Pandemi dan Bahagia


Pandemi dan Bahagia
Yanuardi Syukur


(pexels dot com)





Semua kita perlu mencari cara-cara bahagia di tengah pandemi yang belum menunjukkan kapan selesainya. Mendengarkan lagu lawas adalah cara saya untuk itu. Saya generasi 1980-an, tapi 'terdampak' juga dengan lagu-lagu 1970-an. Di Tobelo, sebuah kampung kecil di utara Pulau Halmahera, tempat saya dibesarkan, lagu-lagu itu sering sekali saya dengarkan, baik itu siang dan sore, terutama malam ketika kapal berlabuh di pelabuhan.

Sepulang sekolah dasar, saya biasa turun ke pantai; mencari ikan, kepiting, dan berlama-lama mandi. Kadang juga saya mengembara agak jauh di tanjung untuk mencari anak kuda laut. Sesekali kena duri babi yang rasanya cukup sakit. Tapi, bagi anak pantai, itu biasa. Kita tahu caranya.

Di masa pandemi ini, ketika saya harus menetap di 'penyangga ibukota', Depok, saya mau tak mau juga harus 'tahu cara' bahagia di masa seperti sekarang. Virus corona yang menyerang membabi-buta--tak kenal tua dan muda--sering membuat kita khawatir. Itu normal. Asal jangan khawatir yang berlebihan. Makin khawatir makin turun imunitas kita. Begitu yang saya dengar.

Maka, saya coba menghibur diri, salah satunya dengan mendengarkan lagu lawas. Mulai dari 'di sini di batas kota ini' yang belakangan secara merdu disenandungkan penyanyi muda dari tanah Minang Vanny Vabiola sampai lagu-lagu Iwan Fals dari 'ujung aspal pondok gede' sampai 'bento'. Khusus 'pondok gede' itu saya kebetulan dulu pernah tinggal cukup lama di sana--waktu liburan sekolah.

Di masa pandemi seperti sekarang kita semua harus mencari bagaimana cara-cara personal agar tetap bahagia. Ada yang menemukannya pada musik, ada pada menyanyi, ada pada menulis artikel, ada pada video call-an dengan kawan-kawan, bahkan mungkin ada juga pada membaca ayat-ayat suci.

Khusus ayat suci saya pribadi berupaya untuk membacanya di pagi atau sore/malam. Ada namanya adzkar sabah dan masa', yakni dzikir-dzikir pagi dan sore. Bukan apa-apa, itu cara agar hidup kita ini dapat perlindungan dari-Nya--karena kita nggak tahu persis tabiat dunia yang makin hari makin tidak stabil dalam berbagai aspeknya. Kembali pada kebahagiaan. Semua kita pasti ada caranya. Tapi, lepas dari cara-cara personal kita agar tetap bahagia, tidak khawatir berlebihan, tentu saja kita juga harus tetap ikhtiar dengan mengikuti protokol kesehatan. Ya, pakai masker, jaga jarak, dan rajin bersihkan tangan pakai air mengalir. Selamat mencari bahagia, teman-teman.

Posting Komentar

0 Komentar