Perspektif
Peran Kekinian Organisasi Kepemudaan dan Kilas Sumpah Pemuda
Peran Kekinian Organisasi Kepemudaan dan Kilas Sumpah Pemuda
(Momentum Spirit Pemuda di Hari Sumpah Pemuda)
M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)
(png tree)
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa” (Q.S Ar-Rum [30] : 54)
Simfoni pergerakan pemuda untuk Indonesia telah terekam jejak. Pemuda
merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan
bangsa ini. Potret perkembangan pemikiran pemuda dan gerakan pemuda Indonesia
terajut mulai tahun 1908, 1928, 1945, 1966, hingga 1998 dan pada Era Reformasi
ini. Periode 1928, Periode Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda yang
dilangsungkan pada 26-28 Oktober 1928. Isi deklarasi tersebut adalah pernyataan
para pemuda: kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah
Indonesia, kami putra putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, kami putra putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Dari peristiwa ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran
pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka
bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka dilandasi
oleh semangat persatuan.
Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri, menurut DR.Yusuf
Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar
paling terang dan paling panas. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara
fisik dan semangat. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa, bisa dikatakan
seperti dinamit atau TNT bila diledakan.
Pada hakikatnya usia muda, seorang pemuda merupakan usia yang penuh dengan cita-cita tinggi dan darah yang gemuruh serta idealisme yang luas, usia yang memberi pengorbanan dan menembus semua. Usia yang menabur jasa, memberi kesan dan emosional.
Pada hakikatnya usia muda, seorang pemuda merupakan usia yang penuh dengan cita-cita tinggi dan darah yang gemuruh serta idealisme yang luas, usia yang memberi pengorbanan dan menembus semua. Usia yang menabur jasa, memberi kesan dan emosional.
85 Tahun yang lalu, 28 Oktober 1928. Berkumpullah para pemuda sebagai peserta Kongres Pemuda II yang terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Pemuda Kaum Betawi, dan lainnya. Kumpulan Organisasi Kepemudaan inilah yang memprakasai semangat persatuan. Merumuskan Sumpah Pemuda. Hingga kini telah terekam dalam pusaran sejarah sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Sebagaimana Hasan Al-Banna katakan “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalanya, semakin semangat dalam merealisasikannya dan siap untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Itu semua tidak terdapat, selain pada diri pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan pada setiap kebangkitan, dan pembawa bendera setiap fikrah”. Kata-kata Hasan Al-Bana inilah yang harusnya dipahami Organisasi Kepemudaan pada kondisi kekinian. Maka peran kekinian dari Organisasi Kepemudaan yang bermain dalam ruang lingkup intelektual muda (mahasiswa) seharusnya terkonsep untuk mampu menghasilkan pemuda-pemuda yang mengusung nilai-nilai intelektual, penanaman keimanan, dan penguatan jiwa negarawan.
Organisasi Kepemudaan seharusnya difungsikan sebagaimana kata-kata Anis Matta,
“Berorganisasi tidak hanya terkait dengan fitrah sosial kita, tapi terutama
terkait kebutuhan kita untuk menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Kita
menyadari dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap
individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan kita itu
dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain. Jadi,
kebutuhan setiap individu perlu berorganisasi bukan saja lahir dari kebutuhan
untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitasnya tapi juga lahir
dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal pada level yang setara dengan
tantangan zamannya”. Bekerja dan beramal dalam organisasi kepemudaan adalah
melalui kepekaan sosial, gerakan sosial, dan gerakan akar rumput. Untuk menuju
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain”.
Ibnu Jauzi pun mengungkapkan, “Wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu
selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga
selain yang dilakukan oleh para generasi muda”. Karena masa muda menjadi masa
strategis untuk belajar dan mulai berkontribusi. Ketika otak masih lebih fresh
dan idealisme masih tinggi inilah sejatinya pemuda bisa mengawali pembentukan
masa depannya. Namun demikian, masa depan itu hendaknya tidak selalu dikaitkan
dengan jabatan atau sekadar legitimasi. Kalaupun kita mendapatkannya, jadikan
ia sebagai sarana mencapai tujuan. Kontribusi pada masyarakat, agama, dan
negara adalah kerangka utama peran di masa depan.
Organisasi Kepemudaan seharusnya mau mengkonsep pemuda-pemuda menuju
sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka
petunjuk” (QS. Al-Kahfi:13). Pemuda-pemuda yang menginterelasikan spirit
keintelektualan, keimanan, dan kenegarawanan.
Akhirnya Organisasi Kepemudaan harusnya mampu menyatukan potensi dan kekuatan
pemuda, kemudian meledakannya pada momentum sejarahnya, menjadi pohon peradaban
yang teduh, yang menaungi kemanusiaan. Sebagaimana ungkapan Hasan Al-Banna, “Setiap
masa ada pemudanya, setiap pemuda ada masanya dan yang terbaik adalah mereka
yang mengetahui masanya”. Salam Hari Sumpah Pemuda, Salam Muslim Negarawan.
Posting Komentar
0 Komentar