta yang benar-benar minim. Terlebihnya mungkin karena waktu yang sangat mendadak untuk melakukan kegiatan ini. Disisi lain bila kita menilai keefektifan, maka sudah selayaknya kita artikan secara luas, karena keefektifan yang kita lihat alangkah baiknya bukanlah dari segi kuantitas tapi dari segi kualitas. Sesungguhnya bila kita lihat dari segi kualitas yang akan kita harapkan adalah niat tulus peserta untuk gabung dengan KAMMI bukan banyak peserta yang hadir. Disisi lain bila komunikasi yang menjadi landasan ketidakefektifan kegiatan ini, alangkah baiknya kita berusaha menutupinya seperti bocoran yang terjadi di tempat penampungan air bila kita tidak mencari celah atau dimana tempat terjadinya bocor maka air yang ada didalamnya akan semakin lama semakin sedikit. Bila komunikasi menjadi ketidakefektifan kegiatan ini maka kita perkuatlah komunikasi agar kesatuan dan rasa persaudaraan dan loyalitas kita semakin kokoh. Bukan masalah adalah sebuah batu loncatan menuju sesuatu hal yang lebih baik?

Malam itu juga hal yang paling luar biasa yang Wahib rasakan adalah perdebatan yang penuh hikmah terjadi tanpa ada amarah yang berlebihan tapi ungkapan amarah yang butuh solusi sesama saudara.



#

Pagi itu setelah semalam latihan taekwondo di kampus. Pagi itu cukup melelahkan, badan-badan cukup terasa sedikit sakit. Pagi itu setelah ia melihat di luar matahari telah setia melakukan tugasnya, setia menyinari bumi. Wahib bangun dan duduk sambil menonton televisi. Ia teringat hari ini telah janjian untuk kajian pertama dengan pembina mentoringnya, Kak Fauzan. Ia bergegas bangun dan menyempatkan diri untuk membaca sms di hp-nya. Ternyata ada dua pesan yang masuk, salah satunya dari Kak Fauzan.

Wahib bergegas ke kamar mandi, siap-siap dan berangkat ke kampusnya, Unkhair. Setiba di sana, ia bertemu Kak Fauzan, Wawan dan Yusuf yang telah sampai duluan. Ia juga ikut menunggu beberapa teman yang lain. Kak Fauzan pergi sebentar untuk melihat teman-teman lain yang ada di STAIN.

Wahib duduk di atas motornya sambil melihat beberapa baliho yang terpampang di Unkhiar. Ada ucapan selamat idul fitri untuk Rektor Unkhair dan satu lagi ada baliho dari KPUM (Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa) Unkhair. Dan melihat beberapa orang yang lalu lalang masuk keluar dari FKIP Unkhair.

Tak lama kemudian Kak Fauzan kembali ke Unkhair. Tak lama kita siap-siap berangkat wisata ilmiah ke Pantai Sulamadaha. Ternyata ada tambahan satu teman kita yang datang Fatih. Jadi yang ikut kajian dan wisata ilmiah hari itu Kak Fauzan sebagai murabbi kita, Wawan, Yusuf, Fatih, Ilham dan Wahib. Kita berenam berangkat ke Sulamadaha.

Sesampai di Sulamadaha waktu hampir menunjukkan untuk sholat dzuhur. Kita menyempatkan diri di sebuah musholah yang tempat ada di samping pantai Sulamadaha. Hari itu karena baru pertama mulai kajian kita masih membahas tentang pentingnya kesadaran terhadap liqo. Kak Fauzan memberi materi dengan santai, materi dimulai dibuka oleh Wawan, Tilawah oleh Yusuf, dan kita memulai materi yang diberikan murabbi kita.

Sesempat mendengar kata yang memberi kita semangat dari Kak Fauzan untuk terus mengikuti kajian ini karena itu Wahib yakin ini penting. Sangat penting bagi kita untuk selalu melakukan kajian tiap minggunya agar sesama kita bisa saling mengingatkan. Sesungguh kita termasuk orang-orang yang beruntung karena diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk melakukan kebaikan, belajar kebaikan. Apalagi kita adalah para pemuda, kaum muda adalah sosok yang memiliki semangat, sangat baik bila diarahkan ke arah kebaikan.

Setelah selesai materi singkat yang diberikan dari Kak Fauzan, dikembalikan ke Wawan sebagai moderator saat itu untuk diberikan kesempatan pada kita bertanya. Pertanyaan pertama datang juga dari Wawan, Wawan bertanya tentang apa bedanya organisasi KAMMI dengan organisasi Islam lainnya? Kak Fauzan memberi penjelasan yang sangat menyakinkan adanya kelebihan dari KAMMI yang belum dimiliki organisasi lainnya. “Aku juga merasa ini adalah jalanku untuk menuju ke kebaikan”, dekap Wahib dalam pikirannya. Kak Fauzan menjelaskan lebih kepada ranah ideologi KAMMI sebagai Islam.

Setelah itu pertanyaan dari Fatih, Fatih yang bertanya apakah KAMMI punya peran aksi terhadap lingkungan? Kak Fauzan juga kembali memberi penjelasan.

“Saat itu aku juga bertanya didalam pikiranku apa KAMMI juga punya peran terhadap minatku, minat menulisku?” Wahib dalam pikirannya berharap ia. Dan mendengar penjelasan Kak Fauzan atas pertanyaan Fatih, Wahib tahu KAMMI membuka semua peran aksi untuk berbagai bidang terhadap anggotanya sesuai kemampuan anggotanya.

Pertanyaan berikut datang lagi dari Wawan, setelah itu pertanyaan dari Ilham pertanyaan juga menyentuh kalbuku karena ia bertanya tentang apa dia bisa berubah? Wahib juga bertanya pada dirinya “apa aku bisa berubah?”

Kak Fauzan kembali memberi penjelasan yang meyakinkan kepada mereka, yang terpenting selalu enjoy dalam melakukan kegiatan-kegiatan KAMMI, lambat laun perubahan itukan datang. Wahib berharap perubahan kebaikan datang kepadanya. Setelah itu kita tutup kajian kita hari itu. Untuk siap-siap sholat dzuhur.

Kita lanjut kegiatan kita wisata ilmiah di Hol, Pantai Sulamadaha. Sesampai di Hol, kita makan pisang goreng, naik perahu, dan berenang. Sangat menyenangkan hari itu. Wahib yang berjibaku dengan snoker. Ia sempat minum air ketika menggunakan snoker, sempat tidak bisa bernapas karena snoker itu, akhirnya walaupun belum benar-benar bisa memakai snoker, tapi ia bisa melihat karang-karang di hol dengan sangat jelas, sangat indah, ia juga sudah bisa bernapas dengan mulut tanpa bernapas dengan hidung. Wahib senang bisa memakai snoker, dan yang paling membahagiakan beberapa kali melihat karang yang indah itu.

Setelah itu sesaat istirahat beberapa jam di rumah, ia lanjut mengikuti kajian lagi. Saat itu kajian ini disampaikan oleh salah seorang qiyadah. Kemudian selesai kajian kita melanjutkan dengan sholat Maghrib. Setelah sholat Maghrib kita lanjut melakukan rapat settingan aksi. Aksi yang akan dilakukan dengan mempermasalahkan tentang masalah prostitusi.



#

Untuk yang Muda



Untuk yang muda

Fitrah kebangkitan

Pelopor kebenaran

Penyair keadilan



Untuk yang muda

Engkau bukanlah robot-robot pintar

Yang beraplikasi degradasi moral

Yang minim kepekaan sosial



Untuk yang muda

Bukanlah makhluk berakal panjang

Namun berakhlak pendek

Moral force dan iron stock itulah kau





Untuk yang muda

Semangat, ikhlas, yakin, dan beramal itulah jiwamu

Perindu kejayaan dan pengusung peradaban

Karena sistem imunmu: idealisme dan iman



Setelah mungkin hampir beberapa bulan mentoring, akhirnya Wahib dan teman-temanku memiliki nama kelompok mentoring. Teman-teman mentoringnya pun sudah bertambah, teman-teman mentoringnya sebelumnya adalah Wawan dan Yusuf dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Sekarang kelompok mentoringnya sudah bergabung dengan beberapa teman-teman dari PK KAMMI Unkhair, Akhi Komar, Akhi Riyandi, Akhi Surahman, Akhi Amirudin, dan beberapa teman lain lagi. Ketua kelompok Al-Fath adalah Akhi Yusuf, sekretarisnya adalah Akhi Wawan, dan bendaharanya adalah Akhi Riyandi.

Murabbi bukan hanya sekedar mentor, murabbi adalah sahabat, murabbi adalah guru, murabbi adalah teladan, murabbi adalah tempat berbagi. Walaupun saat itu kami mengartikan murabbi adalah pengarah dalam hal-hal kebaikan, dalam hal-hal ke-Islam-an.

Islam sangat memperhatikan yang nama usrah, kelompok liqo, halaqah. Disini halaqah menjadi tempat untuk berbagi nilai-nilai luhur, memperkokoh ikatan, dan mengangkat derajat persaudaraan. Beranjak dari berbagai kata-kata meramu menjadi teori dan menuju kepada realita dan aplikasi amal nyata. Karena dengan dengan setiap dari kami menjadi batu bata yang baik bagi bangunan Islam.

Ada pilar-pilar yang menjadi perhatian untuk mewujudkannya. Saling mengenal (ta’aruf), adalah pilar pertama. Olehnya itu, setiap dari kami diharapkan saling mengenal dan saling mencintailah karena Allah. Hayatilah makna ukhuwah di antara kalian. Maka selamat untuk kalian bila kalian tulus. Saling memahami (tafahum), adalah pilar kedua. Hendaklah masing-masing di antara kalian menasihati saudaranya dalam melaksanakan kebaikan, apa yang diperintahkan Allah, tinggalkanlah apa yang dilarang Allah. Hendaknya seorang al-akh turut pula menerima nasehat dengan gembira dan bahagia serta berterima kasih atas nasihat tersebut. Sebab rasa cinta karena Allah setinggi-tinggi derajat, sedangkan nasihat adalah pilar agama. Saling menanggung beban (takaful), adalah pilar ketiga. Maka setiap dari kami hendaklah saling membantu, saling menanggung beban satu sama lain.

Nama kelompok kami Al-Fath, ini atas saran dari murabbi kami, Kak Fauzan, karena kami adalah gabungan dari beberapa kelompok. Al-Fath artinya pembukaan atau kemenangan. Al-Fath dijadikan sebagai nama kelompok kami agar kami sebagai pembuka untuk terus menjaga kelompok ini, terus menjaga ukhuwah kami. “Orang mukmin adalah cermin bagi saudaranya”.




Posting Komentar

0 Komentar