Dalam Sebuah Pencarian - Gerakan Untuk Palestina dan Mesir
Novel Dalam Sebuah Pencarian
Gerakan Untuk Palestina dan
Mesir
Rumah berlantai dua yang terletak di Kelurahan
Kalumpang itu sudah terdengar berbagai aktivitas. Subuh itu seorang pria
berkacamata dan seorang pria agak gondrong sibuk mempersiapkan berbagai hal, seperti
spanduk, dos, mengecek megafon, hingga pengeras suara lain (salon). Hari itu
kita akan melakukan aksi penggalangan dana untuk Palestina. Sementara semalam
aku telah membuat selembaran untuk dibagikan saat aksi. Pria berkacamata itu
akh Yusuf dan pria gondrong itu akh Wawan.
Rencana rute aksi kita adalah tempat
kumpulnya di Masjid Al-Munawwar. Kita bagi beberapa titik, ada yang di pasar
gamalama, ada di depan Mall Jatiland, ada yang di depan Al-Munawwar, bahkan
hingga ada yang di lampu-lampu merah, lampu merah Bastiong dan lampu merah di
depan Prima.
#
Istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar
mempunyai anak Nabi Ismail dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak. Kemudian
mempunyai anak Nabi Ya’qub (Israil). Anak keturunannya disebut Bani Israel
sebanyak 7 orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf yang ketika kecil dibuang
oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke
tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa
paceklik, Nabi Ya’qub beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir.
Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub) membesar.
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa
Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang
dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi
Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh
tentara Mesir menyeberangi Laut Merah.
Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah
Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu
bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
duduk menanti di sini saja.” (Q.S. Al-Maidah: 5: 24).
Nabi Daud (anak Nabi Musa) mengalahkan Jalut dari
Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah
kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq.
Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang
dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan
Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Nabi Daud diteruskan oleh anaknya Nabi
Sulaiman dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
Sepeninggal Nabi Sulaiman, Israel dilanda perang
saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua,
yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda
beribukota Yerusalem.
Nabi Muhammad melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari
masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalanan
Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ketujuh). Rasulullah menetapkan
Yerusalem sebagai kota suci ketiga ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa
dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di
Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat
Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra.
Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh
penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan
khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
“Pasti kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik”. (Q.S Al-Maidah: 5:
82).
(Yaitu)
orang-orang yang terkait perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji
mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut kepada Allah. (Q.S
Al-Anfal : 8 :56).
(Yaitu)
orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami ialah Allah.” (Q.S. Al-Hajj :
22: 40).
“Akan senantiasa ada segolongan dari
umatku yang tegak memperjuangkan kebenaran, dan mereka tidak akan terpengaruh
dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka “. (HR Muslim). Ketika
Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat tentang siapa mereka itu ? Maka beliau
menjawab : “Di sekitar Masjid al-Aqsha”.
#
Sekelompok Yahudi membeli tanah di
Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya
adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry.
Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah. Inggris
membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di
Palestina.
Kampanye
mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di
Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700
dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang. Imigrasi besar-besaran orang
Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi
penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
Para
penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi
besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah
“sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran
meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir
infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via
Palestina. Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul
Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus,
dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
Theodore
Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis
mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun
adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara.
Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun
secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris
hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin. Di kongres
itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan”
atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang
kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi
sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara
Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
#
Diawali dengan sama-sama melafadzkan
basmallah, aksi hari itu dibuka. Selanjutnya tilawah dari akh Yusuf.
Spanduk-spanduk, bendera Palestina yang dikibar, menjadi saksi bisu bahwa KAMMI
tidak tinggal diam dalam keheningan, di bawah konflik ummat ini. Pasukan aksi
menyelusuri jalan-jalan sambil menggalang dana dari warga-warga sekitar dan
pengendara yang melintas. Disertai pembagian selebaran-selebaran pencerdasan
masyarakat terhadap kondisi di Gaza. Seperti rencana Kita bagi beberapa titik,
ada yang di pasar gamalama, ada di depan Mall Jatiland, ada yang di depan
Al-Munawwar, bahkan hingga ada yang di lampu-lampu merah, lampu merah Bastiong
dan lampu merah di depan Prima. Dengan Al-Munawwar sebagai pusat tempat aksi.
“Bangsa Indonesia tidak boleh diam
melihat kedzholiman yang tampak nyata di Gaza. Lakukan penggalangan dana
sebagai bukti solidaritas. Saya mengecam Israel. Mana yang katanya menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia, yang justru mereka malah melakukan penjajahan di atas
tanah Palestina”, teriak Akh Yusuf dalam orasinya di depan Al-Munawwar.
Akh Wawan juga turut berorasi, “Israel terus menyerang
rakyat Palestina. Korban dari kalangan anak-anak pun banyak berjatuhan. Belum
lagi rumah yang porak poranda. Kebrutalan Israel ini melahirkan kecaman dari
berbagai pihak, tidak terkecuali dari mahasiswa Indonesia. Bahkan, Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), menyerukan aksi solidaritas untuk
Palestina secara nasional”.
"Sebagai rakyat Indonesia yang menyatakan bahwa
kemerdekaan adalah hak segala bangsa, kita harus bergerak!", lanjut teriak
Akh Wawan dalam orasinya.
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan
kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah Bangsa Indonesia berdiri
menantang penjajahan Israel”, kata Akh Wawan meniru kata-kata Soekarno.
Akh Wawan lanjut mengutip kata-kata Nelson Mandela
dalam orasinya, “Kebebasan kita, tidak lengkap tanpa kebebasan Palestina”.
Sementara Wahib hanya membacakan sebuah puisi dengan
judul Palestina. Wahib memang menyukai sesuatu yang berbau seni, sastra, maka
puisi adalah enjawatahan rindunya pada Palestina.
Palestina
Sejarahmu adalah sejarah perlawanan
Jejak perjuanganmu terpatri dalam benak kami
Kau bukan tertindas
Kau adalah negeri penuh keniscayaan perjuangan
Para pejuang yang rindu Tuhannya
Para pejuang yang cinta agamanya
Para pejuang untuk negeri yang mulia
Para pejuang untuk kemerdekaan yang nyata
Tetesan darahmu adalah kerinduan yang mendalam
Jiwa-jiwa yang tertelan kematian
Tidak, mereka tidak mati
Melainkan hidup di tempat keabadian
Mereka tidak mati
Tapi mereka hidup di samping Tuhannya
Mereka adalah negeri yang tertakdirkan
Sebuah proses untuk menyambung kisah kehidupan
Keniscayaan antara kebenaran dan keburukan
Memang tak bisa bersanding
Hancurkanlah yang layak dihancurkan
Kalianlah yang terbaik di antara yang terbaik
Semua menjadi saksi kerinduan kalian
Atas keteguhan cinta kalian
Perjuangan yang menggadaikan dengan jiwa
Palestina, kau adalah cerita para perindu
Aksi solidaritas untuk Palestina ditutup dengan
sama-sama mendoakan untuk Palestina. Dana yang kita kumpulkan diberikan kepada
KAMMI Reaksi Cepat. Yang nantinya akan disalurkan. Allahummansur ikhwanana mujahidina
fi Falestin. Allahummansur ikhwanana mujahidina fi kulli makan fi kulli zaman.
Allahumma A'izzatal Islam wal Muslimin, wa Adzillassyirka wal Musyrikin. Ya
Allah, tinggikanlah Islam dan Kaum Muslimin, dan rendahkanlah Syirik dan Kaum
Musyrikin. Allahummansur Islam wal Muslimin, wa ahliki kafarata wal kaafirin.
Ya Allah, tolonglah Islam dan kaum Muslimin, dan kalahkanlah kekafiran dan kaum
kafirin.
#
Di lain waktu kita juga melakukan aksi untuk Mesir.
"Mereka yang diam melihat ketidakadilan ibarat setan bisu tanpa
lidah", begitulah kata Erdogan.
Saudaraku
yang ku cintai, bentrokan
kembali pecah,
Negara Mesir telah ditimpa pilu yang sangat menyayat hati ketika presiden
Muhammad Mursi digulingkan dari kepemimpinannya yang sah secara konstitusional.
Kudeta militer yang dipimpin Jenderal
Abdul Fattah As-Sisi, yang kemudian mengganti undang
– undang yang diamandemen dan pemerintahan yang telah berjalan setahun.
Demokrasi akhirnya dimatikan oleh penyerangan brutal serta diikuti penawanan Mursi.
Kekhawatiran yang dirasakan oleh dunia internasional
terhadap rencana pembersihan bundaran
Rab’ah Adawiyah, Nahdah dan tempat-tempat lainnya di seantero Mesir yang
pada akhirnya Peristiwa terburuk dalam
sejarah modern Mesir yang
sangat menyedihkan.
Hingga
pada saat ini rakyat
yang
dibantai
sebanyak ± 6000 jiwa,
dan puluhan ribu lainnya mengalami luka-luka.
Sangat disayangkan, sampai detik ini belum ada satu
negara dunia pun yang serius membantu menyelesaikan kasus pembantaian
berseri ini secara serius, kecuali negeri Turki.
Aksi yang dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2013 ini,
dengan rute aksi dari Lapangan Salero (Dodoku Ali – RRI – Pasar Gamalama- Eks
Gamalama – Masjid Raya Al-Munawwar. Massa aksi yang hadir kurang lebih 50
orang. Dalam aksi ini yang menjadi orator diantaranya beberapa kader KAMMI dan
LDK, akhuna Furkan, akhuna Wawan, akhuna Yusuf, dan
lainnya. Dalam oratornya diantaranya mengingatkan bahwa Negara yang pertama kali mengakui
kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Pengakuan dari negara lain, merupakan syarat
penting berdirinya sebuah negara. Dan, untuk ini, bangsa ini pantas berterima
kasih kepada tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Sebab, merekalah yang melobi agar
pemerintahnya mendukung kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.Ikhwanul Muslimin
yang saat itu jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan-dukungan
negara Arab lainnya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Dan, setelah Mesir,
negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia. Mereka
juga mengingat terkait Kemerdekaan Indonesia, yang baru diperingati kemarin 17
Agustus 2013. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Dalam
aksi ini juga menjadi refleksi agar dalam Hari Kemerdekaan kali ini kita turut
aktif dalam langkah-langkah kemanusiaan.
Dalam Hal ini kami yang tergabung dalam Aliansi Maluku
Utara Peduli Mesir (PW KAMMI Malut, PD KAMMI Kota Ternate, LDK As-Islah, LDK
Babusallam) menyeru kepada masyarakat Maluku Utara khususnya untuk bersama-sama
menyatakan sikap:
1. Mengecam keras pembantaian terhadap demonstran sipil
pro-demokrasi dan anti kudeta oleh pihak keamanan Mesir (Militer).
2. Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia selaku
warga dunia yang demokratis untuk mengecam sikap agresif dan pembantaian oleh
pihak Mesir terhadap rakyat sipil.
3. Mendesak Presiden Republik Indonesia untuk menentukan
sikap tegas dan berperan aktif dalam menyuarakan tragedi kemanusiaan dan
pelanggaran hak-hak asasi rakyat Mesir ke dunia internasional.
4. Mengajak seluruh rakyat Indonesia selaku warga dunia
yang demokratis untuk mendukung tegaknya kembali demokrasi di Mesir,
penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan/hak asasi dan menolak setiap
pelaku/pendukung kudeta serta pengkhianatan terhadap revolusi rakyat Mesir
karena bertentangan dengan prinsip-prinsip Negara demokrasi.
5. Menghimbau kepada masyarakat
Indonesia untuk membantu menyuarakan dan menyebarkan informasi mengenai
perkembangan kondisi Mesir kepada masyarakat lainnya.
Aksi ini ditutup dengan doa dan sholat ghaib yang
dipimpin oleh Ustad Ridwan kepada ikhwan Mesir. Allahummansur ikhwanana mujahidina
fi Mesir. Allahummansur ikhwanana mujahidina fi kulli makan fi kulli zaman. Ya Rabb
lindunglah bayi-bayi, anak-anak yang tidak bersalah, perempuan-perempuan yang
lemah, para penghafal Al-Qur’an, ikhwan-ikhwan yang menegak syariat-Mu.
Tunjukkanlah yang haq dan yang bathil. Turunkanlah azab (angin ribut) kalau
Engkau rihdoi kepada yang bathil.
Aksi untuk Solidaritas Rakyat Mesir juga terjadi
di berbagai di seluruh Indonesia. Seperti
kata Erdogan, "Tak perlu menjadi warga Mesir untuk bisa berempati, Cukuplah kamu menjadi
manusia saja". Semoga Allah selalu memberikan kita
kemudahan, dan juga selalu mendoakan saudara-saudara kita di Mesir.
#
Tentang Ikhwanul Muslimin. Pada
bulan Dzulqaedah 1347H, bertepatan dengan Maret tahun 1928, kata Hasan
al-Banna, ada enam orang yang berkunjung ke rumah. Keenam orang ini adalah
sebagian dari orang-orang yang telah mendapatkan pengaruh dan sentuhan dari kajian-kajian
dan ceramah yang pernah disampaikan olehnya (Hasan al-Banna). Mereka lantas
duduk dan berbincang-bincang dengan Hasan al-Banna. Di dalam suara mereka
terdapat kekuatan, dalam (pandangan) mata mereka terdapat sinaran, pada wajah
mereka terdapat cahaya iman (keyakinan) dan azam. Mereka berkata “Kami semua telah mendengar dan
memperhatikan, telah mendapat pengaruh dan sentuhan, namun kami tidak tahu
metode praktis apa yang membawa kemuliaan (izzah) Islam dan kaum muslimin. Kami
telah bosan dengan kehidupan ini, kehidupan hina dan terbelenggu. Engkau dapat
melihat sendiri bahwa bangsa Arab dan kaum muslimin di negeri ini tidak
memiliki sedikit pun kedudukan atau kemuliaan. Mereka tak lebih dari sekedar
para buruh yang patuh kepada orang-orang asing itu. Kami tidak mempunyai
apa-apa kecuali ruh yang berjalan dengan membawa sinar iman dan kemuliaan
bersama dengan jiwa-jiwa kami, dan sedikit dirham yang berasal dari kebutuhan
pokok anak-anak kami. Kami tidak dapat mengetahui jalan menuju pengalaman seperti
engkau ketahui. Kami juga tidak mengenal jalan untuk berkhidmat kepada negeri,
agama, dan umat seperti yang engkau ketahui. Pokoknya, yang kami inginkan
sekarang adalah agar kami dapat mendermakan apa yang kami miliki, supaya kami
dapat lepas dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT kelak. Kami mohon, kiranya
engkaulah yang menjadi penanggung jawab dihadapan-Nya tentang kami dan tentang
apa yang wajib kami lakukan. Kami juga berharap ada suatu jamaah yang secara
murni berjanji kepada Allah untuk hidup demi agama-Nya, mati di jalan-Nya, dan
hanya mencari keridhaan-Nya semata, serta layak memperoleh kemenangan,
sekalipun sedikit jumlahnya dan lemah persiapannya”.
Perkataan yang tulus itu, kata Hasan
al-Banna, menyentuh jiwanya. Ia tidak dapat menghindarkan diri dari memikul
sesuatu yang mesti ia pikul. Yaitu apa yang harus ia serukan, apa yang harus ia
kerjakan, dan apa yang harus ia upayakan untuk menyatukan umat manusia. Hasan
al-Banna katakan kepada mereka, “Semoga
Allah membalas kalian dan memberkati niat yang baik ini, serta memberikan
petunjuk kepada kita untuk beramal shalih. Semoga Allah ridha dan memberikan
kemanfaatan kepada umat manusia. Kewajiban kita adalah beramal, sedangkan
keberhasilan itu ada di tangan Allah. Marilah kita berbaiat kepada Allah untuk
menjadi “tentara” bagi dakwah Islam. Disitulah letak kehidupan negeri dan
kemuliaan umat”.
Selanjutnya terjadilah bai’at. Sudah
menjadi sumpah setia kami bahwa kami akan hidup bersaudara, beramal untuk Islam
dan berjihad di jalannya. Salah satu dari mereka berkata “Dengan apa kita
namakan diri kita? Apakah kita akan menjadi suatu organisasi, forum, tarekat,
atau lembaga, sehingga kita memiliki struktur yang resmi?”. Hasan al-Banna
menjawab “Tidak usah menggunakan semua itu. Kita buang semua bentuk formalitas.
Hendaknya kita bertemu di atas fondasi fikrah (pemikiran), maknawiah
(moralitas) dan amaliah (gerak). Kita adalah “saudara-saudara kandung” dalam berkhidmat
kepada Islam. Jadi, kita ini adalah al-Ikhwan al-Muslimin.
Demikianlah, ia datang secara
tiba-tiba. Ia lahir dan membentuk formasi pertama Ikhwanul Muslimin dari keenam
orang itu, seputar fikrah ini, dalam bentuk seperti ini, dan dengan penamaan seperti
ini.
Posting Komentar
0 Komentar