Sajak-Sajak M. Sadli Umasangaji - Kewarasan dan Buku

Sajak-Sajak M. Sadli Umasangaji - Kewarasan dan Buku







 

Kewarasan Kita

 

Di tengah malam

Terbangun, dipandang dua penjaga nalar

Yang satu tertidur manis

Yang satu tertidur nan semangat

Baring kiri, baring kanan

Melihat tumpukan yang banyak di lantai

Inilah penjaga kewarasan

Dari Orang-Orang Proyek

Hingga kisah sang Arsitektur Peradaban

 

Semuanyalah penghidup kewarasan

Ada pula yang terus membagi puisi cinta

Kadang kala aku masih terlena

Melupakan keharusan mengisi kewarasan

Masih mendamba perdebatan semu

Lupa bahwa orang-orang beriman

Adalah yang menjauhkan diri dari yang tidak berguna

Yang berusaha khusuk dalam sholatnya

Memelihara amanah dan janji-janji

 

Semu, kadang menghilangkan kewarasan kita

Mencela...

Membuat propaganda brain wash

Sekedar agitasi murahan

Kadang kewarasan kita perlu renungan

Mensunyikan diri dengan tumpukan-tumpukan

Melarutkan diri dalam sejarah sang Nabi

Lama.... kita telah lalai

Masih maukah dijaga kewarasan kita?










Buku dan Kamu

 

Kamu mau buku ya?

Iya, seperti kata Gramsci

Tentang catatan-catatan dari penjara

Pikiran-pikiran yang bebas dari jeruji

 

Kamu mau buku ya?

Seperti kata Hatta

Aku rela di penjara asal bersama buku

Dengan buku aku bebas

 

Kamu mau buku ya?

Pada waktu muda-mudi menemukan kasihnya

Aku mendekam dengan das kapital

Sang muda dengan pesona dirinya

 

Kamu mau buku ya?

Seperti renungan Hasan al-Banna

Aku tidak menulis buku

Tapi aku mencetak kader

 

Kamu mau buku ya?

Seperti Sayyid Qutbh

Aku pria yang mendekam buku, 40 tahun

Dan ku temukan jalanku padaMu, Rabb

 

Kamu mau buku ya?

Semua itu imajinatif

Iya, semua bermula dari imajinasi

Bukannya kau imajiner yang ulung?

 

Kamu mau buku ya?

Fragmentasi yang natural

Atau kesatuan yang dipaksakan

Kita gembira dalam segala juang

 

Kamu mau buku ya?

Seperti rumah kertas

Berserakan dimana-mana

Katanya karena mencinta

 

Kamu mau buku ya?

Kata Che dalam catatan perjalanan

Benarlah ia dan kaum kirinya

Tentang hanya inginkan kegembiraan

 

Kamu mau buku ya?

Bolehkan aku ingat pesanmu?

Rayu aku baca buku, rayu aku untuk menulis

Karena kita saling rayu untuk anak kita

 

Kamu mau buku ya?

Boleh sejenak kau berhenti?

Ku tatap lagi kata-kata itu

Terlalu manis, romantis, dan penuh hasrat

Iya, katamu itu, kamu mau buku ya?









21:28, Buku

 

Jangan berkata tersandera

Jangan bilang eksekusi

Jangan mengatakan, "beranilah"

Jangan mencandai dengan memagut

Jangan sampai semua mencederai

"Ah, jadinya gawat", kata si pemagut

Adakah yang terdeteksi?

Nanti ada akar yang terpendam

Buku yang amat mendalam

Mencekam...

Mengembangkan teori kekuasaan dengan brilian

Menawan...

Tentang membaca, Salju?

Bercerita antara tradisi, agama, dan modernisasi, kata pendukung

Pertentangan si sekuler, sufi dan islamis

Bukan! ada islamis politik, ada islamis radikal

Ah, tidak 1984 saja...

Bung Besar dan Pikiran Ganda

Perang ialah damai

Kebebasan ialah perbudakan

Kebodohan adalah kekuatan

Kata si pendukung partai dan partai

Menguasai hari depan

Tersadar dari masa silam

Terbayang dalam masa silam

Terpandang masa kini

Masih sama 1984...

Karena logika menguatkan logika

Melawan logika

Terpendam, kebodohan adalah kekuatan

Dan kita mesti jangan percaya sama mereka




Menikmati Kota

 

Menikmati kota

Berbicara tentang dunia

Ah, tak sebatas dunia

Tapi kita bukan manusia langit

Apatahlagi harus menegakkan kebenaran

 

Menikmati kota

Atau buku yang kau pinjam

Ah, itu berbuah sebelum benih tertuai

Tentang catatan dibalik buku

 

Menikmati kota

Kau menjelaskan tentang pembenaran

Dengan kaos Munirmu

Aku lebih mengagumi Ahmad Wahib

 

Menikmati kota

Kita diajak  bermain angka

Tapi pemilik buku lebih menarik bagimu?

Aku tahu kau pasti mengerti ini guyonan

 

Menikmati kota

Dipinggir pantai

Kau bicara soal rotasi

Mungkin kita butuh rotasi

 

Menikmati kota

Kau bicara soal makrokosmos

Tapi pemilik bukunya mikro atau makro?

Ini candaan kawan

 

Menikmati kota

Kau berbicara tentang ingatan pada Tuhan

Kau berbicara tentang kekaguman pada Tuhan

Tuhan memang selalu kita kagumi, atau lebih dari itu

 

Menikmati kota

Kau berbincang tentang rincian bumi

Berbagi tentang keseimbangan

Mungkin si pemilik buku juga butuh penyeimbang?

Kau mungkin

 

Kau bacakan tentang Tuhan

Padahal kita sedang menikmati kota

Bukunya menarik atau?

Kau bisikan “Adakah Tuhan lain selain Allah?”

Kita memang selalu lemah, terlalu lemah

Kita? Mungkin aku butuh

Liberasi, rasionalitas, dan liberalis

Karena kau bicara tentang yang terkecil

Mungkin kita adalah atom akhi

 

Kau ulangi lagi tentang musim

Musim apa yang kau sukai?

Mungkin musim dan keseimbangan

Itu yang kita butuh sebagai atom

Dalam keterbatasan ilmu

Posting Komentar

0 Komentar