Mukerwil II KAMMI Wilayah Maluku Utara; “Bekerja, Bertindak, dan Beramal”


Mukerwil II KAMMI Wilayah Maluku Utara; “Bekerja, Bertindak, dan Beramal”




Minggu, 26 Oktober 2014 lalu telah dilaksanakan Musyawarah Kerja II Pengurus Wilayah KAMMI Maluku Utara Periode 2014-2016. Tema yang diusung dalam musyawarah kali ini adalah “Optimalisasi Peran Gerakan KAMMI Menuju Maluku Utara Maju, Bersih, dan Sejahtera”. Di sela-sela sebelum mulai berjalan pembukaan Mukerwil ini, saya bertanya kepada beberapa teman mengenai tema ini. Hal ini karena ketidaksetujuan saya memandang tema ini karena terutama saya memandang tema itu seakan memaksakan KAMMI untuk bertindak seakan sebagai pelaksana pemerintah di ranah birokrasi atau seperti partai politik yang mengontrol pemerintah sebagai pungkasnya sebagai legislator. Tema itu memang bagi saya seakan KAMMI ditempatkan sebagai orang-orang birokrat yang membantu gubernur untuk memajukan Maluku Utara dari ketertinggalannya, membuat Maluku Utara bebas korupsi (bersih), dan rakyat Maluku Utara sejahtera. Ini titik ketidaksetujuan saya, karena bagi saya tugas KAMMI harus dikedepankan dalam ranah ekstraparlementer. Walaupun setelah itu (dalam diskusi dengan teman di Mukerwil), ada beberapa penjelasan yang menegaskan bahwa tema ini bermaksud untuk menguatkan peran ekstraparlementer dalam pengontrolan pemerintah agar memajukan, membersihkan, dan mensejahterakan Maluku Utara.
            Walaupun begitu saya masih sempat tidak setuju karena alasan normatif, KAMMI Maluku Utara saat ini harus lebih fokus kepada perbaikan internal agar menjaga stabilitasnya daripada harus bermain di ranah eksternal. Atau mungkin saya yang terlalu berdalih dan terlalu terjebak pada pergulatan tentang identitas KAMMI.
            Berlanjut pada pembukaan acara Musyawarah Kerja Wilayah, acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh politik Maluku Utara seperti Bapak Alimin Muhammad, S.PdI dan Bapak DR. Saiful Ahmad, M.Si. Dimulai dengan penyampaian laporan Ketua Panitia oleh Akhuna Siddik Drakel, S.IP. Dalam penyampaian laporan kepanitiaan dalam pendahuluan laporannya, Siddik menegaskan mengenai fungsi dan peran pemuda dalam era kekinian yang harus belajar dari sejarah-sejarah sebelumnya. Siddik juga menegaskan mengenai penting peran gerakan kepemudaan dalam memajukan negara maupun suatu daerah.
            Setelah itu acara pelantikan Pengurus Wilayah Periode 2014-2016. Dengan struktur Ketua Umum, Imran Guricci, S.S, M.Kesos, Sekretaris Umum, Iswan Gafur, S.Pd, Bendahara Umum, Sarni S Walanda, S.S dan jajaran pengurus lainnya.
Sambutan berikut disampaikan oleh Ketua Umum KAMMI Wilayah Terpilih, Kak Imran Guricci, S.S, M.Kesos. Kak Imran yang juga lulusan S2-nya di Universitas Indonesia ini, dalam sambutannya mencoba menguraikan tentang konsep Gelombang Ketiga-nya Ustad Anis Matta, Kak Imran menjelaskan gelombang pertama, dari peran pemuda dalam partisipasi proses menjadi Indonesia. Kedua, proses setelah kemerdekaan dalam tataran pergulatan ideologi untuk pembentukan sistem Indonesia. Dan, ketiga era baru sebagai gelombang ketiga, dimana semua manusia dapat terhubung dengan internet sebagai bentuk konektivitas. Setelahnya Kak Imran juga menegaskan mengenai isu utama atau yang menjadi misi dalam KAMMI Maluku Utara periode ini, pertama, kemandirian ekonomi organisasi, kedua, pengokohan struktur, ketiga, responsivitas, keempat, produktivitas pengkaderan.
Setelahnya sambutan dari Bapak Alimin Muhammad, S.PdI yang juga selaku Anggota DPRD Provinsi Maluku Utara terpilih periode ini (2014-2019) dan pernah menjabat selaku Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku Utara (periode 2009-2014). Beliau dalam sambutan sedikit menguraikan mengenai sejarah dakwah di Maluku Utara pada era 1980-an. Bagaimana dakwah pada waktu masih dilingkupi perasaan hati-hati tidak sebebas kini dan tanpa fasilitas seperti kini. Tapi dalam kondisi seperti itu dakwah tetap diusahakan untuk tumbuh hingga akhirnya menghasilkan generasi-generasi antum-antum kini, lanjut beliau.
Selanjutnya ada deklarasi Forum Alumni KAMMI Maluku Utara yang dideklarasikan oleh Sugandi Ramli, S.Sos. Dalam deklarasi ini Forum Alumni menegaskan fungsinya untuk mewujudkan rasa pedulinya terhadap KAMMI.
Berikutnya sambutan dari DR. Saiful Ahmad, M.Si yang mewakili Pengurus Pusat KAMMI dan sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya Bapak Saiful menekankan KAMMI perlu memanfaatkan sumber relasi sosial-politik sekaligus sebagai nilai tawar KAMMI dalam sumbangsih ide. DR. Saiful turut menyarankan mengenai perlu adanya sikap otokritik dari KAMMI terhadap pemerintah Maluku Utara dimana ini adalah posisi penguatan peran KAMMi sebagai civil society. Beliau juga menekankan terkait pengkaderan KAMMI sebagai makhluk politik.
            Selanjutnya, bada dhuhur dilanjutkan dengan sidang-sidang, sidang pleno dan sidang komisi. Mukerwil berakhir sekitar pukul 7 malam lebih (bada Mahgrib). Dalam hal ini ke depan sesuai dengan misi KAMMI Wilayah Periode ini (2014-2016), terkait kemandirian ekonomi, pengokohan struktur, responsivitas, dan produktivitas pengkaderan yang masing-masing telah diejawantahkan dalam perencanaan program kerja dapat berjalan baik sebagai wujud stabilitas perjalanan KAMMI Wilayah Maluku Utara. Pertama, kemandirian ekonomi, yang diejawantahkan dalam program kerja Departemen Ekonomi-Sosial Masyarakat yang dipimpin oleh Kak Sarni S Walanda, dalam program kerja seperti pelatihan kewirausahaan, membangun relasi ekonomi, membentuk tim donasi dan saham untuk gerakan kewirausahaan kader. Ini sebagai langkah awal menuju orientasi pengusaha oleh kader, agar tidak hanya berorientasi pada politik dan juga sebagai PNS. Kedua, pengokohan struktur, adalah langkah mensinergikan program kerja antara PW, PD, hingga PK dari keberlanjutan PP. Langkah ini dapat dilakukan melalui rapat-rapat koordinasi bahkan juga lokakarya kaderisasi yang akan dilakukan oleh Departemen Kaderisasi. Ketiga, responsivitas, sebagai bentuk fungsi kontrol terhadap pemerintah, dan juga respon peduli terhadap umat, yang diantaranya terejawantahkan dalam program kerja Departemen Kebijakan Publik yang dipimpin oleh Akhuna Siddik Drakel, S.IP, dalam program kerja seperti Advokasi Kebijakan Pemerintah Maluku Utara, Respon Isu Kontemporer dan Kajian Geopolitik Maluku Utara. Serta beberapa program sosial dari Departemen Ekonomi-Sosial Masyarakat seperti Gerakan Peduli Umat. Keempat, produktivitas pengkaderan. Masif secara metode dan masif secara tindakan. Dalam ranah ini Kak Imran dengan idenya dalam modifikasi cara perekrutan, cukup menarik seperti perekrutan melalui main futsal, komunitas-komunitas, dan lainnya. Hal ini coba mulai dilakukan oleh kelompok-kelompok liqo. Produktivitas pengkaderan juga turut dilakukan perbaikan kualitas, seperti Daurah Marhalah III dan penyediaan mantuba oleh Departemen Kaderisasi, Sarasehan Muslimah dan Jaulah Muslimah oleh Departemen Pemberdayaan Perempuan.
            Tentu bagi saya semua yang ditawarkan dan dikonsepkan sudah sangat baik tinggal bagaimana dijalankan. Walaupun pada waktu itu saya lebih berharap KAMMI Wilayah bermain pada tataran kebijakan dan konsepsi, sedangkan ranah tindakan adalah ruang KAMMI Daerah. Sehingga KAMMI Wilayah tidak perlu banyak program kerja tapi banyak pertemuan, banyak rapat koordinasi, banyak lokakarya, banyak sarasehan intelegensia. Dengan itu maka tugas KAMMI Wilayah adalah pembaruan kebijakan dan penguatan konsepsi. Misalkan kebijakan-kebijakan secara kuantitatif dalam perekrutan, metode modifikasi perekrutan hingga format-format untuk peningkatan kualitas kader. Seperti bagaimana perbaikan format evaluasi mentoring untuk perketat, format sekolah pemandu, perbaikan format IJDK untuk penyalarasan dengan kondisional Maluku Utara, perbaikan format-format kajian, penetapan materi-materi kajian, hingga pada tawaran-tawaran reformulasi mantuba, format-format kegiatan, bahkan hingga pergulatan-pergulatan ide mengenai ideologi, identitas, pluralitas karakter kader dan tafsir indepedensi KAMMI, mengkaji tagline KAMMI Pusat “KAMMI Untuk Indonesia”, yang bermaksud menguatkan peran ke-Indonesia-an KAMMI secara pemikiran, mengkaji Manifesto Gerakan KAMMI atau penguatan tentang konsepsi keKAMMIan lainnya. Yang dimana semua itu KAMMI Wilayah Maluku Utara menjadi fasilitatornya melalui lokarkaya bahkan sarasehan intelegensia, rapat-rapat koordinasi setiap departemen dan ditetapkan sebagai pedoman bagi berjalannya organisasi secara konstitusional.
            Saya juga terpikirkan untuk menawarkan empat isu juga sebenarnya, walaupun mungkin selaras dengan misi yang dikonsepkan Kak Imran. Empat isu tawaran saya adalah pertama, pengelolaan dana operasional organisasi, yang Kak Imran konsepkan sebagai kemandirian ekonomi, tapi bagi saya bukan hanya terbatas kepada kemandirian ekonomi, pengelolaan dana operasional organisasi jauh lebih meluas, disini ada ranah paradigma dimana kader diperbiasakan untuk merancang anggaran organisasi selama satu periode dan juga berusaha untuk melaporkan dana organisasi secara transparan selama satu periode pula. Karena sejauh ini kader cenderung ‘ogah-ogahan’ dalam hal ini. Kedua, masifikasi tarbiyah, mungkin selaras dengan konsep Kak Imran yang produktivitas kaderisasi. Tapi yang dimaksudkan oleh saya adalah konsep jangka menengahnya, dimana ada kader prioritas yang dijadikan sebagai iron stock dakwah, konsepnya mirip dengan konsep yang didiskusikan dengan Pak Mucksin (Ketua BKM) yang Gerakan Da’i Masuk Desa. Tapi konsep ini kita bawa dalam konsep mini KAMMI, dimana penguatan format evaluasi kaderisasi menjadi langkah utamanya, setelahnya ada kader prioritas dari hasil pengkaderan, jadi ada kader nanti yang ditugaskan mengisi pos-pos kaderisasi di daerah-daerah setelah paska KAMMI dan paska kampus, dan KAMMI Wilayah bermain di ranah manajerialnya. Sehingga kader kembali ke daerah bukan hanya mengisi kuota kosong pencalegkan di momentum politik (walaupun ini juga baik sebagai kesadaran dakwah politik) tapi hal pentingnya juga mengisi pos-pos kaderisasi di daerah-daerah yang kaderisasinya tidak berjalan, KAMMI sebagai iron stock dakwah. Ketiga, memilih penguatan atau peminimalisiran pluralitas karakter kader. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan format-format pengkaderan, entah kita memilih menguatkan pluralitas karakter kader sehingga berjalan secara alamiah dan terkonsep secara sistemik atau meminimalisir pluralitas karakter kader dengan terkonsep secara sistemik juga melalui pengkaderan seperti kisah pengkaderan Hos Cokroaminoto (pengkaderan dengan hasil liberal) dan Ahmad Hasan (pengkaderan dengan hasil paralel). Keempat, ‘KAMMI Untuk Indonesia’, konsepsi yang ditawarkan PP KAMMI, yang dimaksudkan oleh KAMMI Pusat untuk meng-Indonesia-kan KAMMI secara pemikiran. Berarti langkah dasarnya adalah penyediaan mantuba untuk buku-buku pemikiran tokoh Islam Indonesia. KAMMI Wilayah menjadi fasilitator penyedia mantubanya dan penguatan pengkaderannya melalui tawaran format-format kajian yang baru.
            Walaupun begitu saya tetap meyakini konsep-konsep Kak Imran sangatlah baik. Kak Imran dengan tawaran-tawaran barunya dan pandangannya mengenai organisasi yang termaktub dalam visi misi dan panduan kerja-nya dengan empat isu utamanya, kemandirian ekonomi organisasi, pengokohan struktur, responsivitas gerakan, produktivitas pengkaderan dapat dijalankan sebagai langkah awal menjadikan KAMMI Wilayah Maluku Utara lebih stabil.
Seperti umumnya ciri khas kader KAMMI memilih bergerak secara alamiah sebagai pilihan rasional. Pilihan rasional yang menjadi ciri khas kader KAMMI itu, ‘sedikit bicara, banyak tindakan’. Bergerak secara alamiah, implementasi dari “Bekerja, Bertindak, Beramal”. Sebagaimana kata Kak Imran dalam sambutan pada acara penutupan Mukerwil, ke depan akan ditunaikan berbagai masalah, yang terpenting kita tetap bekerja dan semoga apa yang kita kerjakan bernilai ibadah sebagai amal jamaai kita. “Bekerja, Bertindak, Beramal”, dengan misinya “kemandirian ekonomi organisasi, pengokohan struktur, responsivitas gerakan, produktivitas pengkaderan”, semoga bisa berjalan dengan baik kedepannya dan menjadi langkah stabilitas bagi KAMMI Maluku Utara.

Posting Komentar

0 Komentar