Hari Pendidikan


Hari Pendidikan







Sudah menjadi hal yang biasa ketika keaktifanku di KAMMI, membuatku berdiskusi dan berdialog dengan tema yang jauh dari basik kuliahku. Misalnya dalam agenda KAMMI saja, agenda Departemen Kebijakan Publik, Diskusi KAMMI Kota Ternate, kita berdiskusi tentang “Sosialisme dalam Islam”, “Perbandingan Ideologi Dunia”, “Memahami Potensi Indonesia (Geopolitik, Geoekonomi, Geokultur, Demografi)”. Berbicara politik, pendidikan, peradaban islam, ekonomi, idelogi, dan lainnya. Hingga bahkan menghadiri dialog oleh OKP lain atau organisasi internal kampus, seperti Dialog Hari Bumi, Dialog Hari Kartini dengan tema “Representasi dan Peran Perempuan dalam Menentukan Masa Depan Bangsa”, bahkan terakhir aku menghadiri Dialog Hari Buruh.
            Menjadi hal yang menarik bagiku, sama halnya mungkin dengan karakter akhi Burhanudin yang senang dengan berbagai hal, bahkan selalu berdiskusi banyak hal yang bahkan bukan basik kuliahnya, Informatika. Maka dia juga sering hadir dalam dialog. Dan dijuluki sebagai “Bapak Kontroversi”. Makanya ana senang dengannya dan menjulukinya “Bapak Serba Tahu”, hehehe.
            Lupakanlah soal akhi Burhan. Aku sendiri memang senang menghadiri agenda-agenda ini walaupun terkadang juga bengong karena diskusinya terkadang sulit dicerna oleh otakku. Tapi menghadiri dialog adalah hal yang menarik bagiku. Dialog apa saja. Disatu sisi ku pikir, agenda seperti jarang ku temui ketika aku berstatus sebagai mahasiswa dan yang kedua, belum ada maisa (pekerjaan)lah yang membuat aku senang berlalang buana dalam dialog-dialog ini, tidak terfokus pada pekerjaan, dan bila sudah bekerja ku pikir sulit untukku melalang buana dalam agenda seperti ini lagi. Statusku sebagai alumni mahasiswa gizi yang sering menghadiri agenda seperti ini membuatku merasa merangkap dalam berbagai ilmu, hehehe. Melalang buana dalam dialog seperti itu, Aku merasa menikmatinya dan menarik bagiku.
            Dialog kali ini yang ana hadiri adalah dialog Hari Pendidikan yang diselengarakan oleh HMI Komisariat FKIP Unkhair Ternate dengan tema “Reorientasi Sistem Pendidikan Nasional”. Pembicaranya adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) dan Kadis Pendidikan Kota Ternate.
            Pembicara pertama adalah Bapak Kasman Hi Ahmad, Rektor UMMU. Beliau mengatakan dialog ini merupakan tema yang secara teks sudah banyak yang dibicarakan akan tetapi secara substansial masih sedikit yang gelorakan. Founding father kita mengkonsepkan pendidikan itu melahirkan pemimpin besar. Pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita garis bawahi kata cerdas. Sebagai cerdas secara rohani.
            Beliau juga menguraikan pendidikan didesain dengan tiga hal; kognitif, afektif, dan psikomotor. Para Founding Father kita mengkonsepkan pendidikan itu sebagai pandangan yang jauh ke depan. Pendidikan itu menghasilkan ideolog. Reformasi pendidikan terbagi atas reformulasi pendidikan dan reorientasi pendidikan. Reformulasi pendidikan mengenai aturan dan stretegi. Pembentukannya sekarang kembali ke otonomi daerah. Reformulasi pendidikan berbentuk manajemen basis sekolah (MBS) dan manajemen basis lingkungan (MBL).
            Reorientasi pendidikan. Orientasi kita sudah jelas akan tetapi terlalu sering kurikulum itu diganti-ganti sehingga akhirnya tidak jelas. Untuk belajar pendidikan, kita perlu belajar dari negara-negara yang memuliakan pendidikan. Negara Amerika memuliakan pendidikan hingga menghasilkan Apollo (roket) membandingkan dengan Rusia dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang memuliakan pendidikan dilihat dari Pidato ketika peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki, yang ditanya berapa guru yang tersisa. China juga memuliakan pendidikan hingga menghasilkan teknologi. Malaysia memuliakan pendidikan dengan visi 2020.
            Sebut saja honor seorang Jupe atau Inul Darasista, yang diberikan pemerintah daerah, itu lebih besar dari honor seoran guru yang mengabdi selama kurang lebih 30 tahun.
            Kadis Pendidikan Kota Ternate sebagai pembicara kedua, mengungkapkan secara konsep sudah terkonsep secara Nasional tapi yang menjadi kesalahannya adalah human error-nya.
            Indonesia yang terdiri dari pulaunya 1715 pulau. Dari sejak menteri pendidikan Malik, hingga sekarang pendidikan selalu punya masalah. Alhamdulillah, Malut untuk UN kali ini tidak terlalu bermasalah.
            Beliau juga menguraikan terkadang orang salah kaprah terkait istilah “belakang gunung” yang sebenarnya secara geografis tidak ada. Istilah “belakang gunung” lebih diartikan sebagai ketertinggalan suatu daerah. Dan menurut beliau kampus yang ada di Kota Ternate umumnya berada dalam daerah yang diistilahkan “belakang gunung”. Seharusnya ada peran perguruan tinggi disitu sebagai pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).
            Beliau kembali mengatakan sistem pendidikan di Indonesia dari 2004 hingga 2009 masih memakai sistem pendidikan Jepang yang ternyata sekarang sudah tidak dipakai. Dimana di Jepang sekarang lebih diperhatikan sertifikasinya.
            Kelulusan itu itu tergantung 60% untuk pusat dan 40% untuk daerah. Pendidikan perlu dipersiapkan dengan berbagai kompetensi.
            Setelah itu berlanjut pada sesi diskusi. Ada tiga penanya. Dalam hal ini Rektor UMMU menjawab, dalam Islam jelas ayat yang turun pertama adalah iqra, menggambarkan pendidikan. Allah sebagai guru (melalui malakait Jibril) dan muridnya adalah Nabi Muhammad SAW.
            Dalam diskusi ditawarkan rekomendasi. Pertama, perlu adanya perda yang mengatur jam belajar. Kedua, perlu adanya submit pendidikan keluarga. Ketiga, perlu adanya perhatian keluarga putus sekolah. Keempat, perlu adanya tambahan pendidikan afektif. Kelima, memantapkan struktur informasi di birokrasi terkait. Keenam, menyediakan perpustakaan daerah secara maksimal.
            Diakhir diskusi, Kadis Pendidikan Kota Ternate juga menawarkan ada anggaran untuk pendidikan luar sekolah, pembinaan anak putus sekolah. Ditawarkan untuk lembaga semi otonom yang dibuat oleh organisasi kepemudaan.

Posting Komentar

0 Komentar