Dalam Sebuah Pencarian - Daurah Marhalah II
Novel Dalam Sebuah Pencarian
Daurah Marhalah II
Kalau ditelisik
dari proses pengkaderan dan indeks jati diri kader, maka bisa dipastikan bagi
Wahib dirinya tak bakal layak mengikuti Daurah Marhalah II. Dan itu pula yang
terbenam dalam pikiranku. Ya, Wahib merasa dirinya belum layak ikut Daurah
Marhalah II. Ia baru setahun bergabung di KAMMI. Bahkan kalau dilihat ia baru
beberapa bulan dianggap aktif di KAMMI. Mentoringnya pun masih belum terlalu
jauh materinya. Apalagi alasannya kalau bukan karena keterlibatannya sebagai
Pengurus Daerah maka ia diharuskan ikut Daurah Marhalah II. Ya, keterlibatannya
di Pengurus Daerahlah yang membuatnya harus ikut jenjang pengkaderan
selanjutnya. Kalaupun ia masih terlibat di komisariat maka kemungkinan dan
pastinya belum layak ikut Daurah Marhalah II.
Rencananya Wahib dan beberapa kader
Pengurus Daerah serta beberapa kader Pengurus Komisariat akan diikutkan dalam
Daurah Marhalah II KAMMI Sulut. Setelah diberikan sedikit pemahaman dan
rasionalisasi terkait Daurah Marhalah II oleh Ketua Umum KAMMI Daerah Kota
Ternate, Akhi Safrudin, Wahib merasa sedikit percaya bahwa ia bisa ikut Daurah
Marhalah II dari sikap awalnya yang ragu-ragu dan tak yakin. Ya, yang dia
pikirkan saat itu adalah Daurah Marhalah II sebagai lanjutan pengkaderan karena
ia sudah dilibatkan sebagai Pengurus Daerah. Ya, hanya sebatas itu sebagai
proses pengkaderan. Wahib berpikir begitu karena ia masih dililit perasaan
ragu-ragu akan kapasitasnya untuk diikutkan dalam Daurah Marhalah II ini.
Menganggap sebagai proses pengkaderan lanjutan membuatnya lebih merasa tidak
terbebani karena kapasitas diri.
Alur proses kaderisasi adalah
rangkaian tahapan sarana kaderisasi yang harus dilalui oleh kader KAMMI sesuai
dengan jenjang keanggotaanya yang dimulai dari Pra DM I hingga mendapatkan
status AB 3 untuk kemudian terus berproses secara mandiri menjadi seorang
Muslim Negarawan. Daurah Marhalah II merupakan daurah yang berfungsi sebagai
sarana seorang kader untuk menjadi AB 2 KAMMI. AB 2 adalah akvitis KAMMI yang
memiliki syakhsiyah da’iyah muharrikah (kepribadian
dai yang mampu menjadi penggerak), mampu menjadi teladan di tengah masyarakat,
menjadi teladan bagi gerakan mahasiswa, mengislamisasi ilmu pengetahuan pada
bidangnya dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap pelbagai segi
kehidupan.
Pertemuan pertama dengan Ketua Umum KAMMI
Kota Ternate terkait pembahasan DM II ini, setelahnya mendapatkan informasi DM
II diantaranya; sertifikat IJDK AB 1 atau sertifikat DM I, surat rekomendasi
dari KAMMI Daerah, makalah dengan salah satu tema Pemuda dan Negara, Pemuda dan
Literasi, Pemuda dan Aksi, Pemuda dan Reformasi (judulnya bebas yang terpenting
jangan keluar dari tema), Uang Pendaftaran Rp 100.000, Pakaian; kemeja putih
dan celana hitam, Hafalan Quran Surat Ar-Rahman ayat 1-40, Sholat Wajib dan
Sunnah dilaksanakan dengan baik, Puasa senin dan kamis, Al-matsurah pagi dan
petang, Tilawah 1 hari 1 juz. Begitulah penjelasan akh Safrudin.
Berselang beberapa harinya juga
Wahib menyelesaikan makalahnya. Ia memilih dengan tema Pemuda dan Negara dengan
judul “Simfoni Pergerakan Pemuda Untuk Kebangkitan Negara Sebagai Muslim
Negarawan”. Tingkatkan pula amalan-amalan ibadahnya dengan niatnya karena
Allah. Berusaha penuhi hafalan.
Setelah beberapa hari juga dan
beberapa hari sebelum keberangkatan kita ke Daurah Marhalah II Sulut, kita
melakukan pertemuan dengan Kaderisasi KAMMI Daerah Kota Ternate membicarakan
lagi terkait SOP Daurah Marhalah II terkait tugas-tugas Daurah Marhalah II dan
Pra Daurah Marhalah II. Untuk Pra Daurah Marhalah II, kami tidak mengikuti
karena masih berada di Ternate (tidak berada di daerah penyelenggara). Bisa
dikatakan pula penyampaian SOP DM II ini agak terlambat karena tinggal beberapa
hari sebelum DM II dan keberangkatan kita. Tugas Daurah Marhalah II seperti
penugasan beberapa artikel, pembuatan makalah, bahkan beberapa buku bacaan
diantaranya; Al Islam (Said Hawa), Anatomi Masyarakat Islam
(Yusuf Qardhawi), Sirah Nabawiyah (Ramadhan al-Buthi), Manhaj Haraki 1 dan 2
(Syaikh Munir al Ghadban), Pilar-Pilar Kebangkitan Umat, Gerakan Perlawanan
dari Masjid Kampus (Andi Rahmat), Menyiapkan Momentum (Rijalul Imam), KAMMI dan
Pergulatan Reformasi (Mahfudz Siddiq), Muslim Negarawan (Taufiq Amrullah),
Kapita Selecta KAMMI (Rijalul Imam, dkk).
Karena
kapal laut yang berangkat ke Manado dalam waktu sebelum DM II hanya pada
tanggal 26 Januari, maka pada tanggal itulah kita berangkat ke Manado untuk DM
II, naiknya Marin Teratai.
Keberangkatan dengan
kapal Marin Teratai, di atas kapal, kita ada yang almatsurat, tilawah, dan
sembari pula menghafal surat Ar-Rahman ayat 1-40, ada yang membaca buku bacaan.
Di atas kapal pula kita sholat ashar hingga subuh karena perjalanan dengan
kapal memakan waktu satu malam, sekitar 15 jam mungkin. Yang berangkat ikut DM
II saat itu adalah Wahib, Akhi Fahmi, Akhi Salim, Akhi Ma’rifal, Akhi Sahrul,
Ukhti Ira sebagai peserta dan Ukhti Nita sebagai pendamping.
Paginya, 27 Januari,
hari Minggu, kita tiba di Manado sekitar jam 7 mungkin. Dijemput oleh Akhi
Tamsil dan Akhi Mikail serta Ketua KAMMI Daerah Sulut, Kak Alwan. Dan kader
akhwat yang menjemput Ukhti Ira dan Ukhti Nita. Kita para ikhwan dibawa ke
sekretariat DPD Manado. Ini sebagai tempat menginap kita sebelum agenda DM II
terselenggarakan tanggal 01-03 Februari. Ya, kita peserta DM II dari daerah
lain yang datang paling duluan. Datangnya 5 hari sebelum DM II
terselenggarakan.
Setelah tiba di sekret
DPD Manado, kita makan, mandi, setelah itu kita briefing dengan Kak Alwan,
Ketum KAMMI Sulut terkait persyaratan DM II. Dan saat itu beberapa persyaratan
yang sudah dipersiapkan ternyata diganti karena miskomunikasi. Diantaranya yang
diganti adalah makalah dan hafalan. Makalah diganti dan disesuaikan dengan
materi-materi DM II. Hafalan diganti Quran Surat Al-Anfal. Dan kita juga diajak
untuk partisipasi dalam skrining peserta besoknya 28 Januari. Dalam skrining,
presentasi makalah termasuk di dalamnya. Hari itu juga kita selesaikan makalah
sebelum besok skrining dan presentasi. Makalahnya terkait materi DM II
“Mengenal Wadah Perjuangan: Sejarah dan Transformasi Gerakannya Tafsir
Paradigma Gerakan KAMMI” dan judulnya “Telaah Muslim Negarawan Sebagai Menata
Kembali Kebangkitan Negeri”.
28 Januari, saatnya
waktu skrining peserta, sebelumnya paginya kita ke rumahnya Mizwar, salah satu
kader KAMMI Manado yang juga akan ikut DM II untuk numpang print. Jam 14.00 kita
ke tempat skirining. Awalnya kita mengisi IJDK, diisi dengan jujur karena Allah
dan menjawab beberapa pertanyaan. Setelah beberapa orang yang sudah selesai
menjawab akan mengikuti wawancara. Wawancara dibagi dua kelompok, satu kelompok
yang sudah selesai duluan diwawancara oleh Kak Faris (Steering Comite).
Kelompok ini Wahib, akhi Surono, akhi Fahmi, akhi Salim, dan akhi Utam. Dan kelompok
yang satu lagi diwawancara oleh Akhi Rahman (Ketua KAMMI Universitas
Samratulangi).
Dalam skrining ini,
banyak hal yang Wahib peroleh dan menjadi perenungan besar baginya serta
membuka pikirannya lebih luas dalam memandang, ditambah dipandu oleh Kak Faris
yang memberikan pertanyaan serta mencoba menggali alur pikir kita. Pertanyaan
dalam skrining terkait IJDK dan pertanyaan yang telah dijawab tapi tidak secara
keseluruhan. Yang ditanya dan dibahas terkait permasalahan bidah, tata cara
sholat kita sudahkah sesuai dengan sholat Rasulullah, tentang sunnah, sirah
nabi, tentang paradigma gerakan KAMMI, gerakan pemuda sekarang dan era
sebelumnya (1998), tentang para sahabat Rasulullah, tentang apakah orang non
muslim masuk surga (jawabannya ada dalam surat Al-Waqi’ah), tentang tarbiyah,
apakah tarbiyah punya dalilnya (jawabannya yang dilakukan Rasulullah di Darul
Arkam), tentang kepemimpinan dalam Islam, tentang Khilafah, dan lain. Yang
paling membuat Wahib jadikan bahan renungan adalah berbagai pemikiran terkait
Islam, permasalahan bidah, tata cara sholat, sirah-sirah, cara mencapai
khilafah. Wahib ingat kata Kak Faris, “Segala sesuatu harus berdasarkan dalil
yang jelas karena sesuatu yang baik dimata manusia belum tentu benar dimata
Allah bila tanpa dalil yang jelas”.
Masa-masa 5 hari sebelum
agenda DM II adalah masa-masa pengiritan biaya, syuro terkait pengunanaan uang
karena sudah kepepet, masak-masak sendiri, cuci baju, menghafal surat Al-Anfal,
makan tahu tak mau makan daging (maklum daerah sebagian non muslim), goreng
ikan, baca buku bacaan, baca makalah, persiapkan artikel “Mengapa Aku Mencintai
KAMMI?”.
“Dalam pembuatan artikel itu yang menarik adalah artikel milik akhi
Fahmi dan akhi Salim, luar biasa permainan kata mereka, serta kisah mereka,
yang lebih luar biasa lagi bila ada yang baca artikel itu, aku rasa mereka tak
percaya kalau melihat penulisnya, akhi Fahmi dan akhi Salim”, pikir Wahib sambil tertawa. Sehari sebelumnya juga datang peserta DM II
dari KAMMI Luwuk, Akhi Armin dan Akhi Aswan, juga datang dari KAMMI Halsel,
akhi Ilham dan akhi Kasman.
Jumat tepatnya tanggal
01 Februari, setelah selesai sholat jumat, kita ke Universitas Sam Ratulangi.
Disana tempat berkumpul peserta DM II sebelum berangkat ke tempat kegiatan DM
II. Setelah menunggu dan beberapa peserta yang telah berangkat dulu, sehabis
sholat ashar kita ke tempat DM II. Ternyata tempatnya di Asrama Yonif 712/WT
Kipan A Tateli, Manado. Asrama Kompi Tentara. Setiba disana terlihat ada
lapangan yang luas, ada kolam-kolam ikan cukup banyak, perairan, dan yang pasti
berwarna loreng, hijau hitam.
Setibanya juga kita
menaruh tas yang berisi pakaian ganti dan peralatan lain di tempat menginap
kita. Setelah itu kita digiring ke tempat pembukaan, di tempat itu ada tulisan
“NKRI Harga Mati”. Tak lama waktu berselang, acara pembukaan DM II dimulai.
Dibuka dengan basmallah, dipandu oleh MC, seorang akhwat. Dilanjutkan dengan
tilawah. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars KAMMI. Sambutan dari Ketua
Umum KAMMI Daerah Sulut. Sehabis acara pembukaan, kita dibagi menjadi dua
kelompok ikhwan dan dua kelompok akhwat. Setelahnya kita bersih-bersih diri.
Dalam DM II ini berbagai amalan ibadah ditingkatkan tilawah 1 jus per hari,
almatsurat, hingga sholat lima waktu bergantian imannya per kelompok plus kultum dan hafalan surat Al-Anfal
harus disetor.
Dua kelompok ikhwan
terdiri dari Al-Fath dan Mujahid Muda. Mujahid Muda, kelompok satu, ketua
kelompoknya Akhi Sahrul (kader Ternate), teman-temannya akhi Syarif (kader
Manado), akhi Ma’rifal (kader Ternate), akhi Aswan (kader Luwuk), akhi Kasman
(kader Halsel), akhi Jajang (kader Manado), dan beberapa kader lainnya. Al-Fath
adalah kelompok dua, ketuanya akhi Salim (kader Ternate) (dipilih dalam syuro),
akhi Surono (kader Manado), akhi Fahmi (kader Ternate), akhi Mizwar (kader
Manado), akhi Utam (kader Manado), akhi Ilham (kader Halsel), akhi Armin (kader
Luwuk), akhi Jefry (kader Manado), dan dirinya, Wahib (kader Ternate). Dua
kelompok akhwat dengan nama kelompok, kalau tidak salah An-Nisa dan Humaira. “Aku tidak tahu orang-orang kelompoknya”,
lirih Wahib. Mungkin karena ia malu dengan akhwat-akhwat.
Sehabis Isya, cukup lama
sekitar jam 10 mungkin, materi pertama DM II diberikan, pematerinya Ustad
Mahmud Daud, Lc. Materinya “Studi Perbandingan Mahzab dan Pemikiran Islam”.
Mengapa harus ada mahzab, sejauh ini karena kalaupun ada orang yang hafal
Al-Quran, dan hadits, apakah dia hafal terjemahannya, kalaupun ia hafal, apakah
ia paham penempatan maksudnya. Maka demikianlah kita perlu mahzab. Mahzab
diartikan sebagai metode. Mahzab diantaranya adalah mahzab Imam Malik, Imam Abu
Hanifa, Imam Syafi, dan Imam Ahmad bin Hambal. Bermahzab itu seperti resep
masakan. Mahzab berbeda tetapi tidak harus dijadikan sebagai pertentangan, kita
bisa mengadopsinya memandang secara keseluruhan. Dan apabila ada hadits yang
shahih maka tinggalkan mahzab.
Materi kedua berlangsung
sekitar mungkin jam setengah 12 malam, materinya terkait “Studi Kritis
Pemikiran-Pemikiran Tokoh Islam Kontemporer”. Pematerinya adalah Kak Sultan
Hasanudin, ST, mantan Ketua KAMMI Sulut Periode 2005-2007. Ada banyak sekali
tokoh Islam Kontemporer baik skala nasional maupun Internasional. Dalam studi
ini, dipilih 3 orang tokoh yang membawa pengaruh besar dalam dunia Islam,
pemikirannya mendunia, memiliki warisan (gerakan, pemikiran, dan atau
organisasi) untuk umat Islam. Tokoh pertama adalah Abul A’la al Maududi (Sang
Pemikir Politik Islam dan Kebangkitan Islam) membentuk pemikiran sistem tatanan
pemerintah dengan nilai-nilai Islam, tokoh kedua adalah Muhammad Abduh (Pelopor
Kebangkitan Intelektual Muslim) membentuk nalar dengan nilai-nilai Islam, dan
tokoh ketiga adalah Hasan Al-Bana (Pemikir, Mujahid, Mujaddid, dan Ulama)
membangun sistem kehidupan dengan nilai-nilai Islam. Ketiga tokoh ini juga
adalah pelopor dalam keberadaan munculnya KAMMI. Gerakannya adalah gerakan Abul
A’la al Maududi, nalarnya adalah nalar Muhammad Abduh, dan jiwanya serta
pemikirannya adalah bagian dari Hasan Al Banna.
Setelah materi selesai,
kita istirahat. Tengah malamnya sekitar jam 4, bangun tahajud, sholat subuh,
al-matsurat, paginya sarapan, sekitar jam 10 dilanjutkan materi lagi (02
Februari 2013). Materi kali ini dibawakan oleh Ustad Zainal Usmari Dani, S.Pd
terkait “Konsep Ummah/Masyarakat Islami”. Konsep mewujudkan masyarakat madani adalah
membentuk pribadi-pribadi Islam (iman yang lurus, taqwa yang sebenar-benarnya,
islamisasi kehidupan), dan membentuk semangat berjamaah (berpegang teguh dengan
tali Allah, tidak berpecah belah, bersatu padu, kesatuan hati, persaudaraan
islam). Konsep ummah juga dimulai dari diri sendiri berlanjut ke keluarga terus
ke lingkungan dekat ke masyarakat hingga akhir pada konteks negara. “Dan
hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran [3] : 104).
Materi selanjutnya
adalah “Negara dalam Perspektif Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)”. Diberikan oleh
dr. Aguz Wiyono. “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)
‘umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ...” (QS. Al-Baqarah [2] :
143). Islam adalah agama yang menyeluruh, sempurna, dan paripurna. Islam adalah
agama sekaligus negara (din wa daulah). Merupakan suatu pola hidup yang lengkap
dengan pengaturan untuk segala aspek kehidupan, termasuk politik. Prinsip
kenegaraan dalam Islam meliputi; syuro, ijtihad, dan penerapan syariat. Syuro
dan demokrasi, Islam kedaulatan di tangan Allah sedangkan demokrasi kedaulatan
di tangan rakyat. Perlu transformasi nilai-nilai Islam dalam sistem politik
modern, DPR/MPR, Presiden, Peradilan, Partai Politik, Masyarakat Sipil. Dalam
gerakan di kampus, perlu ada dakwah siyasi kampus, kader-kader dakwah (KAMMI)
perlu mengisi pemerintahan kampus (BEM, Senat, BEM Fakultas, HMJ, dan lainnya),
pelayanan untuk mahasiswa, pelayanan pendidikan atau perkuliahan yang lebih
Islami. Membuktikan Islam sebagai rahmatan
lil ‘alamin. “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baiknya yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Wahai
orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa’ [4] : 58-59).
Siangnya materi lagi
dari Ustad Syarif tentang “Kajian APBD”. Sorenya materi dari Kak Jefry (Mantan
Ketua KAMMI Sulut), terkait “Rekayasa Sosial”. Dalam rekayasa sosial diperlukan
goal (visi misi), kompetensi (kemampuan), jaringan. Jaringan dibagi lagi
menjadi perlu penguasaan terhadap media dan kapitalisasi kompetensi.
Kemudian malamnya materi
dari Pengurus Kaderisasi PP KAMMI Periode 2010-2012, Ahmad Syahril tentang
“Tafsir Gerakan KAMMI”, Muslim Negarawan. Lokakarya Departemen
Kaderisasi akhir Desember tahun 2005 dan awal 2006 atau lebih tepatnya pada
tanggal 1 Muharam 1427 H yang diselenggarakan di Situ Gunung Sukabumi menyepakati
rumusan profil ideal kader KAMMI, yakni mewujudkan kader Muslim Negarawan.
Profil Muslim Negarawan ini adalah interpretasi dari sosok ‘Pemimpin Masa Depan
yang Tangguh’ sebagaimana termaktub dalam Visi KAMMI. Dalam Manhaj Kaderisasi KAMMI 1427 H, Muslim Negarawan
adalah kader KAMMI yang memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis
pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada
pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen
bangsa pada upaya perbaikan.
Enam kompetensi kader
KAMMI. Pertama, pengetahuan keislaman, kader harus memiliki ilmu
pengetahuan dasar keislaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana
keislaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir
Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam. Kedua, kredibilitas moral, kader memiliki basis
pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistensi dakwah Islam. Ketiga, wawasan keindonesiaan, kader memiliki pengetahuan
yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga
kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya
kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara
pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan
komprehensif. Wawasan keindonesiaan yang dimaksud
adalah penguasaan cakrawala keindonesiaan, realitas
kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner. Keempat, kepakaran dan profesionalisme, kader
wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam
upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Kelima,
kepemimpinan, Kompetensi kepemimpinan
yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang
lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader
beroganisasi dan beramal jama’i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di
wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang
mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, kader
pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan
terjadi akselerasi perubahan. Keenam, diplomasi dan jaringan Kader KAMMI adalah mereka yang terlibat dalam upaya
perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki
kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya
sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan
skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai
pemimpin perubahan.
Setelahnya kita
istirahat, bangun tahajud, sholat subuh, kemudian ada acara outbound dari
panitia. Outbound tetap per kelompok, Al-Fath versus Mujahid Muda. Outboundnya
tiarap lewati jaring, saling lempar air, main benteng, hingga paling terakhir
mencari slayer dengan tiarap di air. Setelah itu bersih-bersih diri dan
sarapan.
Sekitar jam 10.00,
materi terakhir, “Belajar dari Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul Aziz”, oleh
Ustad Kuncoro. Terkait aqidahnya, ibadah shahihnya, ijtihadnya, zuhudnya,
kebijakan militernya, kepemimpinannya terkait pembuktian terbalik, dan batasan
kekayaan.
Setelah itu lanjut
dengan diskusi tentang makalah. Sebelumnya berdasarkan penilaian panitia dua
makalah yang diharuskan presentasi. Makalahnya akhi Surono tentang “Studi
Kepemimpinan Dalam Islam (Bercermin Kepada kepemimpinan Umar Bin Khattab dan
Umar Bin Abdul Aziz)” dan makalahnya, Wahib, terkait materi DM II tentang
“Mengenal Wadah Perjuangan: Sejarah dan Transformasi Gerakannya Tafsir
Paradigma Gerakan KAMMI” dan judul makalahnya “Telaah Muslim Negarawan Sebagai
Menata Kembali Kebangkitan Negeri”. Akhi Surono telah mempresentasikan
makalahnya terlebih dahulu. Dan saat itu giliran Wahib yang
mempresentasikannya. Setelah dipresentasi, cukup banyak tanggapan, pertanyaan,
saran bahkan tambahan. Jadi menarik, banyak curhatan dan berbagi tanggapan
terkait permasalahan dan solusi dari KAMMI Daerah masing-masing. “Intinya pada saat itu, KAMMI yang
menghimpun segenap mahasiswa dari beragam profesi di seluruh Indonesia. Inilah
potensi terbesar yang harus diarahkan oleh KAMMI sehingga kader KAMMI menjadi
bagian perubah sistem di setiap bidang baik itu sosial, budaya, pendidikan,
kesehatan, hukum, ekonomi, politik, birokrasi dan sebagainya. KAMMI harus
mematangkan intelektual profetik, bukan hanya sekedar gerakan sosial kontrol
dan ekstra parlementer. Hal ini berarti kader-kader KAMMI harus fokus menekuni
bidangnya, sesuai dengan spesialiasinya. Karena pada dasarnya aktivis mahasiswa
hari inilah yang akan menggantikan kepemimpinan Bangsa dan Negara ini”, pikir Wahib.
Setelahnya berlanjut pada acara terakhir, acara penutupan, dibuka dengan
basmallah, tilawah, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars KAMMI, sambutan
dari Ketua KAMMI Sulut, Kak Alwan. Pengumuman kelulusan peserta DM II. Semua
peserta lulus. Peserta lulusan terbaik ikhwan adalah Wahib, peserta forum terbaik, akhi Fahim, peserta ibadah
terbaik, akhi Surono, peserta terfavorit, akhi Ilham. Untuk akhwat adalah
peserta terbaiknya Ukhti Ira, peserta terbaik lainnya Wahib tak ingat, lupa.
Sekali lagi Wahib merasa lupa dengan nama-nama akhwat.
Kemudian berlanjut ke Pelantikan Peserta AB II yang lulus oleh Kak Syahril,
Pengurus KAMMI Pusat. Pesan dari Kak Syahril, ada tiga hal yang perlu kita jaga
dan tingkatkan, pertama semakin dekatkan diri kepada Allah SWT, kedua menjaga
ukhuwah islamiyah ini, ketiga tingkatkan kemampuan dan asah mimpi kita. Acara
penutupan pun selesai, DM II ditutup.
Setelah sholat Ashar, kita kembali ke sekret DPD Manado di Tuminting.
Setelah itu masa-masa mau pulang, kita harus tunggu tiga hari lagi baru bisa
balik ke Ternate, karena kapal yang ada hanya pada hari Rabu, 06 Februari,
kapal lain dua hari sebelumnya ‘naik dok’,
sedang dalam perbaikan. Kita peserta paling cepat datang, paling terakhir
pulang. Masa-masa itu kita tunggu dengan duduk di rumah, kehabisan duit, tapi
sekali jalan-jalan ke Pantai Malalayang, makan-makan ditraktir akhi Fahmi yang
lagi banyak duit.
Akhirnya Wahib sadari,
Daurah Marhalah II bukan hanya sekedar pengkaderan semata tapi lebih jauh untuk
memandang Islam secara lebih meluas, lebih berusaha mendekatkan diri kepada
Allah SWT, lebih berusaha menjaga ukhuwah kita, lebih berusaha tingkatkan kemampuan
kita, lebih maksimalkan lagi program-program kerja KAMMI di daerah dan
komisariat masing-masing, lebih menyebarkan gerakan dakwah KAMMI, ekspansi
gerakan KAMMI, memahami gerakan dakwah KAMMI secara menyeluruh. Sesuai tujuan
DM II mungkin, Membangun militansi kader, Membangun komitmen kader dalam
gerakan dakwah, Melatih kader berfikir dan bersikap kritis, Membangun jiwa
kepemimpinan kader, Membangun karakter syahsiyah da’iyah, Membangun pemahaman kader tentang metodologi dakwah, Melatih kader
untuk membangun sebuah tim dakwah yang solid, Membangun pemahaman tentang
pluralitas di Indonesia, serta Membangun pemahaman tentang syariat islam. Untuk
melengkapi itu semua adalah sesuai dengan Tema DM II KAMMI Sulut “Rekonsiliasi
Paradigma Gerakan KAMMI dalam Konteks Internalisasi Kepemimpinan”.
Bagi Wahib, yang ia
pahami sekarang, “KAMMI bukan hanya
sekedar gerakan mahasiswa, tapi KAMMI adalah pergerakan Islam, gerakan Dakwah
yang setera dengan pergerakan Islam lain bukan hanya pergerakan mahasiswa
semata dengan ideologi dan dalilnya. Dengan gerakannya menuju kemenangan ummat,
kebangkitan Islam, menuju janji Allah, kemenangan Islam, kepemimpinan Khilafah.
Gerakan KAMMI adalah gerakan mahasiswa, gerakan kebangsangan, gerakan
keummatan. Gerakan KAMMI adalah pergerakan Islam di kalangan mahasiswa bukan
hanya sekedar yang pastinya gerakan mahasiswa berasaskan Islam”.
Seperti tertuang dalam Prinsip Gerakan KAMMI, kemenangan Islam adalah jiwa
perjuangan KAMMI, kebathilan adalah musuh abadi KAMMI, solusi Islam adalah tawaran
perjuangan KAMMI, perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI, kepemimpinan umat
adalah strategi perjuangan KAMMI, persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI.
Paradigma Gerakan KAMMI, KAMMI
adalah Gerakan Da’wah Tauhid, gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk
penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta
mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah SWT. KAMMI adalah Gerakan
Intelektual Profetik, gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas
penjelajahan nalar akal. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen, gerakan kritis
yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia
berbasis tauhid. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer, gerakan
perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter perjuangannya.
#
Masa-masa
setelah balik dari DM II, Wahib tiba di
rumahnya, masuk di kamarnya, melihat seberkas amplop coklat, oh, ternyata
naskahnya yang berjudul “Simfoni Menulis”, mungkin sudah beberapa hari diantar
Pak Pos, isinya naskahnya yang ini ditolak lagi oleh penerbit. Beberapa harinya
juga ikut rapat untuk Milad KAMMI ke 15, Wahib lebih merenung, perlukah ini?
Maksudnya kalau KAMMI sebagai Pergerakan Islam, perlukah ini? Ikut Rihlahnya
Komisariat KAMMI Unkhair. Ikut diskusi dengan teman-teman Gema (Gerakan
Mahasiswa) Pembebasan tentang “Ilusi Partai-Partai Politik dalam Parlemen”. Dua
gerakan dengan metode yang berbeda dengan tujuan yang sama mungkin, menuju
khilafah, Kemenangan Islam. Gerakan dari luar (ghozul fikri dan revolusi) dan
gerakan dari dalam (tarbiyah, mulai dari diri sendiri, ke keluarga, ke
masyarakat, hingga ke tahap mihwar dauhlah, dakwah di tingkat Negara, hingga
meluas lagi menuju khilafah). Ada atau tidak adanya kita, Kemenangan Islam itu
pasti karena itu janji Allah bukan janji siapa-siapa. Tapi yang terpenting
adalah seberapa besar kontribusi kita untuk itu, untuk din Allah, untuk
kebangkitan ummat, kemenangan Islam.
Masa-masa ini, masa
perenungan, hingga memang harus membaca dan membeli buku Shirah Nabawiyah,
menyelesaikan membaca buku “Kapita Selekta KAMMI; Membumikan Ideologi Menginspirasi
Indonesia”. Perenungan tentang permasalahan bidah, tata
cara sholat kita sudahkah sesuai dengan sholat Rasulullah, tentang sunnah,
shirah nabi, tentang tarbiyah, apakah tarbiyah punya dalilnya, tentang
kepemimpinan dalam Islam, tentang Khilafah.
“Dan KAMMI memang baik dan banyak kebaikan yang aku dapatkan didalamnya,
tapi apa KAMMI benar?”, tanya Wahib dalam dirinya sendiri. Tapi saat
ini Wahib memilih untuk tetap bersama KAMMI. Tapi ia lebih merenungi dirinya
sebagai seorang Muslim. Yang Wahib takutkan adalah ketika sampai pada suatu
titik, sebuah ideologi, mungkin yang terjadi kita akan merasa kita yang paling
benar di antara pergerakan Islam lain. Kita tidak lagi memandang perbedaan
sebagai sebuah rahmat dan sunnatullah tapi sebagai pertentangan. Bukankah
setiap pergerakan berlandasan pada dalilnya, walaupun berbeda tapi tidak harus
dijadikan sebagai pertentangan dan merasa yang paling benar. Bukankah sampai pada
tingkat Imam Mahzab pun masih terdapat perbedaan tapi tidak dijadikan
pertentangan. Bila dalam suatu ideologi, pergerakan Islam apapun mencapai
kebaikan, “kebenaran” dan “kemenangan”, maka ideologinya sebagai seorang muslim
akan mengikuti itu.
Ya, tapi sekarang Wahib
senang terhadap KAMMI, ia sepaham dengan pergerakannya, tarbiyah, perbaikan dan
penerapan nilai-nilai Islam dari diri sendiri ke keluarga ke masyarakat hingga
ke negara. Yang terpenting pula adalah pengkondisian untuk menjemput hidayah,
menjemput keimanan, menjemput kebaikan, menjemput kebenaran. Memang benar
adanya bahwa hidayah adalah ruang Allah. Berharap atas kehendak Allah, KAMMI
adalah “Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan
petunjuk kepada mereka” (Q.S Al-Kahfi [18] : 13).
#
Dilain waktu Wahib dan teman-teman KAMMI juga pernah
terlibat dalam Diskusi Politik Islam dengan teman-teman Gema Pembebasan.
Pertemuan kali ini adalah Diskusi dengan Gema Pembebasan. Sebelumnya juga pernah
dilakukan Diskusi dengan Gema Pembebasan tentang “Ilusi
Partai-Partai Politik dalam Parlemen” dan kali ini diskusinya tentang
“Konsekuensi Dakwah Politik”. Dialogika Gema Pembebasan Wilayah Maluku Utara
ini turut mengundang KAMMI Kota Ternate, HMI Cabang Ternate, dan IMM Cabang
Ternate. Dan yang hadir hanya sekitar 6 orang, 4 orang dari Gema Pembebasan,
dan 2 orang dari KAMMI Kota Ternate.
Dakwah
Politik (da’wah siyasiyah) artinya
adalah mengemban dakwah Islam melalui jalan politik, yaitu dakwah dengan metode
aktivitas politik (‘amal siyasi).
Dakwah politik memuhasabah atau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar kepada kekuasaan dan kepada ummat.
Pentingnya dakwah politik, pertama
karena dakwah politik inilah yang dulu dicontohkan Rasulullah SAW, kedua karena
dakwah politik inilah yang relevan dengan masalah utama ummat Islam sekarang.
Mengembalikan hokum yang diturunkan oleh Allah SWT dengan jalan menegakkan
kembali Negara khilafah.
Konsekuensi meninggalkan dakwah
politik, pertama, umat Islam akan terabaikan dari masalah utamanya. Kelompok
Islam meninggalkan dakwah politik lalu memilih dakwah melalui jalan lainnya,
misalnya aktivitas social kemasyarakatan seperti membangun pesantren, rumah
sakit, atau sekolah, semua tidak memiliki relevansi dengan masalah utama umat
Islam. Kedua, umat Islam akan semakin lama mengalami penderitaan dan
kesengsaraan akibat tiadanya khilafah.
Konsekuensi menjalani dakwah
politik, pertama dakwah politik akan menghadapi perlawanan dari penguasa sistem
sekuler yang menjadi antek-antek kafir penjajah. Kedua, dakwah politik akan
menghadapi serangan pemikiran asing yang disebarkan oleh berbagai institusi
dari Negara sekuler yang ada seperti media massa, sekolah, dan perguruan
tinggi. Ketiga, dakwah politik dapat menimbulkan resiko terhadap kepentingan
pribadinya para aktivisnya. Mereka yang bergerak dalam dakwah politik dapat
saja kehilangan pekerjaannya, atau mengalami kerugian dalam bisnisnya karena
mendapat hambatan dari berbagai pihak. Keempat, ada kemungkinan pelaku dakwah politik
terpengaruh oleh fakta buruk yang tengah menimpa umat.
Begitulah materi yang dibuat oleh
Gema Pembebasan terkait “Konsekuensi Dakwah Politik”. Diskusi kali
berjalan lebih datar dibandingkan diskusi sebelumnya yang lebih pada saling
melempar argumen. Diskusi berjalan kurang lebih 2 jam, dari bada ashar hingga
maghrib. “Intinya bagiku adalah ada atau
tidak adanya kita, Kemenangan Islam itu pasti karena itu janji Allah bukan
janji siapa-siapa. Tapi yang terpenting adalah seberapa besar kontribusi kita
untuk itu, untuk din Allah, untuk kebangkitan ummat, kemenangan Islam. Mereka
bergerak dalam posisi mereka dan kita bergerak dalam posisi kita”, lirih Wahib.
Posting Komentar
0 Komentar