Haji Bur dalam Kenangan; "Saya Ingin Ternate Bebas Buta Huruf Al-Qur'an"


Haji Bur dalam Kenangan; "Saya Ingin Ternate Bebas Buta Huruf Al-Qur'an"
Sarni S Walanda, S.S

gambar: indotimur




"Jika dulu Sukarno punya misi 'mengentaskan buta aksara di Indonesia', maka saya ingin Ternate Bebas Buta Huruf Al-Qur'an. Insya Allah saya akan mewajibkan Mata Pelajaran BTA (Baca Tulis Al-Qur'an) di Sekolah Dasar. Coba kalian bayangkan dengan kebijakan ini, Ternate beberapa tahun yang akan datang tak ada lagi anak-anak yang tak bisa Membaca Al-Qur'an, Kota ini akan bercahaya, Penuh berkah karena Al-Qur'an". Sepenggal ungkapan ini pernah saya dengar langsung ketika bersilaturahim dengan Alm. Hi. Burhan Abdurahman yang biasa disapa Hi. Bur di ruang kerjanya di kantor Walikota Ternate bersama pengurus KAMMI Periode 2010-2012 (Iswan Kayrob, Nurafni Pua, Safrudin Mandar, Zaskia Ahmad Taher). Pertemuan ini terjadi beberapa hari setelah saya terpilih menjadi Ketua KAMMI Kota Ternate pada Agustus 2010 dan Alm. Hi. Bur juga baru dilantik menjadi Walikota Ternate.



Sehari sebelumnya Kami dihubungi oleh Humas Kantor Walikota Ternate dan dikabarkan keesokan harinya kami akan dijadwalkan bertemu dengan Pak Walikota atas permintaan kami via surat beberapa hari sebelumnya. Kami disambut hangat oleh para pegawai yang bertugas ketika bersiap memasuki ruang kerja beliau. Diskusi pun berjalan cukup akrab.



Di penghujung diskusi (mau pamitan) seingat saya, Bapak Asghar Saleh datang dan beliau mendengar akhir-akhir diskusi kami. Mungkin pak Asghar sudah lupa tetapi saya masih ingat pak. Walaupun saat itu belum kenal bapak tapi Setelah dari situ, sering baca Koran baru tahu, ternyata seorang bapak yang kemarin adalah Anggota Legislatif saat itu, dan namanya Pak Asghar Saleh. Mantan aktivis HMI dan Jurnalis yang cerdas.



Terus terang saya dan teman-teman langsung kagum dengan sosok Haji Bur karena jarang sekali mendengar Harapan dari seorang pemimpin yang tak sekedar mengejar Keuntungan duniawi semata. Lebih-lebih lagi mungkin perdana bagi saya dan Pengurus sebagai tokoh utama di diskusi bersama seorang pejabat. Biasanya saya cuman jadi figuran yang desak-desakan dari sekian peserta aksi demonstrasi. Kadang secara sukarela mengambil dan membawa bendera dan sesekali dikasih kesempatan "memegang" megafon di luar kantor-kantor pemerintah atau di perjalanan menuju titik aksi, karena hanya sebagai orator penggembira, bukan orator utama.



Ketika Program BTA sukses di lapangan bertambah pula program Tahfidz Al-Qur'an dan mata pelajaran Dinniyah serta Sholat Dhuha sebelum mulai pembelajaran di pagi hari (Sebelum Pandemi). Semoga Bapak Tauhid bisa melanjutkan program ini dan mungkin bisa lebih ditingkatkan lagi, dari segi peningkatan kualitas dan kesejahteraan para guru BTA, Guru Tahfidz dan Diniyah yang merupakan program Unggulan Pemerintahan sebelumnya yang beliau juga termasuk di dalamnya. Dan saya yakin Pak Tauhid pasti lebih memajukan lagi. Salam hormat pak, jika sempat kebaca ini.



Kita tak sekedar terpaku pada 2 jam pembelajaran di sekolah tapi efek dari penerapan "Wajib Lulus BTA, menjadi tolak ukur kelulusan siswa SD". Dari sinilah muncul 'kesadaran bersama' dari para orang tua. Mereka berbondong-bondong mendatangi Taman Pengajian Al-Qur'an (TPA) untuk mendaftarkan anaknya atau lebih giat mengajari anaknya di rumah. Setiap sore pun para orang tua sibuk menyiapkan anaknya untuk pergi mengaji atau mengajari sendiri. Satu Kebaikan melahirkan kebaikan yang lain.



"Jika kalian (KAMMI) bisa mendata jumlah kaum Dhuafa di Ternate ini, saya bisa bantu kehidupan mereka dan kalian bisa saya libatkan dalam Program itu. Bentuk program nya seperti apa jika kalian punya ide dan gagasan bisa dibuat dalam bentuk proposal, saya lihat". Sebuah diskusi yang mencerahkan tapi apa daya dengan komposisi kepengurusan yang baru dengan seabrek agenda-agenda peningkatan SDM Internal organisasi, narasi yang sempat didiskusikan tak kuasa kami kembangkan ketika 'pulang'.



Namun Alhamdulillah, beberapa tahun di masa kepemimpinan beliau, kami melihat itu. Mulai dari pembangunan Gedung Dhuafa Center (jujur saya masih bingung antara nama dan fungsi 'ril' gedung ini di lapangan). Namun setahu saya terkait 'Perhatian' terhadap Kaum Dhuafa, beliau tetap menjalankannya melalui berbagai Pelayanan, diantaranya Kesehatan Gratis, Pendidikan Gratis untuk Sekolah Dasar dan lainnya.



"Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan gading,
Manusia mati meninggalkan nama"



Begitu bunyi peribahasa. Artinya setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Sejak 2010 BTA diwajibkan, lulusan 2011 hingga 2020 kemarin dengan total jumlah 110 sekolah Dasar (SD) negeri dan swasta. Jika dikurangi 2 SD di Batang Dua dan 2 SD Kristen di Ternate maka 106 SD. Jika per sekolah dengan jumlah siswa sekitar 25 per kelas kelulusan maka pertahun 2.650 anak-anak Kota Ternate terbebas dari buta huruf Al-Qur'an. Jumlah ini jika dikalkulasi dengan 10 angkatan kelulusan sejak 2011, maka sudah sekitar 26.500 anak-anak yang bisa membaca Al-Qur'an. Tidak ada anak-anak Usia sekolah yang buat huruf Al-Qur'an. Dan kedepannya tidak ada lagi pemuda yang tak bisa Membaca Al-Qur'an di Ternate. Masya Allah.


"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya". (HR. Muslim, no 1893).


Teruntuk Haji Bur, meski hari pulangmu bukan disini, di kota ini tapi begitu banyak "Berkah, Bekal dan Do'a" yang akan menyertaimu di alam sana. Semoga setiap niat dan ikhtiar baikmu semasa menjadi pemimpin kami menjadi asbab dilapangkan kuburanmu dan dibukakan pintu surga kelak buatmu. Bapak Haji Bur adalah Burhan Abdurahman Walikota Ternate Periode 2010-2021.

Posting Komentar

0 Komentar