Perspektif
Narasi, Dialektika Literasi dan Kekuatan Kata-Kata
Narasi, Dialektika Literasi dan Kekuatan Kata-Kata
M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)
Orang mungkin menyepakati bahwa segalanya bermula dari kata. Memang, barangkali ada benarnya, jika dikatakan bahwa kata merupakan awal dari setiap gerak manusia. Orang sering menyebut ‘kata’ sebagai abstraksi dari kenyataan gerak yang diperagakan oleh manusia. Kemudian masing-masing kita akan bertanya; berapakah luas wilayah ruang dan waktu yang diberikan sejarah kepada setiap kita, untuk dimaknai, dihidupkan, lalu diabadikan? Ada satu kaidah yang ditulis oleh banyak ulama, salah satunya adalah syaikh Muhammad al-Ghazali (Matta, 2014), beliau mengatakan anta maa kaifa tufakkir, anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan. Dengan kata lain setiap realitas yang terjadi di alam kenyataan, sebelumnya merupakan realitas di alam pemikiran. Sebaliknya realitas yang tidak pernah ada di alam pemikiran maka tidak akan pernah pula menjadi realitas di alam nyata. Oleh karena itu kita ini dituntun, digerakkan dan diwarnai oleh cara berpikir kita.
Narasi dan Dialektika dalam Ruang Publik
Narasi dalam ruang publik patut kita elaborasikan sebagai intelektual yang berpihak. Menurut Gramsci (2013), semua manusia mempunyai potensi untuk menjadi kaum intelektual, sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki dan dalam cara menggunakannya. Tetapi tidak semua orang adalah intelektual dalam fungsi sosial. Kemudian Gramsci mencenderungkan kepada kaum intelektual “organik”, unsur pemikir dan pengorganisasi dari sebuah kelas sosial fundamental tertentu. Kaum intelektual organik ini dapat dengan mudah dibedakan melalui profesi mereka, yang mungkin menjadi karakteristik pekerjaan kelas mereka, bukan melalui fungsi mereka dalam mengarahkan gagasan aspiras kelas organik mereka.
Dalam buku, Peran Intelektual karya Edward W. Said (2014), dikutip tentang gagasan Julian Benda, yang menggambarkan tentang cendekiawan dalam sosok ideal, yaitu semua orang yang kegiatan utamanya bukanlah mengejar tujuan-tujuan praktis, tetapi yang mencari kegembiraan dalam mengolah seni, ilmu atau renungan metafisik. Mereka adalah para ilmuwan filsuf, seni dan ahli metafisika yang mendapat kepuasaan dalam penerapan ilmu pengetahuan bukan dalam penyerapan hasil-hasilnya. Tesis Benda ini, disebutkan sederhana saja, para cendekiawan zaman dulu adalah moralis yang kegiatannya merupakan perlawanan terhadap realisme massa. Kemudian dari dua padanan makna ini, Said memandang definisi Gramsci lebih dekat kepada realitas. Edward W Said kemudian menempatkan intelektual sebagai pencipta sebuah bahasa yang mengatakan yang benar kepada yang berkuasa.
Narasi dalam ruang publik menumbuhkan dialektika. Bahasa dialektika cukup identik dengan Marxis. Gagasan tentang filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad. Gagasan dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Filsafat dialektis percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi eksis di dalam realitas dan bahwa cara yang paling tepat untuk memahami realitas adalah dengan mempelajari perkembangan kontradiksi-kontradiksi tersebut. Hegel menggunakan ide tentang kontradiksi untuk memahami perubahan historis. Menurut Hegel, perubahan historis digerakkan oleh pemahaman-pemahaman yang saling berlawanan yang merupakan esensi dan realitas, usaha-usaha kita untuk memecahkan kontradiksi-kontradiksi, dan kontradiksi-kontradiksi baru yang berkembang. (Goldman, dkk, 2016).
Narasi dan dialektika ini membuat pilihan pada dua aras; menjadi intelektual organik dalam arti Gramsci yang menyuarakan kepentingan sebuah kelas atau gerakan ideologis di satu pihak dan di pihak lain menjadi filsuf moralis ala Julien Benda. Tapi semuanya tetap pada satu hulu; mereka terlibat langsung dalam soal-soal kemasyarakatan. Yakni berpihak terhadap kelompok lemah yang tak terwakili.
Kesadaran Kekuatan Kata-Kata
Narasi adalah filosofi dan juga nalar. Filosofi adalah sebuah ruang kecil dalam kepribadian kita darimana seluruh tindakan diarahkan dan dikontrol. Tindakan-tindakan lahir dari pikiran-pikiran. Filosofi ditempatkan sebagai kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita dan berfungsi memberi kita ruang bagi semua tindakan yang ‘mungkin’ kita lakukan. Semakin luas ‘kerangka berpikir’ itu, semakin luas pula ‘wilayah tindakan’ yang mungkin kita lakukan. Anis Matta (2013), kemudian menyebutkan bahwa filosofi terbentuk dalam diri kita sebagai kumulasi dari kerja-kerja imajinatif. Adapun imajinasi itu sendiri merupakan bagian dari fungsi pikiran dan emosi sekaligus.
Nalar adalah hidupnya perasaan. Nalar adalah dua gerak bagi jiwa. Yang pertama, mengarah ke sesuatu yang dituju secara sengaja, yakni subjek mengarah ke objek, sedangkan yang kedua berangkat dari sesuatu yang dituju, yakni dari objek ke subjek. Dengan demikian nalar merupakan keadaan orang yang bernalar dan kerja perasaannya. (Hanafi, 2003).
Sayyid Quthb dalam karyanya Beberapa Studi Tentang Islam, bagian Kekuatan Kata-Kata menuliskan, “Di beberapa saat, yaitu saat-saat perjuangan yang pahit yang dilakukan umat di masa yang lalu, saya di datangi oleh gagasan yang putus asa, yang terbentang di depan mata saya dengan jelas sekali. Dalam saat-saat seperti ini saya bertanya kepada diri saya: Apa gunanya menulis? Apakah nilainya makalah-makalah yang memenuhi halaman harian-harian? Apakah tidak lebih baik dan pada semuanya ini kalau kita mempunyai sebuah pistol dan beberapa peluru, setelah itu kita berjalan ke luar dan menyelesaikan persoalan kita dengan kepala-kepala yang berbuat sewenang-wenang dan melampaui batas? Apa gunanya kita duduk di meja tulis, lalu mengeluarkan semua kemarahan kita dengan kata-kata, dan membuang-buang seluruh tenaga kita untuk sesuatu yang tidak akan sampai kepada kepala-kepala yang harus dihancurkan itu?
Kemudian saya bertanya sekali lagi: Apakah rahasia kekuatan kata-kata? Rahasianya yang aneh itu bukan dalam kilatan kata-katanya, bukan dalam irama kalimat-kalimatnya. Ia tersembunyi dalam kekuatan iman yang ditunjukkan oleh kata-kata dan apa yang di belakangnya. Rahasia itu terdapat dalam tekad yang kuat untuk mengubah kata-kata yang tertulis menjadi gerakan yang hidup, mengubah pengertian yang dipahami menjadi kenyataan yang dapat diraba”. (Qubth, 1994).
Sayyid Quthb kemudian menuliskan, “Para penulis sebenarnya bisa berbuat banyak. Tetapi ada satu syaratnya: mereka mati agar pikirannya dapat hidup. Pikiran mereka itu harus diberi makan dengan daging dan darah mereka sendiri. Mereka harus mengatakan apa yang mereka percayai benar, dan mereka mau menyerahkan darah mereka sebagai tebusan dan kebenaran itu. Pemikiran dan kata-kata kita tetap akan merupakan mayat yang kaku, sampai kita mau mati untuk kepentingannya dan kita sirami ia dengan darah kita. Lalu ia tumbuh menjadi hidup, dan hidup diantara orang-orang yang hidup”. Seperti kata seorang penyair, tulis Sayyid Quthb, “Berita pedang lebih benar dan berita buku. Dalam ketajamannya yang memberi bata antara yang benar dan yang main-main.”
Pada akhirnya narasi keberpihakan terhadap kelompok tertindas kemudian mendialektika di dalam ruang publik adalah peran besar dari setiap pemuda dengan kesadaran akan kekuatan kata-kata.
Bahan Bacaan
Goldman, Douglas J, George Ritzer, 2016. Teori Marxis dan Berbagai Ragam Teori Neo Marxian. Cetakan Ketiga. Penerbit Kreasi Wacana.
Gramsci, Antonio, 2013. Prison Notebooks. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hanafi, Hasan, 2003. Dari Akidah ke Revolusi. Penerbit Paramadina.
Matta, Anis, 2007. Arsitek Peradaban. Cetakan Kedua. Penerbit Fitrah Rabbani. Jakarta Timur.
Matta, Anis, 2013. Mencari Pahlawan Indonesia!. Cetakan Keempat. Penerbit The Tarbawi Center. Jakarta.
Matta, Anis, 2014. Gelombang Ketiga. Penerbit Future Institute. Jakarta.
Matta, Anis, 2014. Spritualitas Kader. Penerbit Ylipp.
Quthb, Sayyid, 1994. Beberapa Studi Tentang Islam.
Said, Edward W, 2014. Peran Intelektual. Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Posting Komentar
1 Komentar
"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"