Perjuangan Guru
Perjuangan
Guru
Ati’ah
Dyah Lestari, SST
(Coach Malut Edusmart)
'Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani'
Itulah salah
satu semboyan dunia Pendidikan dari Bapak Pendidikan kita yaitu Ki Hajar
Dewantara dalam Bahasa Jawa yang disematkan bagi seorang guru. Ing ngarsa
sung tulada bisa diartikan bahwa seorang guru atau pendidik harus menjadi
panutan atau memberikan contoh. Ing madya mangun karsa berarti di tengah
membangun atau memberikan semangat, kemauan, atau niat. Tut wuri handayani
berarti di belakang atau dari belakang memberikan semangat atau dorongan.
Jika
disatukan, maka semboyan itu bisa diartikan guru di depan memberikan contoh
atau sebagai panutan, di tengah membangun kemauan atau niat, dan di belakang
memberikan dorongan atau semangat. Begitulah betapa pentingnya peran seorang
guru dalam dunia Pendidikan.
Dalam sejarah
Indonesia yaitu pada 24-25 November 1945 Persatuan Guru Indonesia (PGI)
menggelar Kongres Guru Indonesia di Surakarta,Solo. Karena Indonesia sudah
merdeka dan menjadi negara, PGI berubah menjadi Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Lalu Pemerintah Indonesia menetapkan 25 November sebagai Hari
Guru Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. Maka ini
salah satu bentuk pemerintah dalam menghargai perjuangan seorang guru yang
diperingati setiap tahunnya. Dan di tahun ini adalah tahun ke-27 kita
memperingati Hari Guru dengan tema “Bergerak dengan hati, Pulihkan Pendidikan”.
Tentu tema ini sangat
sesuai dengan kondisi kita saat ini. Kita sama sama merasakan bagaimana di awal
tahun 2020 bangsa ini dilanda pandemic virus covid-19. Sejak muncul virus ini
di akhir tahun 2019, hingga kini virus korona masih ada di antara kita. Begitu
luar biasa di berbagai aspek semuanya terkena dampaknya tak terkecuali dalam
dunia Pendidikan. Sempat hampir dua tahun Pendidikan tak bisa dijalankan
sebagaimana biasa. Sempat dalam waktu lama pembelajaran tatap muka di sekolah
terpaksa dihentikan guna mencegah penularan virus corona. Sebagai gantinya
pembelajaran dijalankan dalam jarak jauh/daring. Untuk mendukung pembelajaran
jarak jauh di masa pandemi Covid-19, berbagai regulasi dikeluarkan pemerintah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa kali merevisi aturan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) agar pemanfaatannya bisa lebih fleksibel
guna mengakomodir kebutuhan sekolah di tengah pandemi. Bantuan pun
tidak kurang digelontorkan. Paket data untuk pembelajaran jarak jauh misalnya,
diberikan secara gratis kepada siswa, guru, mahasiswa dan dosen dengan besaran
kuota yang bervariasi.
Upaya pemerintah
tersebut, sejauh ini memang mampu menekan angka penularan Covid-19 di
lingkungan sekolah dan mencegah terjadinya penyebaran korona dari kluster
pendidikan. Namun hal tersebut tidak banyak membantu dan menyelesaikan soal
dalam pembelajaran jarak jauh. Berbagai tantangan dan kendala masih dialami
dalam praktek pembelajaran di lapangan. Wilayah Maluku Utara yang sangat luas
dengan kondisi geografis kepulauan, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda turut
mempengaruhi efektivitas pembelajaran jarak jauh di masa pandemik Covid-19
ini.Kenyataan ini merefleksikan bahwa kita memang tidak siap menjalankan
pendidikan dalam jarak jauh. Ketidaksiapan ini tidak hanya terkait
infrastruktur pendukung tetapi juga berkaitan dengan mental kita. Persoalan
mental yang dimaksud berhubungan dengan tanggung jawab dalam proses pendidikan
anak.
Refleksi akan
tanggung jawab pendidikan didasarkan pada konsep tri sentra pendidikan yang digagas
Ki Hajar Dewantara. Menurut Bapak Pendidikan Nasional ini, pendidikan merupakan
tanggungjawab tiga komponen yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga,
sekolah dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam
dunia pendidikan. Ketika pembelajaran di sekolah dihentikan secara mendadak
karena pandemi dan anak harus belajar dari rumah, semua kita menjadi gagap dan
gugup. Tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Orang tua bingung bagaimana
mendidik anak. Guru begitu cemas memikirkan siswa yang tidak bisa berbuat
apa-apa karena terlalu lama dikekang. Masyakat malah bersikap apatis. Secara
kultural, kita tidak siap untuk belajar secara mandiri di rumah. Namun dalam
kondisi seperti ini, pendidikan harus terus berjalan. Pendidikan jarak jauh
sebagai alternatif pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Walau demikian, kita
tidak bisa menihilkan urgensitas peran guru. Karena pendidikan tidak bisa
berjalan tanpa seorang guru. Untuk itulah guru tetap berkarya meski dalam
situasi sulit ini.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Hingga
hari ini alhamdulillah kondisi kasus covid-19 sudah mulai menurun. Ketika itu
mulai pertengahan Agustus 2021 di Kota Ternate sudah diperbolehkan melakukan pembelajaran
tatap muka walaupun masih terbatas. Maka sebagai refleksi hari guru setelah
melewati masa sulit pandemi ini menghantar saya pada dua point berikut;
Pertama, kehadiran guru
dalam proses pendidikan adalah suatu keniscayaan. Dalam pembelajaran jarak
jauh, figure guru tidak bisa digantikan oleh kehadiran teknologi pembelajaran
tetapi malah mengokohkan peran guru. Teknologi hanya sebatas alat bila tidak
dipandu atau dibantu oleh guru.
Kedua, pembelajaran jarak
jauh adalah momen untuk merajut kembali hubungan sekolah dan keluarga. Rumah
dan sekolah yang “berjarak” selama ini mesti didekatkan dengan komunikasi yang
lebih intens baik itu lewat media komunikasi maupun kunjungan rumah.
Pada titik ini
saya dan Anda sekalian harus mengakui bahwa eksistensi lembaga pendidikan
terletak pada guru dan murid. Tak pernah ada guru tanpa murid. Karenanya,
seorang guru dikatakan hebat jikalau mampu membawa sekian banyak murid terbang
bersamanya untuk menggapai beragam prestasi tanpa henti. Menjadi guru itu
banyak tantangannya. Namun Ketika seorang guru mendidik dengan ketulusan cinta
dari hati yang terdalam maka tantangan yang ada justru menjadi sebuat motivasi
untuk membuat karya yang lebih baik dalam dunia Pendidikan. Mari para guru
dengan hati, kita pulihkan pendidikan. Karena “Setiap orang menjadi guru,
setiap rumah menjadi sekolah”. Terimakasih Guru!
Posting Komentar
0 Komentar