Minggu Terakhir di Dorpedu

Minggu Terakhir di Dorpedu


Sudah dua minggu kita melakukan kegiatan di kelurahan Dorpedu. Dan itu artinya tinggal seminggu lagi kegiatan kita di kelurahan Dorpedu. Semua perencanaan kegiatan kita telah kita lakukan. Seminggu ini tinggal kita persiapkan untuk memaparkan hasil kegiatan kita saat lokakarya mini II. Seminggu ini juga kita menyelesaikan studi kasus individu kita. Ya dalam PKL ini kita juga mencari kasus untuk dilakukan sebagai studi kasus individu. Selain itu minggu ini kita juga merencanakan kegiatan diluar kegiatan intervensi gizi, mungkin seperti rencana membuat tugu dan baliho.
Seminggu ini kita juga mulai menyicil menyelesaikan laporan PKL kita. Dalam minggu ini juga kita diminta pak lurah untuk menginap selama seminggu terakhir dan berdasarkan kesepakatan dengan teman-teman kita hanya menginap selama 3 hari mulai dari hari selasa hingga hari kamis, saat kegiatan lokakarya mini II.
Seminggu ini bagiku semakin terlihat ego masing-masing dari kita, semua merasa mereka sudah melakukan banyak hal, dan mengeluh dan mungkin menyalahkan orang yang tidak melakukan kegiatan lain. Mungkin ini berawal dari pandangan yang salah tentang perbedaan yang sudah mulai berakar dari 2 minggu sebelumnya. Dan mungkin semua dari kita merasa kita benar dan hanya mampu saling menyalahkan. Sangat terlihat bagaimana egonya kita masing-masing.
Saya sendiri merasa mungkin juga termasuk orang yang mengedepankan ego. Saya sendiri sebagai ketua dari kegiatan PKL ini sebenarnya sudah merasa bahwa saya sebenarnya tak layak menjadi ketua. Ini karena saya merasa sikap saya yang terkadang tidak peduli dengan orang lain. Saya yang memiliki pandangan yang berbeda dengan teman-teman yang lain. Sebagian dari mereka mungkin selalu mengeluh, selalu saling menyalahkan. Ah, dan saya sangat bingung saat itu. Saya hanya bekerja berdasarkan tujuan yang saya tetapkan sendiri, saya bekerja untuk kepuasaan saya sendiri, dan mungkin untuk kenyamanan orang lain, saya hanya berusaha menyelesaikan kegiatan itu, saya belajar untuk ikhlas dalam bekerja, dan saya belajar untuk tidak harus mengeluh. Sedangkan mereka tidak setuju dengan sikap saya itu.
Saya sendiri hanya meminta mereka melakukan apa yang memang bisa dilakukan, ya dilakukan. Saya sendiri menerapkan untuk menyelesaikan kegiatan kita, kita baiknya menyadari bagaimana porsi kita, bila kita bisa menyelesaikan itu, kita selesaikan itu. Contohnya waktu itu kita ada dua kegiatan yaitu kegiatan untuk persiapan lokmin II dan laporan PKL serta keigatan untuk membuat tugu. Bagi saya yang dimaksud dengan menyadari porsi kita adalah kita memilih dimana kegiatan yang paling bisa kita partisipasi. Dengan harapan mungkin kita tidak saling mengeluh tapi entahlah tetap saja kita selalu memandang perbedaan sebagai masalah bukan sebagai keindahan. Kita masih saja mengedepankan ego kita masing-masing.
Sampai pada saat itu dalam persiapan lokmin II, persiapan pembuatan laporan PKL, kita pakai cara yang Herlin katakan kita kerja dengan orang yang mau bekerja. Ya, mungkin bagi beberapa teman, Herlin dan beberapa teman kelompok II termasuk orang yang mau bekerja sendiri-sendiri. Tapi bagi saya dalam persiapan lokmin II dan pembuatan laporan mereka yang mungkin paling saya libatkan karena saya rasa mereka tidak mengeluh saat bekerja. Dan sejujurnya dari beberapa kelompok lain, sulit bagi saya untuk ajak kerja sama. Mereka selalu berbeda pendapat dengan saya dalam bekerja.
Sementara kelompok lain mungkin mereka yang mengurus untuk membeli pot bunga sebagai bentuk kenang-kenangan dari kita mahasiswa yang PKL, yang dikoordinir oleh Basten dan Musmin. Pot bunga sebagai pengganti tugu karena kita tidak jadi membuat tugu dengan beberapa kendala.
Dan beberapa teman yang lain mungkin hanya bisa senang-senang. Sebenarnya tidak ada yang salah. Karena setiap orang memang memiliki kemampuan yang berbeda, rasa tanggung jawab yang berbeda.
Saya pun pernah katakan kepada Magfirsyah, salah satu teman saya, “Sebenarnya dari awal yang salah itu ngoni pilih tha jadi ketua kelompok, tha nie orangnya tra peduli dengan orang lain, tha hanya bekerja berdasarkan apa yang bisa tha lakukan, tha hanya bekerja untuk bisa apa yang membuat kita merasa nyaman, dan mungkin orang lain juga merasa nyaman. Tha bekerja hanya untuk itu dan terkadang tidak peduli orang lain mau bekerja ka tarada. Sebenarnya tha juga tra peduli orang mau hargai atau tidak.”
Sedangkan Magfirsyah orang yang sangat berbeda terkadang dia bekerja untuk membuat orang lain menghargainya. Herlin juga begitu dia bekerja tanpa mau mengeluh dan itu mungkin membuat dia terlihat ingin bekerja sendiri. Teman-teman saya dari kelompok I juga berapa kali mengeluh dan merasa mereka sudah bekerja, sedangkan teman yang lain belum bekerja, itu yang mereka sering keluhkan, mereka ingin semua orang bekerja secara merata. Dan saya sebenarnya kurang setuju cara kerja teman-teman kelompok I, padahal saya juga dari kelompok I, tapi bagi saya ketika kita merasa mampu untuk melakukan, lakukanlah walaupun orang lain tidak melakukannya. Entahlah mungkin seperti itu setiap orang bukan hanya punya kemampuan yang berbeda, rasa tanggung jawab yang berbeda, tapi cara serta harapan dalam bekerja juga berbeda.
Tapi yang salah dari hal itu adalah kita semua sekelas saling ego satu sama lain, merasa kitalah yang paling benar. Mungkin saya juga terlihat seperti itu bagi teman yang lain dan saya juga memandang teman lain seperti itu. Dan mungkin itulah salahnya. Dan terlebihnya kita lupa saat itu kita bukan sebagai individu tetapi kita sebagai kelompok.
Minggu ini sebenarnya bukan hanya kita saling ego tapi kita juga pernah kerja sama ketika kita kerjakan untuk rencana pembuatan tugu, kita sama-sama akan pasir dari pantai Dorpedu besar. Sampai akhirnya pasir hanya sedikit yang terangkat dan sebagian dari kita termasuk saya sudah lelah. Akhirnya kita lanjut dengan batobo (berenang) di pantai saja, hehehe. Walaupun akhirnya tugu tidak jadi dibuat dan diganti dengan membeli pot bunga.
Minggu ini kita juga melakukan lokmin II, saat lokmin II juga terlihat ego kita. Hanya karena saat saya membuat dokumentasi dan video mini untuk beberapa gambar saat PKL, ada teman yang mungkin complain karena gambarnya tidak ada dan hanya orang-orang itu saja yang ditampilkan, ya dokumnetasi kebanyakan dari kelompok II karena hanya mereka yang mengumpul dokumentasinya. Sedangkan kelompok yang lain tidak ada yang kumpul. Mungkin satu hal yang mereka keliru kalau saya hanya menampilkan dokumentasi dari kelompok II, dan mereka mengeluh tanpa sadar saya yang membuat videonya saja, tidak ada fotonya, hehehe, tapi saya tidak harus mengeluh. Entahlah bagi saya mengapa kita harus mengeluh kepada hal yang tidak perlu dikeluhkan sedangkan ada yang perlu dikeluhkan kita tidak mengeluh, hehehe.
Hingga sabtunya kita ke pantai Sulamadaha untuk acara penarikan. Hari minggu besoknya kita masih kembali ke Dorpedu, untuk mengangkat pot bunga yang telah dibeli, semua terlihat asing bagi saya, beberapa teman tak saling tegur, mereka pun tidak menegur saya dan saya juga begitu, entahlah kita semua masih mengedepankan ego kita. Sangat terlihat terkadang terdapat orang yang kerjanya sedikit tapi maunya banyak.
Tapi diantara semua masalah akan perbedaan itu dan ego itu, kegiatan kita tetap berjalan. Walau mungkin ada rasa kecewa dan kurang puas dari beberapa teman. Hingga saat ini, saat pembuatan laporan yang belum selesai ini, hanya sebagian orang yang peduli. Entahlah saya sempat emosi dan marah-marah. Tapi saya mencoba melihat tujuan saya kembali tujuan saya adalah menyelesaikan laporan ! Hanya itu. Jadi, mengapa saya harus marah-marah ? Ya, waktu itu saya marah dan emosi karena teman yang lain terlihat tidak peduli, mereka hanya terlihat senang-senang, mungkin mereka lupa kalau ini adalah tugas kelompok, dan seharusnya mereka juga ingat akan tanggung jawab sebagai kelompok. Apalagi ada teman yang bilang, ‘nha bikin laporan kong tra panggil tuch (kamu buat laporan terus tidak panggil-panggil), hehehe, aneh sekali bagi saya.
Semua akhirnya tetap berjalan, laporan tetap harus diselesaikan. Entahlah saya awalnya tergiur dan emosi karena melihat teman yang lain malah hanya santai-santai saja dan saya malah harus bego sendiri dan pusing sendiri. Sudahlah saya kembali ke tujuan saya, dan seharusnya saya menikmati itu. Ya, seharusnya saya menikmati itu tanpa harus marah-marah.
Dan saat hari minggu itu, beberapa teman, Resky, Yati, Basten, Musmin, Rosmini, dan saya, kita pamitan dengan orang tua angkat kita. Semua terlihat saling sedih seakan ada sesuatu yang hilang. Entahlah mungkin saya memiliki komunikasi dengan orang lain yang sangat rendah. Saat itu saya sedih juga dan merasa ada sesuatu yang berbeda, seakan ada yang akan hilang, tapi mungkin tidak ada orang yang merasakan itu untuk saya, apalagi orang tua angkat saya, hehehe. Dan saat itu saya pun tuliskan di status di facebook saya, “Saat kejadian malam ini, mungkin Dorpedu bisa lebih indah dari Malang, hehehe”.
Mungkin kita masih tetap saling ego karena kita terlalu lelah, mudah mengeluh, dan merasa malas. Tapi tetap kita tidak seharusnya lupa kita saat itu sebagai kelompok. Dan saat itu yang saya pahami satu hal, yang sulit adalah bukan karena ada seseorang yang terlihat memiliki kemampuan lebih, atau orang yang terlihat tidak memiliki kemampuan, mereka bukan kendala, dan yang menjadi kendala adalah orang yang terlihat memiliki kemampuan sedang. Ya, ketika kita merasa mereka mampu melakukan dan kita butuh bantuan kerja mereka tapi mereka sendiri merasa tidak mampu dan tidak mau bantu melakukan.
Walaupun begitu saya juga dapatkan hal lain dari buku yang baru selesai saya baca, “Manusia Setengah Salmon”, mengutip sebagian kata-kata dari buku itu, “Terkadang kalau terlalu baik, membuat orang menjadi canggung, dan bila terlalu cuek membuat orang jadi marah”. Dari itu saya rasa mungkin menjadi orang yang sedang-sedang itu nyaman, hehehe, tapi sayang taraf dari standar orang yang sedang-sedang itu susah, karena setiap orang pasti memiliki presepsi sendiri akan hal itu. Atau mungkin seperti padangan saya diatas, maka orang yang sedang-sedang terkadang menjadi kendala, menjadi hambatan.
Sudahlah, saya hanya ingin mengutip juga kata dosen saya saat mengisi sambutan di acara lokmin II, “Biarkan semua yang menjadi duri tetap kita tinggalkan disini, dan yang kita ambil adalah bunga-bunga yang bermekaran, biarkanlah kenangan yang kurang menyenangkan kita tinggalkan, dan yang kita kenang adalah kenangan yang menyenangkan kita”.
Dan minggu ini, minggu setelah tidak ada kegiatan PKL lagi, saya mulai menyelesaikan laporan yang belum diselesaikan, laporannya sudah mulai saya selesaikan. Laporan PKL pun harus saya selesaikan, entahlah tak lagi peduli ini laporan siapa, entahlah ini laporan individu atau kelompok, yang pasti saya senang bisa menyelesaikannya, dan seharusnya saya tak perlu marah-marah !
Dan yang paling menyenangkan adalah saya bisa menulis lagi, setelah selama tiga minggu saya tak pernah menulis. Akhirnya saya menulis lagi. Saya melakukan sebuah tujuan menulis yang menyenangkan, menulis itu menyenangkan karena dengan menulis saya akan ingat tentang suatu kejadian dalam hidup saya, menulis itu menyenangkan karena menulis menciptakan peristiwa yang istimewa. Dengan menulis akan terurai kisah istimewa yang saya ciptakan lewat tulisan maka kisah istimewa akan selalu hidup dalam jari jemari catatan saya.
Mungkin kita masih tetap ego sampai saat ini, tapi yang pasti saat kita sudah tak lagi sekelas bersama, tak lagi sekelompok, mungkin saat itu sebagian dari kita akan kenang bahwa kita pernah PKL bersama di kelurahan Dorpedu. Dan mungkin saat itu tidak akan ada ego diantara kita lagi. Seperti kata dosen saya juga saat menginap di kampus, “Saat-saat seperti inilah yang kelak akan kita kenang”. Satu hal yang ku pahami dari semua kegiatan PKL, PKL adalah bentuk kerja untuk keikhlasan. PKL adalah sebagian dari langkah atas mimpi-mimpi yang tak pernah usai.
Dan hari ini semua terlihat kembali seperti biasa, semua saling sapa, semua saling lempar senyum, semua kelihatan gembira bersama, di acara penutupan kami di kelurahan Dorpedu, semua seperti sedia kala, dan saya senang melihat itu, Negeri Gizi Konyol! Hehehe

Posting Komentar

0 Komentar