Pekik Guru Honorer: Antara Hidup dan Mengabdi


Tema : “Pekik Belum Merdeka Guru Honorer”
Lomba Menulis dari Bapak Tamsil Linrung (Anggota DPD RI)



Pekik Guru Honorer: Antara Hidup dan Mengabdi
Mesir Lasamani
(PD KAMMI Kota Ternate Periode 2020-2022)







Ingatkah kita pada peristiwa Hiroshima dan Nagasaki? Kota yang hancur lebur oleh Bom atom Amerika. Jutaan jiwa yang meninggal, ribuan orang luka-luka. Kala itu Kaisar Hirohito mengumpulkan para Jenderalnya yang masih selamat dan bertanya berapa orang guru yang tersisa? Dengan kebingungan para Jenderal menjawab kami masih bisa bangkit kembali walaupun tanpa guru. Justru yang membuat kaget adalah jawaban sang Kaisar. Kita telah kalah dari awal, kita mungkin kuat dalam strategi dan peralatan perang tapi bagaimana kita bangkit dan menang jika tanpa guru yang mengajarkan kita bagaimana membuat Bom dengan sedahsyat itu, bagaimana kita bangkit dan menang jika tak ada guru yang mengajarkan pada generasi muda tentang peradaban.



Guru ibarat air mengalir, sejauh manapun air mengalir, air tersebut akan memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya. Begitu halnya dengan guru, dimanapun ia berada disitu pula peradaban akan tetap terawat. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa sekalipun banyak guru yang tidak mau menjadi pahlawan tapi kata hebat itu telah tersemat dalam diri seorang guru.


Berdasarkan dari data SindoNews menunjukkan pada tahun 2019 jumlah guru honorer di Indonesia sebesar 1.6 juta orang dan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 1.5 juta orang. Kita tahu siapa yang paling sejahtera, padahal mereka memegang amanat yang sama beratnya yaitu sebagai seorang guru yang harus mengajar, mendidik dan membina. Keadaan yang dialami oleh mereka amatlah berbeda. Kita bisa lihat dari gaji yang didapatkan oleh guru. Gaji yang tidak seimbang dibandingkan dengan apa yang telah diberikan. Bahkan gaji yang didapatkan oleh seorang honorer sering mengalami penundaan yang tidak jelas kapan akan didapatkan oleh mereka. Nasib Guru swasta bahkan tidaklah pasti.


Jika kita bandingkan gaji seorang guru Honorer dan PNS, sangatlah jauh berbeda. Gaji seorang Honorer sekitar Rp.300.000 – Rp.500.000 sedangkan seorang guru PNS gajinya disesuaikan dengan golongan mereka. Memang kita tidak dapat membandingkan antara seorang guru honorer dan guru PNS. Guru honorer di gaji oleh sekolah dan guru PNS di gaji oleh negara. Namun cobalah dibayangkan beban yang dipikul oleh kedua guru tersebut. Mereka memikul beban yang sama. Beban untuk mengantarkan bangsa menuju ke peradaban. Beban yang tidak semua orang bisa memikulnya. Bayangkan, jikalau tanpa guru? Apa yang akan terjadi dengan kehidupan ini? Guru bagaikan pelita yang menyinari kegelapan. Tanpa mereka kita takkan mencapai sampai sekarang ini.


Salah seorang wakil presiden Indonesia, Bapak Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla pernah menyatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa tergantung pada kualitas seorang guru yang dimiliki oleh Negara tersebut. Semakin berkualitas seorang guru maka akan semakin maju kualitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) suatu Negara. Kemajuan suatu IPTEK berbanding lurus dengan tingkat inovasi dan kreativitas guru. Soal profesionalisme, kualitas guru dalam hal inovasi dan kreatif guru honorer tidak kalah profesional dan kualitas dibanding guru PNS, seperti yang diungkapkan dalam jurnal ilmiah Psikologi oleh Chairani Meiza: diakui atau tidak guru swasta lebih menunjukan kinerja yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jam mengajar guru swasta dan PNS. Guru PNS mengajar hanya sampai pada jam 2 siang. Sedangkan guru honorer bahkan sampai sore dari senin sampai sabtu. Belum lagi banyaknya guru-guru yang mengajar tanpa pamrih di seluruh pelosok Negeri. Terlebih 2 tahun ini seluruh dunia terdampak virus Covid-19, keadaan guru honorer semakin tercekik, beberapa guru harus melepaskan profesinya untuk tidak mengajar demi pekerjaan yang lebih besar upahnya.


Begitulah adanya keadaan guru di Indonesia, terlihat sangat miris dan tak bisa dibayangkan kalau tiap tahun harus ada ratusan guru pensiun, lalu bagaimana dengan generasi Indonesia nanti? Bagaimana dengan peradaban pendidikan di Indonesia nanti ? jawabannya adalah Negara harus lebih menghargai Pahlawan tanpa tanda jasa ini, perhatikan kesejahteraan nya.


Bukankah di Negara-negara yang pendidikannya unggul seperti Korea, Jepang, Singapore, Swiss dan masih banyak lagi, menghargai jasa guru dengan sangat tinggi. Di Swiss misalnya gaji guru per tahun sebesar US$ 68.820/Tahun (Rp.992.250.297.37), di Jepang gaji guru sebesar US$ 45.930/Tahun (Rp. 662.221.100.82), sedangkan di Indonesia gaji guru per tahunnya berapa? sebesar US$ 2.830/Tahun (Rp.40.803.085.46). Terlihat perbedaan yang sangat jauh berbeda.


Banyak Negara maju yang peradabannya unggul dibandingkan dengan negara lain, mereka berlomba-lomba dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan di Negaranya. Mereka mengeluarkan dana yang besar hanya demi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Negaranya. Tak terkecuali dengan kesejahteraan guru yang mereka miliki. Mereka sangat memikirkan kesejahteraan guru karena mengetahui betapa pentingnya peranan guru dalam memajukan suatu Bangsa.


Kesejahteraan seorang guru amat sangatlah berpengaruh dengan tingkat pengajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketika guru dengan kesejahteraan yang memenuhi, akan dapat meningkatkan kualitas mengajar. Dengan meningkatnya kualitas mengajar akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.



Di zaman dengan perkembangan yang amat pesat banyak perubahan yang terjadi salah satunya adalah teknologi. Dengan perubahan yang terjadi, tingkat penghidupan juga berubah seiring dengan perubahan zaman. Kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang pun menjadi meningkat. Dengan perubahan zaman membuat banyak generasi zaman sekarang yang menghindar untuk menjadi seorang guru. Padahal menjadi guru merupakan suatu pekerjaan yang amat mulia. Keengganan orang untuk menjadi guru dikarenakan tingkat kesejahteraan menjadi guru yang amat kecil. Bahkan gaji seorang guru dapat disetarakan dengan seorang pramuniaga toko, yang hanya melayani pelanggan. Sedangkan seorang guru merupakan seseorang yang memiliki pekerjaan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sungguh sangatlah ironi keadaan ini.


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Bapak Presiden pertama Indonesia, Bapak Ir. Soekarno. Kita sebagai Bangsa Indonesia patutlah menghargai jasa guru-guru kita. Termasuk dengan memperhatikan kesejahteraan guru-guru kita, yang dapat disandingkan dengan pahlawan, pahlawan tanpa tanda jasa.

Posting Komentar

0 Komentar