Akhir Atau Awal, Impian, Harapan, Masa Depan

Akhir Atau Awal, Impian, Harapan, Masa Depan
M. Sadli Umasangaji
(Founder Celoteh Ide)


(pixabay dot com)



Karya Tulis Ilmiah sudah selesai diujikan, sudah dibukukan, laporan MAGK di Rumah Sakit Malang dan Rumah Sakit Ternate sudah dijilidkan dan sudah dikumpulkan, laporan MSPMI di Rumah Sakit di Ternate tuntas, sudah dijilidkan dan dikumpulkan, laporan MPGM di salah satu Puskesmas di Ternate selesai, dibukukan dan sudah dikumpulkan, laporan PKL MIG di Kelurahan Dorpedu, Pulau Ternate sudah diselesaikan, dan sudah dikumpulkan, Ujian Akhir Program sudah dilalui, Uji Kompetensi tak jadi dilaksanakan, tahun depan.
Sebulan lebih tanpa ada kegiatan urusan akademik kampus, waktu kosong menanti yang dinanti. Jarang sekali datang ke kampus, hehehe. Hanya mulai dari nonton Naruto Shipundden, Pirates Of Caribbean, menonton ulang lagi Sang Pemimpi hingga menikmati tontonan Master Chef 2 setiap sabtu dan minggu, hehehe. Memperbiasakan diri membaca, novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, Marmut Merah Jambu-nya Raditya Dika, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi, bukunya Wijaya Kusumah, Soe Hok Gie; Biografi Sang Demonstran karya Muhammad Rifai, selesai dibaca, hingga setengah membaca bukunya Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar belum selesai dibaca, hehehe dan sekarang beralih sebentar ke novel pinjaman dari teman, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi karyanya Andrea Hirata.
Selama waktu luang ini, awalnya punya rencana menikmati sedikit waktu untuk menyaksikan Sail Morotai tapi gagal, hehehe. Tapi saya dapat Jurnal Kesehatan dari stand Kemenkes, gratis, ketika ada Malut Expo 2012 bagian dari Event Sail Morotai di Ternate, hehehe.
Ikut meleburkan diri ke dalam kegiatan salah satu organisasi eksternal kampus yang saya menjadi anggotanya. Menjual bazar, untuk kampus saya, hanya tinggal tiga kader yang masih mau aktif, Saya, Masita dan Sunarto, dan hanya kita bertiga yang menjual bazarnya, hehehe. Setelah hasil dari menjual bazar dari masing-masing komisariat, di kampus saya masih berstatus korpus, kita jual parcel lagi secara bersama-sama. Jualan parcel di lampu merah, di pasar-pasar (Pasar Gamalama, hehehe). Tempat kumpulnya waktu itu saat penjual parsel di Mesjid Pasar. Lihatlah ke sana banyak suasana baru yang bisa diresapi untuk orang seperti saya yang masih jarang terlibat dalam kegiatan seperti ini, hehehe.
Jualan bazar dan parcel untuk pengumpulan dana untuk kegiatan DM I, sejenis kegiatan latihan dasar kepemimpinan untuk masuk organisasi kepemudaan. Rapat, rapat, dan rapat lagi untuk persiapan kegiatan DM I, begitulah menyenangkan.
Tak ketinggalan saya, Masita dan Sunarto juga berusaha melakukan perekrutan untuk kader baru, saat itu jumlah rekrutan yang mengisi formulir ada 43 orang dari jurusan gizi, keperawatan, dan kesling. Dan ini juga salah satu kegiatan yang membuat saya sering sekali datang ke kampus, hehehe. Saat itu saya merencanakan kegiatan training untuk bisa dilakukan di kampus saya agar rekrutan dari kampus saya bisa banyak yang hadir. Tapi keinginan itu setelah menyurat dan surat balasannya, rencana kegiatan training ini tak jadi dilakukan di kampus saya dengan alasan sudah berjalan kegiatan belajar mengajar. Dan dipertanyakan mengapa ada nama kampus saya di dalam salah satu organisasi eksternal ini, hehehe. Entahlah, mengapa bisa demikian?
Tapi akhirnya kegiatan DM I ini bisa dilaksanakan di SD Albina di Jerbus yang ternyata juga paginya melakukan “kegiatan belajar mengajar” tapi kita diizinkan menggunakan gedungnya. Dan saat kegiatan DM I, rekrutan dari kampus saya yang datang hanya 4 orang, 1 dari mahasiswa gizi dan 3 dari mahasiswa kesling, hehehe. Artinya keinginan untuk membuat komisariat di kampus saya sekali lagi belum terbentuk, hehehe. Begitulah adanya saya masih bingung dengan keberadaan teman-teman mahasiswa di kampus, setiap diajak ikut terlibat dengan organisasi eksternal kampus, sebagian pasti dengan alasan klasik “Banyak tugas dan kuliah padat”, entahlah, hehehe. Saya hanya berusaha untuk menjaga eksistensi organisasi eksternal kampus ini di kampus saya. Dan menurut saya ketika kita mahasiswa di kampus saya hanya betah dengan keberadaan organisasi internal kampus (baik BEM atau HMJ) masih sedikit percontohan, sulit membuat kita berkembang. Seperti kata dosen saya yang saat itu termasuk dosen yang menyarankan kami untuk terlibat dalam organisasi eksternal kampus ini kalau tidak salah beginilah katanya, “Air itu selalu mengalir bila ia tertutup ia akan mencari lubang yang lain (jalan yang lain), maka seperti itulah kita harus mencari keluar, hijrah”. Selain menjaga eksistensi organisasi eksternal kampus ini, saya juga sebenarnya mencoba membentuk semangat keterlibatan mahasiswa dalam organisasi di kampus saya, karena ketika saya semester-semester awal tidak pernah ada kakak tingkat saya yang mengajak saya terlibat di organisasi kampus, apalagi organisasi eksternal kampus, hampir tak ada dan memang tak ada, menggersangkan suasana mahasiswa, makanya ketika saya semester akhir saya mencoba mengajak mahasiswa semester awal agak mau terlibat dalam organisasi, tapi hasilnya belum maksimal, hehehe, entahlah.
Selama waktu luang ini, saya juga menghasilkan tulisan untuk rencana naskah saya “Simfoni Pecandu Menulis”, juga menulis tulisan untuk naskah saya ini “Makhluk Bego Pecandu Menulis”, hehehe. Sebulan ini saya mencoba menikmati kata-kata dari Bambang Trim “Banyak Membaca, Banyak Berjalan” untuk stimulasi ide menulis, hehehe.
Saya juga sempat mengikuti diskusi menggelisahkan dari teman-teman mahasiswa semester III dan beberapa mahasiswa semester V, saat ini saya sudah semester akhir, semester VI (pendidikan Diploma III, 6 semester). Saya bilang diskusi menggelisahkan karena diskusinya tentang kegelisahan kita terhadap keberadaan kampus kita, hehehe. Diskusinya dilakukan di Kedaton Kecil. Kita seperti mahasiswa yang berada pada masa orde baru sehingga ketika diskusi tidak bisa dilakukan di kampus harus dilakukan di tempat lain, pergerakan bawah tanah, hehehe. Tema diskusi saat itu yang dibawakan oleh pematerinya adalah Identitas Mahasiswa. Agung, La Ode, Ira Yunita, Ernawati, Ansar, Khairudin, Tesar, Sunarto, Asril, Yusril, mahasiswa semester III dan V yang terlibat dalam diskusi sore itu. Mereka sekarang lebih kritis, lebih giat untuk mengkritik, hehehe. Tapi mereka juga tidak mau terlibat ketika diajak ikut organisasi eksternal kampus ini, hehehe, entahlah.
Hingga karena keterlibatan saya dengan organisasi eksternal kampus ini. Mencoba memaknai yang sudah seharusnya dimaknai, mencoba mengerti yang seharusnya sudah dimengerti, mencoba menghormati yang sudah seharusnya dihormati, mencoba memahami yang sudah seharus dipahami, mencoba menghargai yang sudah seharusnya dihargai, mencoba mempelajari yang sudah seharusnya dipelajari. Saya mencoba mendalaminya lebih jauh, mempelajari yang sudah seharusnya dipelajari di kampus keduaku, organisasi eksternal kampus yang saya senang melibatkan diri di dalamnya. Setelah terlibat di dalamnya saya lebih banyak merenung, sampai pernah pada titik berdiam diri, hehehe.

#

“Jangan lupa besok, yudisium di kampus Tanah Tinggi, datang jam 8, lengkap dengan atribut; papan nama, logo dan jas almamater. Sebarkan”. Itulah sms dari beberapa teman saya, Anti, Magfirsyah, Musmin dan Rosmini.
Keesokan harinya, 10 Oktober 2012. Hari ini adalah hari kamis, hari ini, kita akan yudisium semua jurusan. Sekitar jam setengah 8 pagi saya bangun, dengar lagu di laptop sebentar hingga kurang lebih jam setengah 9, mandi dan ke kampus. Seperti yang sudah diduga kegiatan yudisium belum dimulai, tanda-tanda mau yudisium pun masih terlihat tanda tanya, hehehe. Saya dan Masita pun akhirnya sosialisasi tentang organisasi ekternal yang digeluti di mahasiswa kebidanan semester I. Dan sekitar kurang lebih 18 mahasiswa yang berminat untuk ikut mentoringnya. Di sela-sela kita melihat mahasiswa lain sudah mulai ada yang mengambil kursi dan mengangkatnya ke aula kampus kita, tanda-tanda mau yudisium. Saya dan Masita pun bergegas bergabung dengan teman yang lain dan mengakhiri sosialisasi itu.
Sudah terlihat ada mahasiswa jurusan gizi, mahasiswa jurusan keperawatan, dan mahasiswa jurusan kebidanan di dalam aula kampus. Sambil menunggu yudisium saya memilih sebentar membaca buku Notes Of 1000 Day In Taiwan karya Ario Muhammad. Teman dekat saya di kampus, Magfirsyah, duduk di kursi di samping saya, dia menanyakan “Bikiapa kong nha suka membaca? Jang tlalu membaca tlama nha tambah kurus ni, talalu banyak bapikir” (Mengapa kamu suka membaca? Jangan terlalu membaca nanti kamu tambah kurus, terlalu banyak berpikir). Saya hanya mengatakan secara asal-asalan tapi itu yang saya pikirkan, dan saya yakini “Membaca membuat kita lebih memandang hidup dengan cara yang berbeda, kita lebih termotivasi, kita tidak mudah putus asa”, selanjutnya saya katakan “Tha tra mungkin paksakan nha jadi kayak tha dan tha tra mungkin jadi seperti nha, karena begitulah manusia, punya pilihan untuk dirinya sendiri (Saya tak mungkin paksakan kamu jadi seperti saya dan saya tak mungkin menjadi sepertimu, karena begitulah manusia, punya pilihan untuk dirinya sendiri)”. Dan ingin sekali saya sampaikan bahwa membaca itu mengisi kebosanan saat menunggu, dengan membaca menunggu seberapa lama pun kita tidak akan bosan, hehehe.
Selain itu, saya, Magfirsyah, dan Herlin membicarakan soal ke depannya kita bagaimana, setelah wisuda, mau melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan. Magfirsyah memiliki banyak perencanaan ke depan setelah wisuda, salah satunya mencari pekerjaan dan dua tahun ke depan lanjut kuliah di salah satu STIKES di Makkasar, peralihan profesi menjadi mahasiswa keperawatan, mengejar titel S.Kep. Magfirsyah memang sangat berminat untuk menjadi mahasiswa keperawatan, ia berharap titelnya menjadi Magfirsyah Ishak, Amd. G, S.Kep. Herlin sendiri punya banyak perencanaan setelah wisuda mencari pekerjaan di puskesmas, atau di rumah sakit, ingin melamar di salah satu rumah sakit di Ternate. Kita membicarakan soal peluang kerja di Rumah Sakit dan di Puskesmas di berbagai daerah tapi masih sekitar daerah Maluku Utara, di Morotai, di Bacan, di Weda, dan berbagai daerah Maluku Utara lain. Saya sendiri absurd, tak jelas. Entah mau melanjutkan kuliah atau mencari pekerjaan, saya tak jelas tapi soal harapan saya jelas ingin melanjutkan kuliah, kalau soal pekerjaan saya entahlah bekerja dimana saja tidak masalah, tapi saya tertarik mencari pengalaman baru bekerja di daerah terpencil, saya rasa pasti banyak ide yang bisa dituliskan, hehehe. Saya juga berharapan secara berlebihan, melanjutkan kuliah di luar Ternate, menetap hidup di luar Ternate, mencari pekerjaan di sana, atau melamar menjadi dosen di kampus yang saya lanjutkan kuliah, hehehe, rasanya menyenangkan padahal rumit, hehehe. Kita juga membicarakan soal peluang kerja di kampus kita, saya juga berkeinginan mengabdi kembali di kampus saya, menjadi dosen mungkin, hehehe, ini juga termasuk rumit, hehehe.
Saya juga bertukar novel dengan teman saya, Citra, saya pinjam novel Sang Pemimpi yang dipinjam dari temannya juga Eyra, mahasiswa keperawatan. Saya dengan beberapa teman saya memang sudah sering barter novel. Novel saya sekarang sedang bertebar di tangan beberapa teman saya, hehehe. Bila tiba waktunya akan saya tagih kembali novelku, wkwkwk.
Setelah tak lama mahasiswa keperawatan di panggil untuk kumpul di jurusan mereka. Dosen-dosen kita juga masih rapat untuk yudisium kita. Tak lama pula sekitar jam 11 pagi lebih mungkin, kita dipanggil ke ruangan rektorat perwakilan 20 orang masing-masing jurusan untuk mewakili teman-teman yang lain untuk yudisium dan beberapa teman yang lain berada di luar ruangan rapat.
Yudisium di mulai, dibuka oleh pudir I, dan selanjutnya penyampaian dari direktur. Disampaikan siapa dari masing-masing jurusan yang mendapatkan IPK tertinggi. Disampaikan juga mahasiswa gizi sebanyak 3 orang lulus dengan pujian, mahasiswa kebidanan 1 orang dan mahasiswa keperawatan tidak ada hanya lulus dengan sangat memuaskan. 3 mahasiswa gizi yang lulus dengan pujian adalah Anti, Herlin, dan Makhluk Bego, me, hehehe. Dan yang berdiri di depan untuk IPK tertinggi di jurusan keperawatan adalah Rudi, jurusan kebidanan, Rani, dan jurusan gizi, hehehe, Makhluk Bego Pecandu Menulis, it’s me. Yang berdiri di depan dilakukan pelepasan atribut, papan nama dan logo langsung dari ibu direktur mewakili teman-teman yang lain, dan teman-teman yang lain mengikuti pelepasan atribut masing-masing.
Makhluk Bego, me sebagai mahasiswa gizi yang menjadi perwakilan pelepasan atribut, secara kebetulan mendapatkan IPK tertinggi di jurusan gizi, dan secara mengejutkan dan secara tidak meyakinkan mendapatkan IPK tertinggi di kampus. Dan yang saya rasakan saat yudisium itu malu, diam, kaku, gugup, linglung, bingung, dingin, panas, gemetar, tenang, terasa kram di kaki, oh tak meyakinkan, mengejutkan, tak terpikirkan apa-apa, tak mengharapkan apa-apa, senang, bahagia, mau terbang, cukup percaya ini bisa terjadi dan secara fisik dianggap orang yang tak menyakinkan untuk mendapatkan IPK tertinggi di kampus, hehehe. Dibalut dengan tatapan muka yang tak meyakinkan, bego, diselingi dengan rambut agak gondrong, kumis tipis, jenggot tak jelas, tubuh yang kurus, kelihatan tak terurus tapi begitulah Makhluk Bego, rambut gondrong memang saya ingin wujudkan saat ini, jadi memang rambutnya saya belum gunting, dan kelihatan tak terurus itu memang keinginan saya, hehehe. Tapi setidaknya yang mendapatkan IPK tertinggi di kampus itu Makhluk Bego Pecandu Menulis, hehehe.
Setelah yudisium selesai. Kita kembali ke aula tapi tak jelas mau buat apa, mau tunggu apa. Musmin bilang koordinator kelas kita ada masuk Rumah Sakit, akhirnya kita jenguk ke Rumah Sakit, dan setelah itu kembali ke kampus gizi. Setelah di kampus gizi, ekh ada kakak tingkat yang mengatakan kita harus balik ke kampus Tanah Tinggi, katanya ada info untuk uang wisuda, dan penetapan hari untuk pelepasan mahasiswa. Sudah bisa diduga kita mah tak gubris akan hal itu. Seperti biasa entah itu kakak tingkat, adik tingkat yang menyampaikan informasi, teman-teman saya, yang rata-rata kaum hawa ini memang selalu acuh tak acuh untuk hal seperti itu, hehehe. Dan diputuskan Masita menghadap ke jurusan. Akhirnya setelah Masita keluar dari jurusan, kita di suruh masuk kelas, ada salah satu dosen yang mau masuk. Yudisium jurusan, menyampaikan IPK semua mahasiswa, nilai UAP, dan membuat pernyataan untuk mahasiswa yang laporannya belum tuntas, hehehe, katanya undangan wisuda untuk orang tua tidak bisa diberikan kalau laporannya tidak dikumpulkan untuk mahasiswa yang laporan belum dikumpulkan hingga waktunya ditetapkan, hehehe.
Nilai UAP saya 4.00, dan ada beberapa teman saya yang mendapatkan nilai UAP 4.00 juga Herlin, Anti, Mila, Fitri. Mengejutkan lagi. Menjadi beban pula, hehehe. Karena harusnya dapat nilai segitu patut dipertanggung jawabkan, ini hal yang paling rumit untuk saya selaku Makhluk Bego, hehehe. Disela-sela itu ada kalimat yang paling saya “sukai” tapi “tidak sukai” juga, hehehe, kalimat maaf dari dosen saya yang menyudisiumkan saat itu mewakili dari jurusan katanya, “Mohon maaf bila selama kuliah, kita mungkin ada salah, diberikan tugas, marah-marah, tapi semoga niat kita adalah untuk membuat kalian menjadi lebih baik”. Ah, masa-masa seperti inilah yang paling saya tak sukai, paling sering membuat saya tersentuh seketika, merenung. Soalnya saya juga sebagai mahasiswa banyak buat salah kali ya, hehehe. Pastinya masa-masa akhir kuliah seperti ini memang selalu indah, selalu indah untuk dikenang, selalu indah untuk dinanti. Terlebihnya bisa menjadi bagian tulisannya si Makhluk Bego Pecandu Menulis, hehehe. Menulis itu memang selalu mengenang sesuatu yang indah.

#

Kita dari pengurus korpus salah satu organisasi ekternal kampus yang kami geluti mendapatkan undangan untuk hadir di acara pembukaan dan Stadium General Musyawarah Daerah II salah satu organisasi eksternal kampus ini.
Setelah sholat subuh saya tidur sejenak untuk nanti bangun saat jam 8 agar bisa menghadiri acara tersebut. Setelah jam 8 pagi, aku bersiap-siap untuk ke agenda organisasi eksternal kampus ini, ternyata di luar hujan, atau mungkin gerimis lebih tepatnya dan ban motor kempes padahal baru kemarin di tampal, hehehe. Walaupun gerimis saya bergegas untuk ke agenda organisasi eksternal kampus ini, awalnya saya janjian mau jemput teman saya yang juga terlibat dalam organisasi ini tapi karena ban motor yang kempes saya tak jadi menjemputnya. Setiba di sana ternyata saya lihat ada beberapa orang yang mungkin dari organisasi eksternal lain yang turut di undang dan saya juga lihat belum banyak orang kayaknya, dan saya tanya ke salah satu kader organisasi eksternal kampus ini yang juga teman saya sewaktu SMA dulu, “Pake sepatu ka? (Pakai sepatu ya?)”. Karena saat itu saya lihat hampir semua kader memakai sepatu karena memang agendanya agak formal dan saat itu saya hanya memakai sendal. Dan teman katakan “Ia, pakai sepatu”. Saya lantas kembali ke rumah ganti sepatu dan setiba kembali di tempat acara ini di Auditorium RRI Cabang Ternate, sudah ada teman saya yang awalnya saya janjian untuk menjemputnya tapi karena ban motor saya kempes, saya tak jadi menjemputnya, Sunarto. Sunarto juga tidak memakai sepatu dan dia juga seperti pulang untuk mengganti memakai sepatu. Hehehe, ini hanya sebuah kejadian kecil yang terjadi saat itu.
21 Oktober 2012, itulah tanggal Musyawarah Daerah II organisasi eksternal yang kami ikuti, tepat pada hari minggu. Setelah datang beberapa undangan dari orang-orang penting, acara pembukaan pun dimulai. Seperti biasa saya senang mengamati dan mencatat beberapa kata-kata penting untuk dijadikan ide tulisan saya, hehehe.
Seperti biasa pula setiap dalam pembukaan acara dalam organisasi eksternal ini selalu dimulai dengan tilawah (membaca Al-Qur’an). Selalu dilakukan tilawah dalam agenda apapun baik itu rapat panitia, mentoring, rapat evaluasi, dialog, rapat apapun dan semua agenda organisasi eksternal kampus ini selalu dimulai dengan tilawah. Dan ini yang saya senangi, dan mungkin menular kepada saya, yang dulu saya tidak punya mushaf, sekarang sudah membelinya dan berusaha membagi waktu untuk membacanya walaupun masih jarang dan disisi lain bacaan Al-Qur’an ku belum fasih seperti kader-kader organisasi eksternal kampus ini.
“Bangkit Pemuda, Selamatkan Maluku Utara”, itulah tema Musyawarah Daerah II organisasi eksternal kampus ini. Dalam acara pembukaan itu setelah tilawah dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Daerah organisasi eksternal kampus ini, Ketua Wilayah, dan Wakil Walikota Ternate sekaligus membuka acara Musyarawah Daerah II ini. Dalam hal seperti ini saya senang mencatat beberapa kata-kata menarik yang diungkapkan.

“Setiap jaman memiliki tokohnya dan setiap tokoh memiliki karakter yang sesuai dengan jamannya” (Pepatah Arab yang disampaikan oleh k’Sani, Ketua Daerah)

“Bukankah bila dibandingkan dengan Indonesia Tengah, kita yang melihat menteri terlebih dahulu?”

“Provinsi Maluku Utara dibentuk mulanya dari Ternate, mungkin pula Republik Indonesia ini pula terbentuk dari Ternate. Dilihat dari sejarah bahwa pernah dalam sejarah Indonesia dikendalikan atau dikontrol oleh 5 Gubenur Jenderal Belanda mengendalikan Indonesia dengan berkedudukan di Ternate”

“Umur organisasi eksternal kampus ini di Ternate sudah 2 tahun, umur Maluku Utara sudah 13 tahun, dan umur organisasi eksternal kampus ini di Maluku Utara sudah 11 tahun. Semoga dengan itu organisasi eksternal kampus ini mampu bangkit bersama dengan Maluku Utara”

“...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d: 13:11)

Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan Stadium General yang diisi oleh DR. Zainal Soleman dan DR. Saiful Aman. Sebenarnya kalau yang saya lihat di spanduk Musdanya ada empat pemateri tapi mungkin hanya dua pemateri yang bisa mengisi hari itu. DR. Zainal Soleman membawa materi “Kepemimpinan Kaum Muda” dan DR. Saiful Aman membawa materi “Refleksi Perjalanan Maluku Utara”. Saya kembali senang mencatat beberapa kata-kata menarik yang diungkapkan oleh kedua pemateri ini.

“Kepemimpinan sejati itu mampu mengubah ke arah sosial. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan, semangat, mampu mempengaruhi semua aspek”

“Agen sosial, Iron Stock, Potensi Penyampaian Kebenaran, itu ada pada pemuda”

“Semua aspek akan terpenuhi kalau pemimpin itu bisa membaca kebutuhan masyarakat”

“Untuk merubah Maluku Utara, dimulai dari merubah pemuda”

“Jangan jadi penikmat jadilah pejuang karena dalam perjuangan akan menemukan kenikmatan yang tak terbatas”

Setelah acara Stadium General, karena sudah tiba waktu Dhuhur, kita pending sebentar untuk sholat Dhuhur. Setelah sholat Dhuhur, saya dan beberapa teman balik ke Auditorium RRI cabang Ternate untuk mengikuti kegiatan yang dinanti sidang Musyawarah Daerah II. Tapi ternyata yang bisa menjadi peserta sidang adalah dari komisariat yang dijadikan delegasi dengan minimal telah ikut mentoring 8 bulan. Awalnya saya pikir semua kader yang hadir bisa menjadi peserta sidang entah nanti dijadikan peserta penuh atau peserta peninjau atau mungkin peserta yang tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara ternyata tidak. Dan sudah dipastikan saya yang berada di kampus yang belum berstatus komisariat masih korpus tidak menjadi peserta sidang. Dan saat itu yang hadir dari kampus saya selain saya adalah Sunarto, Masita, dan Sukarsi kayaknya. Masita sudah pulang duluan karena sakit perut, Sukarsi entah saya tak tahu mungkin dia juga sudah pulang karena dia juga sudah pasti tak bisa jadi peserta sidang, Sunarto setelah Dhuhur tadi ke rumah saudaranya untuk makan, dan setelah itu saya juga tak tahu, dan saya pulang juga karena saya memang tidak bisa ikutkan sebagai peserta sidang. Tapi tak bisa dipungkiri sebenarnya kita ingin ikut karena diantara kita belum ada yang pernah ikut musyarawah organisasi eksternal kampus ini baik di musyawarah tingkat komisariat apalagi untuk musyarawah daerah. Tapi karena begitu adanya saya akhirnya putuskan balik ke kampus kebetulan hari itu juga kita diharuskan balik ke kampus untuk latihan prosesi wisuda. Tapi kalau disuruh pilih balik ke kampus dan ikut persidangan saat itu, mungkin saya akan memilih untuk tetap hadir dalam persidangan, hehehe.
Setiba di kampus, Masita juga datang di kampus, saya bilang ke Masita “Tadi juga kalau masih di sana akan tong m tra bisa jadi peserta sidang”. Tapi karena kita memang ingin ikut partisipasi dalam persidangan, saya sms saja salah satu kader organisasi eksternal kampus ini, teman SMA saya juga dulu, Mirwan, “Musda s berlanjut? dari tong p kampus tra bisa jadi peserta sidang k?”, Mirwan membalas sms “io ngana kamari dulu”.
Tak lama saya dan Masita putuskan untuk ikut persidangan saja kalau kita memang bisa ikut walaupun kita jadi peserta tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara, hehehe. Kita tinggalkan kampus, izin untuk tidak ikut latihan prosesi wisuda hari itu, hehehe.
Setiba kembali di Auditorium RRI cabang Ternate, kita bisa masuk ikut persidangan walaupun kaku karena malu karena sebelumnya memang kita tidak bisa menjadi peserta sidang tapi entahlah kata teman saya tadi, salah satu kader organisasi eksternal kampus ini, tadi ada peserta yang tidak setuju dengan persyaratan ini akhirnya semua kader bisa ikut persidangan entah jadi peserta seperti saya ini tidak jelas jadi peserta sidang apa, tanpa hak suara, hak memilih, hak dipilih, dan hak bicara, hehehe.
Dan saat itu setelah berada dalam ruang persidangan ternyata masih membahas agenda acara. Tak lama tiba waktu sholat ashar dipending ± 20 menit kalau tidak salah, untuk sholat.
Setelah pembahasan agenda acara selesai masuk ke pembahasan tata tertib Musda II. Pada saat di pasal 7 yang berkaitan dengan pasal 6, Hak Peserta dan Kriteria Peserta, jiah diluar dugaan Masita acungkan tangan dan bertanya “Kalau dari kampus kita yang belum berstatus komisariat masih korpus, apa punya hak suara dan hak memilih ?”. Tapi karena pertanyaan ini akhirnya ada kejelasan bahwa kita adalah peserta peninjau, peserta yang hanya memiliki hak bicara. Setidaknya ada kejelasan yang disampaikan oleh Steering Comite, k’Sani, hehehe.
Setelah itu saya hanya menikmati persidangan berlangsung mulai dari sidang pleno I, penetapan agenda acara dan tata tertib, berlanjut ke Pemilihan Presidium Sidang yang menjadi presidium sidang tetap adalah Akhi Mujibur, Akhi Sidik, dan Ukhti Mardiyanti mungkin itu namanya saya agak lupa, hehehe. Masuk ke sidang pleno II, Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Daerah dalam ini dari kampus kita, saya dan Masita bergabung dengan STKIP untuk memandang laporan pertanggung jawaban itu. Dari kami menerima karena menurut saya indikator sebuah laporan pertanggung jawaban itu diterima adalah perbandingan antara banyak program kerja yang direncanakan dan direalisasikan dan memang banyak program kerja yang direalisasikan. Tapi dari kampus kami memang tidak punya hak penyampaian pandangan terhadap LPJ hanya dari kampus yang sudah berstatus komisariat dan saat itu dari Ketua STKIP menyatakan penolakan terhadap LPJ. Dan beberapa dari komisariat kampus lain juga menolak, komisariat UMMU, STAIN, dan Halbar, kecuali Unkhair yang menerima.
Selanjutnya saya lebih banyak mendengarkan dan menikmati, sidang pleno III, sidang komisi, dan lanjut sidang pleno IV, penetapan Ketua Umum, Mide Formatur, Majelis Permusyawaratan Daerah, dan Dewan Penasehat. Saat itu ada 3 calon kandidat ketua umum, k’Ibnu, k’Karim, dan k’Saf. Malam itu terpilih k’Safruddin menjadi Ketua Umum Daerah yang baru.

“Setiap jaman memiliki tokohnya dan setiap tokoh memiliki karakter yang sesuai dengan jamannya”

#

Beberapa hari sebelumnya saya mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan di acara Pelepasan Lulusan Mahasiswa, Jas, Sepatu, Kemeja Putih, Celana Hitam, Dasi. Dan beberapa hari sebelumnya kita juga selalu balik untuk latihan persiapan prosesi wisuda.
Celana hitam sudah ada, kemeja putih sudah dibeli beberapa minggu yang lalu, Jas bila disewa di tempat salon, kebesaran buat saya, hehehe. Malam itu ban motor saya sudah dua kali ditampal masih juga kempes, entahlah. Rem tangan (rem depan, rem cakram) motor tidak jadi, saya perbaiki dulu di bengkel, jiah karena beberapa alatnya tidak ada akhir cukup lama baru diperbaiki dan saya mau cepat-cepat mencari jas. Setelah rem depannya dibuat saya juga tahu kalau rem kaki saya juga kurang jadi. Tapi saya putuskan pakai saja motor tanpa diperbaiki rem belakangnya dan mencari jas malam itu. Setiba di salah satu Mall di Ternate ternyata Jas yang kemarin malam saya lihat sudah dibeli entah oleh siapa, akhirnya saya putar-putar dan putuskan beli saja jas di sebuah distro, lebih tepat black blazer mungkin dan agak lebih murah. Beberapa jas yang saya lihat kebesaran buat saya dan tentunya harganya lebih mahal. Keesokan malamnya saya membeli sepatu dan dasi, saya lebih memilih sepatu yang lebih kelihatan modis untuk anak muda ketimbang sepatu kulit dan sebuah dasi hitam.
24 Oktober 2012, hari Pelepasan Lulusan Mahasiswa tapi di spanduknya ditulis “Pelepasan Wisuda Mahasiswa”, dikoreksi oleh Dikrektur seharusnya memang “Pelepasan Lulusan Mahasiswa”. 24 Oktober 2012, setelah beberapa akhir ini saya berniat untuk selalu sholat subuh dan tanpa sengaja saya selalu terbangun saat Adzan subuh, dan saat itu antara dua, bangun atau lanjut tidur. Bukannya memang setiap manusia terlahir pada fitrahnya untuk selalu ingat kepada Allah? Setelah berniat saya juga mencoba untuk tidur lebih awal agak selalu terbangun lebih subuh. Dan saat itu saat sebelum acara Pelepasan Lulusan Mahasiswa, subuhnya saya bangun bergegas ke mesjid Al Munawar karena setelah subuh saya ingin duduk sebentar disana sambil memandang matahari pagi dan membaca sedikit lembar buku Notes of 1000 Days In Taiwan, hehehe. Subuh hari ini memang nikmat. Bukankah yang membuat kenikmatan itu yang Maha Kuasa?
Setelah jam 09.30 saya bersiap-siap untuk pergi ke acara Pelepasan Lulusan Mahasiswa, ternyata sudah banyak teman-teman calon wisudawan dan wisudawati, saya pikir belum ada orang, hehehe. Dan semuanya dadanannya aneh, penampilan uhm wow, hehehe. Semua calon wisudawati memakai kebaya dan calon wisudawan memakai jas, keren, hehehe.
Dan saya yang aneh, jasnya tidak sama dengan teman-teman yang lain, sepatunya bukan sepatu kulit dan semuanya hampir memakai sepatu kulit, celananya bukan celana kain, dan semuanya memakai celana kain, dan satu hal lagi celana saya kaki botol, ah, buruk, minder, malu, tapi sok cuek, hehehe. Lagian yang lainnya juga anggapnya biasa-biasa saja, hehehe.
Dan saat itu ternyata ada acara pelesapan mahasiswa untuk praktik, acara untuk mahasiswa semester V. Akhirnya kita tunggu sebentar tak lama acaranya dimulai. Para calon wisudawan karena sedikit jadi dilantai dua kurang lebih sekitar 27 orang mungkin dan para kaum mayoritas di kampus saya, calon wisudawati di lantai bawah karena banyak sekali, hehehe.
Acara dibuka berlanjut ke penyampaian kesan dan pesan dari Rani, Sambutan dari Ibu Direktur, dan penutupan. Setelah itu acaranya adalah foto-foto, foto bersama dengan dosen jurusan dan pihak rektorat, berfoto-foto dengan teman-teman, dengan dosen jurusan gizi lagi, hingga foto-foto sendiri untuk ditampilkan saat wisuda nanti.

#

25 Oktober 2012, hari ini katanya kita akan lakukan latihan prosesi wisuda lagi sekitar jam 10.00 pagi. Saya memilih sebelum ke kampus, antri di premium sebentar, beeh ternyata antriannya panjang sekali, huhuhu. Di saat antri k’Saf menelepon saya katanya sebentar sore untuk hadir di sekret organisasi eksternal kampus yang saya ikuti, dan diminta juga Masita untuk hadir.
Setelah akhirnya selesai antri dari premium saya langsung ke kampus dan ternyata mahasiswa yang masih sedikit, mahasiswa gizi hanya 2 orang saya dan Harmiati. Hal ini mungkin karena sebentar malam adalah malam takbiran. Saya memang mau datang ke kampus selain latihan saya juga mau konsul kesan dan pesan yang nanti dibacakan saat wisuda. Saya ditunjuk karena mendapatkan IPK tertinggi, beeh.
Sambil menunggu latihan, saya memilih sebentar membeli snack dan minuman, Harmiati juga menitipkan, Big Cola minumnya dan snack Ku Suka tapi yang saya beli Lays, hehehe. Dan saya Fresh Tea rasa madu, dan snacknya Lays.
Hari ini juga saya diminta bantu oleh Nasar, teman saya dari Unkhair yang juga kader salah satu organisasi eksternal yang saya ikuti. Membantu mendesain spanduk untuk kegiatan dialog dan seminar. Dialog Sumpah Pemuda. Karena hari ini saya ke kampus, agak siang setelah dhuhur akhirnya karena Nasar hari ini juga mau mencetak spanduknya, dia mau datang ke kampus saya saja. Kita mendesain spanduknya di kampus. Dan setelah menunggu ternyata hari itu tidak jadi latihan prosesi wisuda. Saya telah selesai mendesain spanduknya, awalnya saya pikir ini kegiatan organisasi eksternal yang saya juga ikuti ternyata bukan ini kegiatan untuk BEM FKIP Unkhair, Nasar ternyata adalah Ketua BEMnya. Dan kami yang dari pengurus korpus organisasi eksternal kampus itu, bakal diminta hadir saat kegiatan dialog sumpah pemuda dan seminar.
Setelah itu sekitar jam 4 lebih saya tiba di rumah, makan sebentar, mandi dan bersiap ke sekret organisasi eksternal kampus itu, diluar dugaan hujan, cukup deras, dan saya membawa motor dengan cukup laju, karena rem kaki yang kurang jadi makannya rem tangan (cakram), beeh, jatuh. Jatuh disaat tempat banyak orang berteduh, saya bingung, di dagu saya keluar darah, ada seorang ibu-ibu yang kelihatannya panik dan mau mengurusi saya, baju saya kotor, “Minta air panas”, kata seorang entah saya tak tahu dan di ambil air panas di rumah di dekat situ, si ibu-ibu tadi membersihkan luka saya, saya bingung dan saat itu tidak terlalu terasa sakit walaupun ada beberapa luka lecet di tangan dan kaki, saya tidak pernah merasakan seperti ini, diperlakukan oleh orang yang saya tak kenal dan panik karena saya jatuh, si ibu-ibu ini kelihatan panik karena katanya dia juga punya keponakan laki-laki, hehehe.
Kepala saya ternyata sedikit sakit, tapi saya juga langsung balik pulang dan tak bisa datang ke sekret. Setiba di rumah lihat motor yang agak hancur, masuk ke rumah, mandi ulang, ganti baju, ambil air panas lagi, setelah itu saya memilih membaca beberapa lembar Al-Qur’an, sholat Magrib, membaca Notes of 1000 Days In Taiwan, sholat Isya, membaca Notes Of 1000 Days In Taiwan lanjut, istrahat. Dagu saya luka, agak sakit, jatuh di saat sebentar malam takbiran, besoknya idul Adha, beberapa hari lagi wisuda. Bukankah jatuh juga sebuah kenikmatan? Allah Maha Kuasa. Orang-orang yang apabila tertimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahiwa innailaihi raji’un (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)” (Q.S. Al-Baqarah: 2:156). Disunnahkan untuk menyebutnya pada waktu ditimpa musibah, baik besar atau kecil.

Kau bebat luka yang berdarah
Kau balut hati yang calar
Telah tertulis suratan nasibmu
Derita buatmu ada hikmahnya
Terlukis senyum di bibir lesu
Tak siapa tahu hatimu
(From Notes of 1000 Days in Taiwan)

#

“Pada tanggal 27 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda II di Jakarta. Kongres ini diprakarsai oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan di Jakarta pada tahun 1926, anggotanya kebanyakan mahasiswa sekolah hukum dan beberapa mahasiswa kedokteran di Batavia. Kongres ini dihadiri oleh 9 organisasi pemuda yang paling terkemuka, yaitu Jong Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamienten, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi dan PPPI.
Selain para pemuda, kongres juga dihadiri oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional dari partai politik, diantaranya Soekarno, Sartono, dan Sunaryo. Selain itu, hadir pula 2 orang utusan volksraad dan 2 orang wakil pemerintah Hindia Belanda, yaitu Dr. Pijper dan Van der Plas. Keduanya adalah tokoh Inlandsche Zaken.
Susunan panitia kongres adalah sebagai berikut: Ketua adalah Sugondo Djojopuspito dari PPPI, Wakil Ketua dari Jong Java (Djoko Marsiad), Sekretaris dari Jong Sumatranen Bond (Muh. Yamin), Bendahara dari Jong Bataks Bond (Amir Syarifuddin), Pembantu I dari Jong Islamienten Bond (Djohan Muh Tjai), Pembantu II dari Pemuda Indonesia (Kotjosungkono), Pembantu III dari Jong Celebes (Senduk), Pembantu IV dari Jong Ambon (J. Leimena), dan Pembantu V, Rohjani dari Pemuda Betawi.
Pokok persoalan yang dibahas dalam kongres tersebut adalah bagaimana cara mendapatkan bentuk persatuan di antara pemuda-pemuda Indonesia yang sudah lama dicita-citakan oleh para pemuda dan mahasiswa Indonesia, baik di Indonesia maupun di negeri Belanda.
Kongres Pemuda II berlangsung dalam rapat umum terbuka di tiga tempat yang berbeda, menampilkan tiga prasaran, yaitu “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” oleh Muh. Yamin, “Pendidikan” oleh Nn. Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro, “Kepanduan” oleh Ramelan, dan Mr. Suaryo.
Pada rapat umum yang ketiga yang juga merupakan sidang penutup kongres, bertepatan dengan hari Minggu malam Senin 28 Oktober 1928, dibacakan hasil keputusan kongres.
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Pada sidang penutupan itu pula diperdengarkan Lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya di depan umum, oleh paduan suara yang terdiri dari anggota-anggota PPPI, dipimpin oleh Bintang Sudibyo (Ibu Sud), diiringi gesekan biola oleh penciptanya sendiri, Wage Rudolp Supratman.
Pernyataan ikrar, satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa oleh peserta kongres, disusul dengan tekad dan keyakinan bahwa asas itu wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia.
Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan 2 tahun sebelumnya. Kongres Pemuda I dilaksanakan oleh sebuha komite yang bernama Jong Indonesia Kongres Komite, di bawah pimpinan Tabrani. Anggota-anggotanya teridiri dari wakil-wakil organisasi pemuda yang ada waktu itu.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah menanamkan semangat kerjasama antar perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia, dalam arti yang lebih luas. Diharapkan kongres akan membentuk suatu badan perhimpunan massa pemuda Indonesia yang merupakan gabungan dari seluruh perkumpulan pemuda pada waktu itu. Kongres yang berlangsung dari tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 itu ternyata tidak mencapai tujuannya. Beberapa bulan setelah berlangsungnya Kongres Pemuda I, berdiri perkumpulan pemuda yang baru, bernama Jong Indonesia (31 Agustus 1926). Pada awal 1927 Algemene Studie Club di Bandung yang dipimpin oleh Soekarno, mendirikan pula organisasi pemuda yang juga diberi nama Jong Indonesia yang kemudian diganti menjadi Pemuda Indonesia.
Kenyataan semakin bertambahnya organisasi pemuda ini, mendorong pemuda yang tergabung dalam PPPI mengambil prakarsa untuk melaksanakan Kongres Pemuda II. Dengan demikian Kongres Pemuda II sesungguhnya merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda I”.

Itulah sejarah pada 84 tahun yang lalu. 27 Oktober 2012, kami dari korpus salah satu organisasi eksternal kampus yang kami geluti diundang oleh BEM FKIP Unkhair dalam kegiatan Dialog Sumpah Pemuda, “Meningkatkan Peran Pemuda Dalam Menjaga Perdamaian di Maluku Utara”.
Awalnya kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu Bangun Pemuda Pemudi, setelah itu dilanjutkan dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda.

“Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”

Setelah dilanjutkan dengan pemaparan materi, yang menjadi pemateri pada dialog saat itu adalah Mantan Ketua KNPI Kota Ternate, Ketua Samurai, dan Pengurus KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Daerah Ternate.
Saya kembali senang mencatat beberapa kata-kata menarik dari materi yang dipaparkan.

“Jauh sebelum itu ternyata pemuda juga punya andil untuk sejarah Maluku Utara, Sultan Babullah saat umur 17 tahun sudah menjadi sultan, dan Sultan Nuku (24 tahun), mereka merupakan pelopor muda yang mampu mengusir penjajah saat usia masih muda”.

“Lembaga itu bisa eksis kalau lingkungan itu menerima”.

“Esensinya adalah bukan hanya pemuda yang dapat melakukan perubahan tapi orang yang memiliki kesadaran atau fungsionaris yang memiliki kesadaranlah yang mampu memberikan perubahan”.

“Mungkin beda antara zamanmu dengan zamanku”

“Ketika kita berdiskusi sejarah bergerak, ketika kita bertindak maka sejarah ada”.

“Konsep kesejahteraan, John F Kennedy “Gedung-gedung yang tinggi, perekonomian yang melaju”, Soekarno “Batin dan hati”.

“Konfilk itu proses alamiah, kita adalah makhluk ciptaan, konfilk itu juga ciptaan, oleh sebabnya sudah seharusnya kita kembalikan semua itu kepada yang Maha Pencipta. Konsepnya adalah kembali pada diri masing-masing, membina diri sendiri”.

Pada saat itu karena di kampus juga ada latihan untuk prosesi wisuda, dan saya sudah terlambat beberapa jam, teman-teman saya juga sudah sms untuk datang, cepat hadir di latihan prosesi wisuda, akhirnya saya tidak mengikuti dialog hingga selesai, saat itu juga sudah masuk sesi pertanyaan yang kedua, saya balik ke kampus. Untuk kedua kalinya saya senang masih bisa terlibat dalam kegiatan untuk menghormati Hari Sumpah Pemuda.

#

29 Oktober 2012, Sidang Senat Terbuka Dalam Rangka Wisuda Angkat Sumpah dan Pelantikan Lulusan, Acara Wisuda, Prosesi Wisuda, hehehe. Subuh, saya sudah bangun sholat subuh, pukul 07.00 sudah harus berada di Ballroom Gamalama Bella Internasional Hotel, tempat wisuda.
Sekitar jam 7 lebih, baru saya dan mama saya ke tempat wisuda. Setelah di sana, memang benar ternyata sudah banyak peserta wisuda beserta orang tuanya. Tapi mereka bukannya langsung masuk ke Ballroom ternyata masih foto-foto di stan-stan foto di depan Ballroom. Saya juga memilih untuk foto dulu sebentar, hehehe. Setelah itu masuk ke dalam ruangan wisuda, ternyata teman-temanku juga sudah banyak, dan selalu begitu, berfoto ria, hehehe. Hari ini serasa seperti raja sehari, hehehe.
Acara pun dimulai dengan pembukaan, dilanjutkan Prosesi Senat. Setelah itu lagu-lagu diiringkan oleh Paduan Suara kampus, Lagu Indonesia Raya, dan Hymne Kampus. Selanjutnya Pembukaan Sidang Senat Terbuka. Kemudian Laporan Pendidikan oleh Direktur Kampus.
Dan saat yang paling dinanti, Prosesi Wisuda, dimulai dari Jurusan Keperawatan, Selanjutnya Jurusan Kebidanan, dan terakhir Jurusan Gizi. Dilanjutkan dengan Prosesi Angkat Sumpah dan Prosesi Pelantikan. Setelah itu Penyerahan Lulusan dari Pihak Intitusi ke Pihak Pemerintah Daerah. Dilanjutkan dengan hal menegangkan tapi menyenangkan, hehehe, Penyerahan Penghargaan Kepada Lulusan Terbaik, hehehe, it’s me, Makhluk Bego yang mendapatkan lulusan terbaik pertama, huhuhu.
Tapi akhir-akhir ini saya mulai belajar menyadari bahwa itu adalah sebuah kenikmatan yang diberikan oleh Maha Pemberi Nikmat, sungguh begitu banyak kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya, kepada semua insan manusia, kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Ku kutip sebuah kalimat dari buku “Notes of 1000 Days In Taiwan”, Jika sesuatu yang akan terjadi nanti tak sesuai dengan yang kau ingini, maka akan begitu kecewanya diri ini. Jika apa-apa yang kau kehendaki akhirnya kau miliki, maka betapa bahagianya hari ini. Namun berpikirlah tentang pantas dan tak pantas untuk kau miliki. Sudahkah ia layak untuk kau punya? Sungguh bahagia memang akan hal itu, tapi akankah amanah sebagai makhluk ciptaan-Nya bisa ku emban? Ku kutip lagi dari buku itu, “Sebuah kejadian, tetaplah kejadian. Dia hadir bukan hanya sekedar memberi setitik warna dalam kehidupan, namun juga kesempatan yang besar buat kita tapaki kedepannya, apakah ia seputih mutiara? Atau masih akan sepekat lumpur hitam yang kotor?”
Setidaknya untuk saat itu, saya bisa mewujudkan sebuah harapan untuk bisa lulus dengan IPK tertinggi di kampus dan mungkin sedikit membuat orang tua saya senang dan bangga, karena saat ini baru itu yang bisa saya yang buat.
Setelah itu dilanjutkan dengan lagu Mars Kampus. Kesan dan pesan dari mahasiswa. Sambutan-sambutan dari Bapak BPSDM Kementerian Kesehatan RI, dan Asisten III mewakili Gubernur Maluku Utara. Dalam sambutannya Bapak BPSDM, mengatakan kita mahasiswa terlalu kaku mungkin karena terlalu takut dosennya, hehehe, bila dalam dunia kerja nanti harus lebih kreatif.
Selanjutnya Doa, Penutupan Sidang, dan Prosesi Senat. Kemudian Foto Bersama setiap jurusan, hehehe. Setelah itu juga foto-foto dengan dosen-dosen dari jurusan gizi. Saat seperti itu juga membuat saya memandang lebih bahwa saya senang dan bangga bisa kuliah di kampus saya.
Sungguh proses pendidikan memungkinkan seseorang menjadi lebih manusiawi sehingga disebut dewasa dan mandiri. Benar bahwa menambah pengetahuan lewat pendidikan memberikan manfaat bagi jangka panjang dan bagi masa depan. Pendidikan membuat kita bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri yang berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, berarti semakin mampu menyatakan, mengaktualisasikan, mengeluarkan potensi-potensi yang dititipkan oleh Sang Maha Pencipta, berarti semakin menjadi diri sendiri, semakin mengenal diri sendiri, semakin jujur dengan diri sendiri, dan semakin otentik.

“Kelulusan hanyalah sebuah konsep. Dalam kehidupan nyata setiap hari anda lulus. Kelulusan adalah sebuah proses yang berlangsung hingga hari akhir hidupmu. Jika kamu dapat menggenggamnya, kamu akan membuat sebuah perbedaan”

#

it’s not the end, it’s just beginning

ok… detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario… eyo… baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu

. . .

bergegaslah, kawan… tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat… kita untuk slamanya!

satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan

saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi… (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan… kau tahu, kawan… kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan
(Bondan Prakoso Feat Fade 2 Black – Kita Selamanya)

“Menjelang wisuda, mahasiswa gizi mempunyai banyak planning ke depan. Berikut adalah versi setelah wisuda ala Anak Gizi '09:

- Beberapa Mahasiswa sepertinya lanjutkan kuliah untuk meraih ilmu dan titel setinggi langit.
- Ada juga yang ingin cepat-cepat dapat kerja demi kebahagiaan orang tua lalu menikah.
- Anehnya ada yang bingung karena setelah wisuda, tidak tahu mau ngapain. Versi pasrah + menunggu tak pasti, hahaha sungguh tragis nasibmu kawan.
- Ekh ada juga nih yang lebih memilih untuk istirahat dan tidak ingin ngapa-ngapain setelah wisuda nanti. Alasannya istirahat otak, mungkin selama kuliah si otak kerja pikul-pikul koprah mungkin, hahaha, yang penting Happy sodara.

Tenang saja, torang (kita) akan bakudapa samua (ketemu semua) pada situasi dan suasana yang berbeda. Ya, sapa tau (siapa tahu) di antara ngoni (kalian), suatu saat jadi Ketua Jurusan Gizi, Direktur Poltekkes, Kepala Puskesmas, Dokter Gizi, Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit dan Kepala Bagian di Dinas Kesehatan Provinsi, ekh atau bisa juga jadi Dosen Poltekkes, hahaha, nanti baku lia dah...”

Begitulah status facebook yang ditulis oleh teman saya, Masita. Dan saat itu saya merasa memilih pilihan “Versi Pasrah + Menunggu Tak Pasti”, hehehe. Dengan mengedepankan pemikiran Einstein “Saya tak pernah memikirkan masa depan, itu akan datang sesaat lagi”. Dan mungkin saya memandang kalimat itu dari pandangan yang salah, hehehe. Tapi bukankah memang setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda, presepsinya masing-masing, hehehe.
Sungguh masa depan itu tidak ada kepastian. Karena memang sesuatu yang paling pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Ku kutip ucapan yang diungkapkan Mario Teguh, “Sejelas-jelasnya masa depan yang jelas adalah kita tidak mengetahui kejelasannya, yang mampu kita lakukan ialah memperkirakan dengan kemampuan kita. Gelisahlah terhadap masa depan dan berubahlah dengan lakukan sesuatu yang membuat kita bernilai. Apa yang menyebabkan kegalauan mengenai masa depan? Memikirkan masa depan tanpa persiapan, rendahnya aktivitas yang produktif hari ini, dan terlalu mendengarkan keraguan orang lain. Persiapan yang terbaik adalah terpaksa, the power of kepepet, kita hanya kurang kepepet. Bergelisahlah untuk menjadikan diri kita bernilai, jangan damai dalam kekurangan”
Ku kutip lagi kata-kata dari buku 5cm, “Itulah mengapa Tuhan memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih. Selanjutnya tinggal masalah pilihan. Itulah mengapa Tuhan sayang sama makhluknya. Ia menjaga tingkat ketidakjelasan-Nya, ketidakjelasan alam semesta ini dengan ketidakjelasan dan ketidakpastian, supaya kita terus belajar tentang apa saja hingga akhirnya kita bermuara pada-Nya. Kalau kita perhatikan, tidak pernah ada satu yang pasti di dunia ini, kecuali ketidakpastian itu sendiri. Jodoh, rezeki, dan maut, semuanya tidak pasti”.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”, Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S Al-Baqarah: 2: 30)

Allah Maha Mengetahui sesuatu yang bahkan malaikat dan manusia tidak ketahui. Jodoh, rezeki, kematian itu penuh dengan ketidakpastian tapi pasti telah ditakdirkan jauh sebelum kita lahir di dunia ini. Inilah yang disebut Qada dan Qadar. Qada adalah ketetapan suatu rencana dari Allah untuk dilaksanakan dan qadar adalah rencana yang telah diberlakukan oleh Allah sejak zaman azali, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan terjadi.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar Kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu...” (Q.S. Al-Hadid: 57: 22-23)

Ku kutip lagi dalam 5cm, “Sesungguhnya setiap manusia memang diberi kebebasan untuk memilih. Memilih di persimpangan-persimpangan kecil atau besar dalam sebuah Big Master Plan yang telah diberikan Tuhan kepada kita semenjak kita lahir”.
Manusia tidak dapat memilih kapan dan dimana ia dilahirkan, tidak dapat memilih siapa bapak dan ibunya ketika ia dilahirkan, tidak dapat memilih bangsa dan tanah airnya ketika ia dilahirkan, tidak dapat memilig jenis kelamin dan bentuk tubuhnya ketika ia dilahirkan, tidak dapat memilih dan tidak dapat mengetahui, kapan dan dimana ia meninggal dunia. Sungguh inilah sesuatu yang pasti tetapi penuh dengan ketidakpastian.
Allah Maha Mengetahui sesuatu yang manusia tidak ketahui. Allah menjadikan sesuatu yang pasti itu dengan penuh ketidakpastian agar manusia tidak hanya pasrah melainkan manusia harus memiliki iman, cita-cita, keyakinan, dan mimpi. Sesuatu yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri, impian, harapan, dan masa depan.

“...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d: 13:11).

Harapan dan mimpi itu ketika memiliki kesenangan membaca pelit (personal literatur), novel inspiratif, novel biografi, novel autobiografi, tulisan yang memberikan guncangan-guncangan kehidupan, sentakan kecil kehidupan, kelucuan kehidupan hingga menerjang kehidupan, sampai pada taraf sangat autobiografis. Beberapa novel pinjaman dari teman, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Maryamah Karpov, Negeri 5 Menara, Soe Hok Gie; Biografi Sang Demonstran. Beberapa novel kepunyaan pribadi, Cado-cado Kuadrat, Semester Disaster; Cerita Mahasiswa Konyol, Catatan Mahasiswa Gila, Manusia Setengah Salmon, Heart Emergency, Curcol Si Anak Rantau, Ranah 3 Warna, Edensor, Padang Bulan, Cinta Dalam Gelas, 5cm, Negeri Van Oranje, Tawanan Benteng Lapis Tujuh; Biografi Ibnu Sina, Catatan Sang Demonstran, Notes Of 1000 Days In Taiwan, Buku Ajar Koas Racun.
Impian dan harapan itu ketika ku kutip beberapa percikan kata, “Tidak ada bahan rahasia untuk menjadi istimewa kau hanya perlu percaya itu istimewa” (Film Kungfu Panda), “Tidak ada orang yang lari dari kisahnya sendiri” (Film Rango), “Berpikirlah bebas, sebarkan sayap, marilah membentuk impian baru. Mengapa dunia kita penuh dengan warna, cobalah, pikirkan. Melangkahlah keluar dan ciptakan sesuatu yang berbeda (Film Taare Zameen Par), “Ada masa kakek dan nenek, ada masa papa dan mama, dan kelak kita akan menjadi papa dan mama terus kakek dan nenek, ada masa dimana kitalah yang bertanggung jawab, masa dimana kita yang menentukan” (Nobita dalam Film Doraemon), “Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia berbeda dengan makhluk lain. Hanya mimpi dan keyakinan yang membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Pencipta. Dan, yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya hanya mereka tinggal mempercayainya” (Dalam 5cm), “Saat dimana aku mulai meragukan diriku sendiri maka semua itu akan berakhir” (Naruto saat berbicara dengan Kyuubi).
Impian, harapan, masa depan, saya ingin seperti Andrias Harefa, Andrea Hirata, Raditya Dika, Antoine Lavoisier, Hippocrates, Ibnu Sina. Pernah saya pikirkan “Aku adalah kumpulan orang-orang yang ku kagumi”. Tapi sungguh saya bukan mereka. Bahkan mungkin saya bukan Caly. Saya hanyalah saya yang mengaku menjadi saya, meng-aku, me-Caly, saya mencari dan terus menerus mencari, berproses menjadi Caly. Saya adalah saya saat hari akhir. Atau mungkin seperti kata Ahmad Wahib yang ku kutip dari buku Andrias Harefa, “Menjadi Manusia Pembelajar”, “Aku bukan Hatta, bukan Soekarno, bukan Syahrir, bukan Natsir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan aku bukan Wahib. Aku adalah me-Wahib. Aku mencari dan terus menerus mencari, menuju dan menjadi Wahib. Ya, aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku. Aku adalah aku pada saat sakratul maut.
Tapi sungguh yang seharusnya sebagai umat manusia telah jelas suri teladan kita, Sang Manusia Sejati, Sang Murabbi Sejati, Nabi Muhammad SAW, “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Q.S. Al-Ahzab: 33: 21).
Impian, harapan, dan masa depan itu karena “...Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah: 58: 11).
Akhir atau awal, impian, harapan, dan masa depan. Setelah masa kuliahku berakhir ada beberapa impian yang ku harapkan, pilihan pertama, saya ingin kembali melanjutkan kuliah, minimal strata I, sarjana, menuntut ilmu setingginya, pilihan kedua, mencari pekerjaan, saya ingin bekerja di tempat terpencil, tapi pekerjaan yang paling saya inginkan adalah menjadi peneliti dan dosen, hehehe, dan mungkin kembali mengabdi di kampus saya, hehehe, ketiga, terus menulis, melanjutkan naskah tulisan, pecandu menulis, menerbitkan buku, hehehe, keempat, terus aktif di organisasi eksternal kampus yang saya geluti sekarang, terus ikut mentoring, yang paling utama tetap Istiqomah di jalan-Nya, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Q.S. Az-Zariyat: 51: 56).
Akhir atau awal, impian, harapan, dan masa depan. Dan akhirnya ketika tulisan-tulisanku ini di terima penerbit dan dibukukan, maka saat itulah salah satu impianku terwujud, buku, penulis, pecandu menulis. Makhluk Bego Pecandu Menulis, hehehe.

#

Kehidupan

Akhir atau awal
Ketika Aku tiba di persimpangan
Aku mulai gelisah dengan keberadaan diriku
Akhir-akhir ini dalam hal apapun

Disisi lain kegelisahanku membuatku semangat
Disisi lain kegelisahanku membuatku kaku
Disisi lain kegelisahanku membuatku bingung
Disisi lain kegelisahanku membuatku mencoba memaknai hidup

Kegelisahan ini tentang kehidupan
Setiap jeda kehidupan itulah akhir, itulah awal
Dan karena itulah kehidupan
Karena aku adalah bagian dari kehidupan itu

Jeda kehidupan itu akhir dan itu awal, renungkan tentang kehidupan
Tapi kehidupan memang terus berjalan
Terus berjalan itulah kehidupan
Kehidupan itu adalah proses

Posting Komentar

0 Komentar